Cerita Pengurus Jenazah Corona: Ini Panggilan Jiwa

Jum'at, 12 Juni 2020 - 15:02 WIB
loading...
Cerita Pengurus Jenazah Corona: Ini Panggilan Jiwa
Pandemi virus Corona (Covid-19) telah memakan ribuan korban di Indonesia. Dalam pemulasaran jenazah korban Covid-19 juga harus sesuai protokol kesehatan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) telah memakan ribuan korban di Indonesia. Dalam pemulasaran jenazah korban Covid-19 juga harus sesuai protokol kesehatan. Pejuang Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura/Muhammadiyah Covid-19 Command Center MCCC, Muh Hanifurrohman pun menceritakan perjuangannya menjadi pejuang pemulasaran jenazah Covid-19.

(Baca juga: Mencari Format Terbaik Pendidikan di Pesantren dalam Pandemi Corona)

Hanifurrohman menceritakan, menjadi tim pemulasaran jenazah positif Covid-19 di rumah sakit tempatnya bekerja adalah panggilan jiwa. "Ini panggilan jiwa yang mendorong kami untuk melaksanakan pemulasaran jenazah Covid-19," ungkapnya di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta (12/6/2020).

(Baca juga: Dokter Reisa Ajak Lawan Covid-19 dengan Rajin Mencuci Tangan)

Dia mengatakan, pemulasaran jenazah di dalam Islam adalah fardhu kifayah sehingga harus dilaksanakan sesuai perintah agama. "Tentunya bagi kami pemulasaran jenazah itu merupakan fardhu kifayah dalam Islam itu tentunya merupakan kewajiban fardhu kifayah. Dan memang kita lakukan karena perintah agama," kata Hanifurrohman.

Jadi bagaimanapun juga, tegas Hanifurrohman bahwa pemulasaran jenazah ini harus dilaksanakan dengan baik untuk kemaslahatan umat dan untuk kebaikan masyarakat tentunya. Ia menceritakan bahwa pertama kali melaksanakan pemulasaran jenazah Covid-19 adalah pada dini hari.

"Waktu itu pemulasaran jenazah Covid-19 ini wafat pukul 1 dini hari. Tentunya pemulasaran jenazah pada pagi atau siang hari dan malam hari berbeda rasanya," ucapnya.

Ketika itu, Hanifurrohman mengatakan ia sedang bersama keluarga. Namun, sesuai dengan panggilan jiwanya, ia juga harus kembali ke rumah sakit untuk pemulasaran jenazah.

"Ini satu hal yang biasanya kan malam di rumah bersama keluarga dan kemudian kita harus datang untuk pemulasaran jenazah. Kita, katakanlah sebaik mungkin karena dorongan pertama kewajiban kita sebagai seorang muslim tidak boleh menolak kaitan dengan pemulasaran jenazah ini. Kemudian juga ini tugas dari rumah sakit tentunya," ungkapnya.

Ia pun menceritakan, pada awal-awal pemulasaran jenazah di rumah sakit tempatnya bekerja tidak ada kantong mayat. Bahkan, harus meminjam ke rumah sakit lain.

"Nah, saat itu kita melakukan pemulasaran jenazah, di awal-awal tidak ada kantong mayat. Kita tidak akan punya, kemudian kita meminjam di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih. Alhamdulillah diberikan pinjaman kantong mayat sehingga kami dapat melaksanakan dengan baik," ungkap Hanifurrohman.

Hanifurrohman juga menceritakan duka yang ia alami selama menjadi tim pemulasaran jenazah yakni penolakan dari keluarga jenazah Covid-19 ini. "Memang di rumah pasien itu, di satu sisi keluarga pasien itu matanya menolak untuk jenazah itu dilaksanakan sebagaimana dilaksanakan jenazah Covid," tuturnya.

Ia pun terus berusaha untuk memberikan edukasi kepada keluarga untuk melaksanakan pemulasaran jenazah hingga pemakaman jenazah dengan protokol kesehatan penanganan Covid-19.

"Keinginannya kuat, keluarga meminta dibawa pulang. Dan kemudian, secara psikologis tidak mau bawa jenazah Covid. Tetapi demi kesehatan kita berikan edukasi kepada keluarga untuk dapat dilaksanakan di rumah sakit, tentunya yang sudah melalui prosedur kesehatan," kata Hanifurrohman.

Selain itu, duka yang ia rasakan adalah ketika dalam bertugas harus menggunakan Alat Pelindung Diri Lengkap. "Kita memakai APD yang begitu ketat, ya tidak nyaman, gerah. Kita pakai APD itu seperti robot. Mohon maaf kalau ingin ke kamar kecil saja harus ditahan dulu demi penanganan jenazah dulu. Kalau ke kamar mandi kita harus buka APD, dan harus mengulangi dari awal lagi mengganti APD lagi. Dukanya seperti itu," jelasnya.

Tapi sukanya, kata Hanifurrohman ia merasa bangga sekali kalau keluarga jenazah itu menyetujui untuk dilaksanakan pemulasaran jenazah sesuai dengan prosedur kesehatan.

"Rayuan kita kepada keluarga akhirnya menerima itu yang membuat kita bangga. Merasa berhasil, karena perdebatan dengan keluarga cukup alot. Itu kadang-kadang di masyarakat juga tidak perlu takut dengan Covid, takutlah pada Tuhan, takutah pada Allah SWT," katanya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4136 seconds (0.1#10.140)