4 Kasus Pengeras Suara Masjid di Indonesia, Nomor Terakhir Membuat Ratusan Orang Kehilangan Rumah
loading...
A
A
A
Unggahan ini mengundang pro dan kontra netizen. Bahkan tak sedikit ujaran kebencian dialamatkan kepada Zaskia Adya Mecca. Untuk meluruskan hal ini, Zaskia mengundang orang di balik suara membangunkan sahur yang dirasa mengganggu. Dia merekam perbincangan dengan orang tersebut dan mengunggahnya di kanal Youtube miliknya.
"Jadi yang memang ingin bertabayun, silakan melihat secara keseluruhan dan runtun. Baik video Ig (ada 3 postingan video), caption juga tayangan full di Youtube," tulisnya. Setelah itu, kasus ini mereda dengan sendirinya.
4. Kasus Tolikara
Foto/DOK.KORAN SINDO
Penggunaan pengeras suara saat salat Idul Fitri di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga, Tolikara, Papua, pada 17 Juli 2015, diprotes masyarakat sekitar. Ketika umat Islam sedang salat Idul Fitri rekaat pertama, tiba-tiba datang sejumlah orang berusaha menghentikan ibadah.
Hal ini membuat jamaah salat Idul Fitri kehilangan konstrasi ibadah. Dua kelompok itu lalu saling lempar batu.
Tak berapa terdengar tembakan dari aparat. Tembakan ini tak meredakan situasi, tapi malah memicu kerusuhan lebih besar. Sejumlah kios dan rumah di sekitar Markas Koramil terbakar.
Berdasarkan hasil analisi Komnas HAM, kerusuhan ini dipicu kemarahan jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Mereka sebelumnya telah memberikan imbauan tapi malah kegiatan ibadah salat Idul Fitri dijaga polisi.
Tembakan aparat juga melukai 11 orang dan menyebab seorang meninggal dunia. Hal ini kemudian memicu pembakaran kios, rumah, dan tempat ibadah.
Peristiwa itu menyebabkan kurang lebih 400 orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 153 orang menyebar di 2 titik pengungsian dan sisanya kembali ke daerah.
"Jadi yang memang ingin bertabayun, silakan melihat secara keseluruhan dan runtun. Baik video Ig (ada 3 postingan video), caption juga tayangan full di Youtube," tulisnya. Setelah itu, kasus ini mereda dengan sendirinya.
4. Kasus Tolikara
Foto/DOK.KORAN SINDO
Penggunaan pengeras suara saat salat Idul Fitri di lapangan Markas Komando Rayon Militer (Makoramil) 1702-11, Karubaga, Tolikara, Papua, pada 17 Juli 2015, diprotes masyarakat sekitar. Ketika umat Islam sedang salat Idul Fitri rekaat pertama, tiba-tiba datang sejumlah orang berusaha menghentikan ibadah.
Hal ini membuat jamaah salat Idul Fitri kehilangan konstrasi ibadah. Dua kelompok itu lalu saling lempar batu.
Tak berapa terdengar tembakan dari aparat. Tembakan ini tak meredakan situasi, tapi malah memicu kerusuhan lebih besar. Sejumlah kios dan rumah di sekitar Markas Koramil terbakar.
Berdasarkan hasil analisi Komnas HAM, kerusuhan ini dipicu kemarahan jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI). Mereka sebelumnya telah memberikan imbauan tapi malah kegiatan ibadah salat Idul Fitri dijaga polisi.
Tembakan aparat juga melukai 11 orang dan menyebab seorang meninggal dunia. Hal ini kemudian memicu pembakaran kios, rumah, dan tempat ibadah.
Peristiwa itu menyebabkan kurang lebih 400 orang mengungsi akibat kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 153 orang menyebar di 2 titik pengungsian dan sisanya kembali ke daerah.