Nekat! Kolonel Pentolan Intelijen Ini Berani Lawan Sepupunya yang Berpangkat Jenderal
loading...
A
A
A
Sebaliknya, Nasution memandang Lubis sebagai penyulut utama dari oposisi melawan dirinya di kalangan Angkatan Darat. "Kami berseberangan sejak masa Yogya (selama revolusi)," tutur Nasution seperti dikutip Audrey Kahn dalam Dari Pemberontakan ke Integrasi.
"Dia masih mempunyai orang-orang dari masa ini dan masih mempunyai hubungan dengan panglima-panglima daerah. Beberapa orang di SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) di Bandung sangat dekat dengan Lubis, sebagian sebelumnya adalah orang-orangnya. Sumual (kemudian memimpin pemberontakan di Sulawan) dilatih di sana."
Perseteruan itu kembali pecah pada Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mendesak pembubaran Parlemen, tetapi ditolak Presiden Soekarno. Nasution, yang dianggap otak di balik peristiva ini, kemudian mengundurkan diri sebagai KSAD.
Posisinya kemudian digantikan Bambang Sugeng. Hal itu menyebabkan terjadinya krisis di tubuh Angkatan Darat dan baru bisa diselesaikan dalam forum rekonsiliasi di Yogyakarta pada Februari 1955. Namun pergantian kepemimpinan di tubuh AD masih saja bergolak.
Pengangkatan Bambang Utoyo sebagai KSAD mendapat penolakan dari sebagian bear perwira Angkatan Darat. Nasution akhirnya kembali menduduki jabatan itu. Lubis menjadi wakilnya dan harus menyerahkan tongkat komando, sebagai Pj KSAD, jabatan yang kosong kepada Nasution.
Lantas Lubis mengusulkan agar Markas Besar Angkatan Darat membagi dua wilayah kerja kepada Nasution. Lubis memegang administrasi markas besar merasa bisa menangani urusan ke dalam guna membantu Nasution yang lebih kerap fokus di luar, membawa Angkatan Darat di pentas perpolitikan nasional.
Usulan Lubis itu ditolak mentah-mentah oleh Nasution. Nasution merasa usulan Lubis tersebut sama saja dengan dualisme kepemimpinan.
Pertentangan keduanya makin keras ketika Nasution bermaksud memperbaiki rantai komando TNI yang sempat rusak karena Peristiwa 17 Oktober 1952. Dia merencanakan mutasi sejumlah perwira senior, dikenal sebagai tour of duty. Lubis masuk dalam rencana mutasi.
Gatot Subroto ditunjuk mengantikan posisinya. Sementara Lubis dipercaya mengisi pos baru menjadi Panglima Tentara Teritorium I di Sumatera Utara. Namun, rencana itu mendapat respons negatif dari Lubis. Dia merasa disingkirkan oleh Nasution.
"Dia masih mempunyai orang-orang dari masa ini dan masih mempunyai hubungan dengan panglima-panglima daerah. Beberapa orang di SSKAD (Sekolah Staf Komando Angkatan Darat) di Bandung sangat dekat dengan Lubis, sebagian sebelumnya adalah orang-orangnya. Sumual (kemudian memimpin pemberontakan di Sulawan) dilatih di sana."
Perseteruan itu kembali pecah pada Peristiwa 17 Oktober 1952 yang mendesak pembubaran Parlemen, tetapi ditolak Presiden Soekarno. Nasution, yang dianggap otak di balik peristiva ini, kemudian mengundurkan diri sebagai KSAD.
Posisinya kemudian digantikan Bambang Sugeng. Hal itu menyebabkan terjadinya krisis di tubuh Angkatan Darat dan baru bisa diselesaikan dalam forum rekonsiliasi di Yogyakarta pada Februari 1955. Namun pergantian kepemimpinan di tubuh AD masih saja bergolak.
Pengangkatan Bambang Utoyo sebagai KSAD mendapat penolakan dari sebagian bear perwira Angkatan Darat. Nasution akhirnya kembali menduduki jabatan itu. Lubis menjadi wakilnya dan harus menyerahkan tongkat komando, sebagai Pj KSAD, jabatan yang kosong kepada Nasution.
Lantas Lubis mengusulkan agar Markas Besar Angkatan Darat membagi dua wilayah kerja kepada Nasution. Lubis memegang administrasi markas besar merasa bisa menangani urusan ke dalam guna membantu Nasution yang lebih kerap fokus di luar, membawa Angkatan Darat di pentas perpolitikan nasional.
Usulan Lubis itu ditolak mentah-mentah oleh Nasution. Nasution merasa usulan Lubis tersebut sama saja dengan dualisme kepemimpinan.
Pertentangan keduanya makin keras ketika Nasution bermaksud memperbaiki rantai komando TNI yang sempat rusak karena Peristiwa 17 Oktober 1952. Dia merencanakan mutasi sejumlah perwira senior, dikenal sebagai tour of duty. Lubis masuk dalam rencana mutasi.
Gatot Subroto ditunjuk mengantikan posisinya. Sementara Lubis dipercaya mengisi pos baru menjadi Panglima Tentara Teritorium I di Sumatera Utara. Namun, rencana itu mendapat respons negatif dari Lubis. Dia merasa disingkirkan oleh Nasution.