Sejarah Pemilu di Indonesia: dari Zaman Soekarno hingga Jokowi

Senin, 14 Februari 2022 - 20:09 WIB
loading...
A A A
Namun, baru 20 bulan menjabat, MPR menarik mandat yang diberikan kepada Gus Dur. Usai Gus Dur lengser, MPR melalui sidang istimewanya pada 23 Juli 2001 menetapkan Megawati sebagai Presiden RI, didampingi Hamzah Haz sebagai wakilnya.

Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat baru terlaksana pada pemilu tahun 2004. Dilaksanakan pada 5 Juli 2004, pemilu ini diikuti oleh 5 pasangan calon. Masing-masing pasangan tersebut adalah Wiranto-Salahudin Wahid, Megawati Soekarnoputri-Ahmad Hasyim Muzadi, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo, Susilo Bambang Yudhoyono-Muhammad Jusuf Kalla, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pilpres 2004 harus digelar dua putaran lantaran dari lima pasangan tersebut tidak ada satu pun yang memperoleh suara hingga 50% pada putaran pertama. Pada putaran kedua ini, SBY-JK berhadapan dengan Megawati-Hasyim Muzadi. Pilpres putaran kedua yang dilakukan pada 20 September 2004 menghasilkan kemenangan bagi pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla yang unggul dengan perolehan 60,62% (69.266.350 suara). Sementara, Megawati-Ahmad Hasyim Muzadi meraih 39,38% (44.990.704 suara).

Pada pemilu 2004, partai politik yang paling banyak menyedot suara masyarakat adalah Partai Golkar dengan 21,62%. Atau, ada sebanyak 128 kursi yang diraup oleh partai ini. Di posisi ke-2, ditempati Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan jumlah suara sebanyak 18,31% atau sekitar 20 juta suara.

Berlanjut ke pemilu 9 April 2009, partai yang banyak dipilih masyarakat adalah Demokrat dengan total 20,81% suara. Artinya, partai ini mampu meloloskan 148 wakilnya untuk duduk di Senayan. Disusul Golkar yang menempati posisi kedua dengan raihan suara 14,45% dan berhasil mengirimkan 106 wakilnya ke DPR.

Di tahun itu pula, SBY berhasil memenangi pemilihan presiden (pilpes) dengan meraup 60,80% suara. Kala itu, ia berpasangan dengan Boediono. Di posisi kedua, ada Megawati dan Prabowo Subianto yang mendulang 26,79% suara. Sementara, di posisi terakhir ada pasangan Jusuf Kalla dan Wiranto dengan perolehan suara 12,41%.

Pada 2014, Indonesia kembali menyelenggarakan pemilu, tepatnya pada 9 April. Dalam pilpres, pasangan calon yang bertarung adalah Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melawan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hasilnya, Jokowi-Jusuf Kalla berhasil memenangkan pemilu dengan meraup 70 juta suara. Prabowo-Hatta Rajasa di posisi kedua dengan 62,5 juta suara.

Sementara dalam pemilu legislatif, PDI Perjuangan menduduki peringkat pertama dengan perolehan suara mencapai 18,95%, disusul oleh Golkar yang meraih 14,75%, dan Gerindra sebanyak 11,81%.

Selang lima tahun kemudian, yakni pada 17 April 2019, pemilu kembali digelar. Jokowi mengulang kesuksesannya dalam pilpres dan menjadi presiden untuk kedua kalinya, berdampingan dengan Ma'ruf Amin sebagai wakilnya. Pasangan tersebut meraih suara sebanyak 55,50%. Di posisi kedua, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan 44,50% suara. Sementara itu, PDIP juga kembali menduduki peringkat pertama dengan perolehan 19,33% suara. Diikuti oleh Gerindra (12,57% suara) dan Golkar (12,31% suara) di posisi kedua dan ketiga.

Agenda pemilu selanjutnya akan berlangsung pada tahun 2024. Melansir Sindonews, survei yang dilakukan oleh lembaga survei Charta Politika menyebutkan ada 3 pasangan capres-cawapres yang muncul, yakni Ganjar Pranowo-Erick Tohir, Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Prabowo Subianto-Puan Maharani.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1214 seconds (0.1#10.140)