Perempuan PPP Ajak Masyarakat Bersiap Hadapi Era New Normal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) Reni Marlinawati mengingatkan masyarakat, terutama kalangan perempuan untuk bersiap menghadapi era new normal atau pola kehidupan baru di tengah pandemi Covid-19.
“Hari ini kita dihadapkan era baru atau new normal. Beberapa negara menerapkannya. Pemerintah dan masyarakat harus menyiapkannya dengan baik,” ujar Reni dalam diskusi serial Perempuan PPP se-Indonesia secara virtual dengan tema The New Normal: Kesiapan Pemerintah dan Masyarakat, Kamis (11/6/2020).
Menurut Reni, perempuan PPP harus memiliki peran dan kontribusi untuk masyarakat dan negara. "Apalagi anggota kita banyak di akar rumput. Dalam kasus Covid-19, perempuan juga terkena dampaknya,” paparnya.(
)
Mengacu pada keterangan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO bahwa Covid-19 tak bisa diprediksi kapan berakhir. Namun, menurut Reni, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat harus tetap berjalan.
Sementara itu, Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yang hadir sebagai keynote speaker, menjelaskan bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi Covid-19 agar Indonesia betul-betul menjadi negara zona hijau.
“Ibarat sepak bola, semula kita menjaga agar gawang tidak jebol kemasukan gol, akhirnya jebol juga. Ya kita mengatur serangan maka kemudian kita bentuk Gugus Tugas,” ungkap Muhadjir.
Pemerintah pun mempelajari berbagai landasan hukum, termasuk UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Mantan Rektor Univeritas Muhammadiyah Malang itu menjelaskan, strategi pemerintah menghadapi Covod-19 sebagai strategi trisula. Yakni di sektor darurat kesehatan, jaring pengaman sosial, dan survivabilitas ekonomi.
“Untuk ekonomi, kita belum sampai pada recovery, tapi baru survive, menjaga ekonomi kita agar tidak mati, tidak ambruk. Sekarang langkah yang dilakukan oleh tim adalah langkah recovery. Untuk menuju itu, diperlukan prasyarat keadaannya normal,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menjelaskan Covid-19 adalah fenomena virus baru yang perilakunya tidak diketahui. Covid-19 menjadi hantu dalam kehidupan masyarakat.
“Dari segi kesehatan kita mau tidak mau harus melakukan adaptasi. Karena virusnya sifatnya secara insting, akan mencari tempat berkembang biak dan bertahan hidup dan yang dipilih di saluran pernapasan manusia. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar kita tidak terserang dan terinfeksi oleh virus,” jelas Faqih.
Peneliti Senior INDEF Enny Sri Hartati setuju bahwa persoalan yang dihadapi saat ini adalah Covid-19. Karena itu, dia minta semua elemen menganggap Covid-19 sebagai ancaman, bukan sekadar bahwa Covid-19 ada.
Dia mengapresiasi diskusi yang diselenggarakan oleh PPP ini. “Mudah-mudahan dari diskusi ini bisa disuarakan oleh PPP untuk bagaimana terus berkontribusi dan andil dalam setiap kebijakan terutama ke depan,” kata Enny.
Narasumber lainnya adalah sosiolog UI Imam B Prasodjo. Diskusi serial ini juga dihadiri sebanyak 300 orang lebih. Mereka antara lain anggota DPR dan DPRD dari Fraksi PPP di sejumlah wilayah Indonesia, Koordinator Maju Perempuan Indonesia Lena Maryana Mukti, KPPI Jawa Barat, dan masyarakat umum.
“Hari ini kita dihadapkan era baru atau new normal. Beberapa negara menerapkannya. Pemerintah dan masyarakat harus menyiapkannya dengan baik,” ujar Reni dalam diskusi serial Perempuan PPP se-Indonesia secara virtual dengan tema The New Normal: Kesiapan Pemerintah dan Masyarakat, Kamis (11/6/2020).
Menurut Reni, perempuan PPP harus memiliki peran dan kontribusi untuk masyarakat dan negara. "Apalagi anggota kita banyak di akar rumput. Dalam kasus Covid-19, perempuan juga terkena dampaknya,” paparnya.(
Baca Juga
Mengacu pada keterangan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO bahwa Covid-19 tak bisa diprediksi kapan berakhir. Namun, menurut Reni, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat harus tetap berjalan.
Sementara itu, Menko Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yang hadir sebagai keynote speaker, menjelaskan bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi Covid-19 agar Indonesia betul-betul menjadi negara zona hijau.
“Ibarat sepak bola, semula kita menjaga agar gawang tidak jebol kemasukan gol, akhirnya jebol juga. Ya kita mengatur serangan maka kemudian kita bentuk Gugus Tugas,” ungkap Muhadjir.
Pemerintah pun mempelajari berbagai landasan hukum, termasuk UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Mantan Rektor Univeritas Muhammadiyah Malang itu menjelaskan, strategi pemerintah menghadapi Covod-19 sebagai strategi trisula. Yakni di sektor darurat kesehatan, jaring pengaman sosial, dan survivabilitas ekonomi.
“Untuk ekonomi, kita belum sampai pada recovery, tapi baru survive, menjaga ekonomi kita agar tidak mati, tidak ambruk. Sekarang langkah yang dilakukan oleh tim adalah langkah recovery. Untuk menuju itu, diperlukan prasyarat keadaannya normal,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menjelaskan Covid-19 adalah fenomena virus baru yang perilakunya tidak diketahui. Covid-19 menjadi hantu dalam kehidupan masyarakat.
“Dari segi kesehatan kita mau tidak mau harus melakukan adaptasi. Karena virusnya sifatnya secara insting, akan mencari tempat berkembang biak dan bertahan hidup dan yang dipilih di saluran pernapasan manusia. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar kita tidak terserang dan terinfeksi oleh virus,” jelas Faqih.
Peneliti Senior INDEF Enny Sri Hartati setuju bahwa persoalan yang dihadapi saat ini adalah Covid-19. Karena itu, dia minta semua elemen menganggap Covid-19 sebagai ancaman, bukan sekadar bahwa Covid-19 ada.
Dia mengapresiasi diskusi yang diselenggarakan oleh PPP ini. “Mudah-mudahan dari diskusi ini bisa disuarakan oleh PPP untuk bagaimana terus berkontribusi dan andil dalam setiap kebijakan terutama ke depan,” kata Enny.
Narasumber lainnya adalah sosiolog UI Imam B Prasodjo. Diskusi serial ini juga dihadiri sebanyak 300 orang lebih. Mereka antara lain anggota DPR dan DPRD dari Fraksi PPP di sejumlah wilayah Indonesia, Koordinator Maju Perempuan Indonesia Lena Maryana Mukti, KPPI Jawa Barat, dan masyarakat umum.
(dam)