Podcast sang Mentalis dan Tantangan Jurnalisme di Era Digital
loading...
A
A
A
Hal lainnya bisa juga ditelaah melalui kode etik jurnalistik jika kita ingin memahami karya podcast Deddy itu sebagai sebuah karya jurnalistik. Merujuk Kode Etik Jurnalistik Pasal 1 ayat c, di sana dijelaskan adanya kewajiban untuk menyampaikan informasi berimbang yang membuat semua pihak terkait dengan pemberitaan itu mendapat kesempatan yang setara. Sekali lagi, jika kita menyimak semua rekaman podcast Deddy, sesungguhnya semakin tampak jelas bahwa Deddy memang tidak memberikan ruang penyeimbang kehadiran cover both side . Deddy tentunya mafhum perihal ini dan di sinilah seharusnya publik yang berpolemik dapat memahaminya secara jernih.
Era Digital dan Tren Jurnalisme Warga
Terlepas dari polemik yang muncul, podcast yang dibuat oleh Deddy ini sesungguhnya menjadi fenomena menarik di tengah perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Internet telah membuka kesempatan kepada siapa saja untuk berkreasi membangun pesannya melalui sebuah kemasan storytelling , tak terkecuali pada dunia jurnalistik.
Bahkan pada dekade 1990-an, Bill Gates pernah memprediksi digitalisasi dalam bidang komunikasi dan informasi bakal menjadi ancaman serius bagi industri media arus utama (mainstream ). Pada masa itu mulai bermunculan ruang-ruang virtual melalui mailing list maupun blog. Informasi digital yang disajikan tersebut menjadi semacam tonggak awal dalam mempercepat lahirnya gerakan jurnalisme warga (citizens journalism ) di era berikutnya.
Dengan kemajuan teknologi serta semakin terdigitalisasinya kehidupan masyarakat modern saat ini, ruang-ruang berekspresi untuk menyampaikan maupun mengungkapkan informasi yang kerap terselubung menjadi semakin terbuka lebar. Tak heran era digital menjadikan mata dan telinga warga sebagai kamera-kamera hidup yang siap merekam setiap peristiwa yang terjadi dalam keseharian. Teknologi informasi seakan menghilangkan sekat-sekat informasi yang selama ini tak mudah diperoleh publik.
Di era sekarang, seakan menjadi kelaziman ketika kita membaca produk-produk jurnalistik media mainstream yang justru muncul bersumber dari cuitan pubic figure di media sosial. Di sisi lain, belakangan publik pun menjadi begitu mudah percaya pada karya atau ucapan buzzer maupun influencer di media sosial ketimbang informasi yang lebih terbungkus rapi di media arus utama. Artinya, fenomena citizens journalism di era teknologi digital seperti sekarang adalah sebuah keniscayaan. Kasus podcast Deddy Corbuzier seharusnya menjadi vitamin penting bagi para pelaku industri media arus utama untuk lebih bekerja keras menghasilkan karya-karya jurnalistik terbaiknya untuk kepentingan publik.
Sebagaimana slogan yang terpampang di laman Columbia Journalism School, produk jurnalistik yang baik itu seharusnya dapat menyampaikan kebenaran sebagai pondasi kekuatan untuk menjadikan hari esok lebih baik. Tentunya, tanpa mengurangi rasa hormat atas usaha keras yang sudah dilakukan media mainstream selama ini, mungkin inilah saatnya untuk berbenah lebih memperkuat dan mengembangkan produk-produk jurnalistik berkualitasnya dengan acuan kepentingan publik, serta menjaga netralitas pemikiran tentang berbagai masalah secara objektif.
Inilah momentum bagi media untuk memberikan edukasi dan informasi yang tepat ketika publik yang mengalami banjir informasi di ruang-ruang virtualnya. Saatnya kaidah jurnalistik yang tepat kembali dikembangkan lewat karya-karya yang tak hanya have to nice atau mengejar clickbait semata, tapi lebih daripada itu mengembalikan ke khitahnya menjalankan fungsi jurnalistik sebagai pilar keempat demokrasi.
Era digital memang menghadirkan potensi disrupsi di berbagai bidang, termasuk industri media. Namun, rasanya kita masih percaya bahwa kehadiran teknologi informasi bagi jurnalistik lebih kepada mengubah cara berbagi informasi terverifikasi dan menyajikan berita berdasarkan kebenaran data fakta peristiwa, bukan sekadar menyebarkan cuitan sensasional tanpa dasar. Teknologi informasi tentu mengubah pola konsumsi informasi di masyarakat menjadi lebih cepat, namun penting juga untuk media mengawal ketepatan informasinya sehingga informasi begitu layak diterima audiensnya.
