Menjulangkan Rekognisi, Mewujudkan Kampus Moderasi

Sabtu, 19 Februari 2022 - 09:54 WIB
loading...
A A A
Kedua, konsolidasi administrasi dan manajemen. Hal itu ditandai dengan pola memperkuat sumber daya manusia (SDM), membangun kepercayaan (trust), dan etos kerja keras (hard working) yang tumbuh secara kolektif.

Dalam manajemen organisasi, kerja cerdas menjadi salah satu kunci di dalamnya. Ketiga, konsolidasi pengembangan kelembagaan dan kerjasa sama, termasuk pengembangan kemahasiswaan. Penataan di pelbagai aspek diwujudkan dengan ritme dan pola yang sama yakni untuk meningkatkan daya saing. Konsolidasi itu digaungkan dengan tujuan membawa kampus UIN KHAS Jember dapat berdiri sejajar dengan universitas besar lainnya di Indonesia.

Tentu, pelbagai konsolidasi itu didasarkan atas pembacaan pada perkembangan mutakhir yang meniscayakan penyesuaian terhadap apa yang disebut oleh Nian Can Liu, Yan Wu, dan Qi Wang sebagai global trends and institutional models dalam buku yang diterbitkan Brill berjudul World-Class Universities (2021), atau Mia Adams (2019) yang menyebut global trends in higher education dengan segala model dan perangkatnya.

Momentum dies natalis yang ke-56 UIN KHAS Jember menjadi titik pangkal kekuatan kolektif untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan yaitu “menjadi Universitas Islam terkemuka di Asia Tenggara pada tahun 2030 dengan kedalaman Ilmu berbasis kearifan lokal untuk kemanusiaan dan peradaban”.

Karena itu, penting untuk mengjulangkan rekognisi dengan memperkuat reputasi, sebagaimana yang diungkap John Niland (2000), “…For universities, world-class standing is built on reputation and perception often seen as subjective and uncertain–and it requires outstanding performance in many events. Performa menjadi titik kunci dalam langkah akselarasi kemajuan.

Kampus Moderasi
Saat ini, tantangan yang dihadapi oleh UIN KHAS Jember, terletak pada adaptabilitas untuk mengintegrasikan pelbagai kajian keilmuan dalam dialektika segitiga yaitu tradisi teks (hadharah al-nash), tradisi akademik-ilmiah (hadharah al-ilm), dan tradisi etik-kritis (hadharah al-falsafah). Perluasan mandat menjadi UIN meniscayakan untuk memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta proses integrasi keilmuan.

Dalam konteks integrasi keilmuan inilah, cara pandang dan cara berpikir diarahkan pada keterbukaan. Tidak lagi ada dikotomi keilmuan, melainkan bersifat dialektis. Praktis, semangat yang harus dikembangkan adalah pendekatan multidisipliner dalam pelbagai disiplin keilmuan. Implikasinya, suasana kampus diwarnai dengan konstruksi nalar kritis untuk memahami keragaman, menghargai perbedaan, dan mengamini kompleksitas.

Penggunaan nama Kiai Haji Achmad Siddiq Jember sebagai tokoh yang dikenal dengan komitmen kebangsaan dan keumatan, salah satunya dengan gagasan cemerlang trilogi ukhuwah, menjadi modal besar bagi kampus UIN KHAS Jember untuk mengokohkan Islam rahmatan lil alamin, yang lebih populer saat ini dengan sebutan Islam moderat dengan narasi pengarusutamaan dan penguatan moderasi beragama.

Jejak aktivisme Kiai Haji Achmad Siddiq yang melekat dalam balutan komitmen berbangsa dengan prinsip wasathiyah yang terdiri dari keseimbangan (tawazun), toleran (tasamuh), adil (i’tidal), tolong menolong (ta’awun), dan mengedepankan musyawarah (syura) menjadi modal sosial bagi kampus UIN KHAS Jember untuk melahirkan para sarjana yang menghargai kebebasan akademik, dialog yang ditopang oleh prinsip kesetaraan, persaudaraan, dan keadilan.

Sebagai refleksi atas derap langkah perjalanan dan capaian yang telah ditorehkan, momentum dies natalis ke-56 bagi UIN KHAS Jember menjadi modal sosial intelektual untuk semakin menguatkan intelektualisme moderat dengan modal dan komitmen kecintaan pada NKRI, kesetiaan pada nilai-nilai Pancasila, serta penerimaan terhadap tradisi dan kearifan lokal.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2051 seconds (0.1#10.140)