Karya jurnalistik era digital yang berkualitas dan bertanggung jawab secara perlahan akan mengedukasi masyarakat dengan sendirinya untuk dapat memilah informasi dan media yang tepat, yaitu karya yang selalu menyampaikan informasi atas dasar kebenaran. Tumbuh-kembang media dan jurnalistik di era digital ditentukan kemampuan media tersebut dalam beradaptasi dengan arus perubahan teknologi informasi dalam menghadirkan informasi akurat, tajam, dan terpercaya. Karya-karya jurnalistik terbaik akan mampu mendorong tumbuh-kembang industri media mainstream di era inovasi digital untuk selalu menjadi lebih baik, dan dapat merawat keharmonisan kehidupan antaranak bangsa di negeri ini.
Era Digital dan Tren Jurnalisme Warga
Terlepas dari polemik yang muncul, podcast yang dibuat oleh Deddy ini sesungguhnya menjadi fenomena menarik di tengah perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Internet telah membuka kesempatan kepada siapa saja untuk berkreasi membangun pesannya melalui sebuah kemasan storytelling , tak terkecuali pada dunia jurnalistik.
Bahkan pada dekade 1990-an, Bill Gates pernah memprediksi digitalisasi dalam bidang komunikasi dan informasi bakal menjadi ancaman serius bagi industri media arus utama (mainstream ). Pada masa itu mulai bermunculan ruang-ruang virtual melalui mailing list maupun blog. Informasi digital yang disajikan tersebut menjadi semacam tonggak awal dalam mempercepat lahirnya gerakan jurnalisme warga (citizens journalism ) di era berikutnya.
Dengan kemajuan teknologi serta semakin terdigitalisasinya kehidupan masyarakat modern saat ini, ruang-ruang berekspresi untuk menyampaikan maupun mengungkapkan informasi yang kerap terselubung menjadi semakin terbuka lebar. Tak heran era digital menjadikan mata dan telinga warga sebagai kamera-kamera hidup yang siap merekam setiap peristiwa yang terjadi dalam keseharian. Teknologi informasi seakan menghilangkan sekat-sekat informasi yang selama ini tak mudah diperoleh publik.
Di era sekarang, seakan menjadi kelaziman ketika kita membaca produk-produk jurnalistik media mainstream yang justru muncul bersumber dari cuitan pubic figure di media sosial. Di sisi lain, belakangan publik pun menjadi begitu mudah percaya pada karya atau ucapan buzzer maupun influencer di media sosial ketimbang informasi yang lebih terbungkus rapi di media arus utama. Artinya, fenomena citizens journalism di era teknologi digital seperti sekarang adalah sebuah keniscayaan. Kasus podcast Deddy Corbuzier seharusnya menjadi vitamin penting bagi para pelaku industri media arus utama untuk lebih bekerja keras menghasilkan karya-karya jurnalistik terbaiknya untuk kepentingan publik.
Sebagaimana slogan yang terpampang di laman Columbia Journalism School, produk jurnalistik yang baik itu seharusnya dapat menyampaikan kebenaran sebagai pondasi kekuatan untuk menjadikan hari esok lebih baik. Tentunya, tanpa mengurangi rasa hormat atas usaha keras yang sudah dilakukan media mainstream selama ini, mungkin inilah saatnya untuk berbenah lebih memperkuat dan mengembangkan produk-produk jurnalistik berkualitasnya dengan acuan kepentingan publik, serta menjaga netralitas pemikiran tentang berbagai masalah secara objektif.
Inilah momentum bagi media untuk memberikan edukasi dan informasi yang tepat ketika publik yang mengalami banjir informasi di ruang-ruang virtualnya. Saatnya kaidah jurnalistik yang tepat kembali dikembangkan lewat karya-karya yang tak hanya have to nice atau mengejar clickbait semata, tapi lebih daripada itu mengembalikan ke khitahnya menjalankan fungsi jurnalistik sebagai pilar keempat demokrasi.
Era digital memang menghadirkan potensi disrupsi di berbagai bidang, termasuk industri media. Namun, rasanya kita masih percaya bahwa kehadiran teknologi informasi bagi jurnalistik lebih kepada mengubah cara berbagi informasi terverifikasi dan menyajikan berita berdasarkan kebenaran data fakta peristiwa, bukan sekadar menyebarkan cuitan sensasional tanpa dasar. Teknologi informasi tentu mengubah pola konsumsi informasi di masyarakat menjadi lebih cepat, namun penting juga untuk media mengawal ketepatan informasinya sehingga informasi begitu layak diterima audiensnya.
Karya jurnalistik era digital yang berkualitas dan bertanggung jawab secara perlahan akan mengedukasi masyarakat dengan sendirinya untuk dapat memilah informasi dan media yang tepat, yaitu karya yang selalu menyampaikan informasi atas dasar kebenaran. Tumbuh-kembang media dan jurnalistik di era digital ditentukan kemampuan media tersebut dalam beradaptasi dengan arus perubahan teknologi informasi dalam menghadirkan informasi akurat, tajam, dan terpercaya. Karya-karya jurnalistik terbaik akan mampu mendorong tumbuh-kembang industri media mainstream di era inovasi digital untuk selalu menjadi lebih baik, dan dapat merawat keharmonisan kehidupan antaranak bangsa di negeri ini.