Zulkifli Lubis, Bapak Intelijen Indonesia yang Tak Bisa Dikuasai Komunis

Jum'at, 31 Desember 2021 - 05:32 WIB
loading...
Zulkifli Lubis, Bapak Intelijen Indonesia yang Tak Bisa Dikuasai Komunis
Bicara dunia intelijen Indonesia ada nama yang tak boleh dilupakan. Dia adalah Kolonel Zulkifli Lubis. Namanya memang tak sementereng Ali Moertopo atau LB Moerdani, tapi Lubis tak bisa dinafikan punya jasa besar. Foto/Wikipedia
A A A
JAKARTA - Bicara dunia intelijen Indonesia ada nama yang tak boleh dilupakan. Dia adalah Kolonel Zulkifli Lubis . Namanya memang tak sementereng Ali Moertopo atau LB Moerdani, tapi Lubis tak bisa dinafikan punya jasa besar.

Lubis merupakan peletak pondasi lembaga intelijen Tanah Air. Sepak terjangnya tak main-main, tak ayal dia dinobatkan sebagai Bapak Intelijen Indonesia. Baca juga: Kisah Perwira Lulusan Akmil Nyaris Ditusuk Anak Buah di Depan Prabowo

Dikutip dari buku "Zulkifli Lubis, Bapak Intelijen Indonesia", Jumat (31/12/2021), nasihat orang tua menjadi ajaran yang dipraktikkan dalam intelijen oleh Lubis. Sebelum berangkat ke Yogyakarta untuk mengenyam studi di AMS-B, Lubis mendapat pesan dari orang tuanya. Ibunya menekankan pentingnya mencari nasihat, bukan memberi nasihat.

"Yan, harus datangi, kenalkan diri, dan minta nasihat kepada orang yang tertua umurnya (pengalamannya), alim-ulama, guru, dan orang kaya yang dermawan," demikian ibunya memanggil Lubis, panggilan kecil untuk orang Belanda.

Dari ayahnya yang seorang pamong praja, Lubis mendapat pesan singkat namun penuh makna. "Met de hoed in de hand, komt je in de geang in de wereld (dengan menghargai orang lain, dunia akan menerimamu)," ucap ayahnya.

Lubis memandang ajaran ayah dan ibunya sama dengan ajaran intelijen. Agar dapat "menerima nasihat", seseorang harus bersikap demokratis dan rendah hati. Begitu pula dengan cara intelijen. "Harus ramah, baru bisa mencari nasihat (baca: informasi). Kalau kita sombong, tidak bisa mencari nasihat. Satu segi dari nilai demokrasi itu adalah mampu mengendalikan diri menjadi mencari nasihat. Itu yang saya praktikkan," kata Lubis dalam memoarnya.

Dia hanya mengenyam bangku kelas dua ketika studi di AMS-B. Pasalnya Jepang sudah tiba di Tanah Air. Pawoko, salah satu teman sekolahnya lalu mengajak Lubis masuk Seinen Kurenso (tempat latihan pemuda) yang pesertanya banyak dari AMS dan MULO.

Joyce C Lebra dalam "Tentara Gemblengan Jepang" menuturkan rekrutmen dilakukan di setiap provinsi di Jawa dan Sumatera. Calon yang dipilih harus memiliki kesadaran nasional tinggi. Militer Jepang menghindari calon-calon yang telah mendapat pendidikan militer Belanda di KNIL atau mereka yang mendapat pendidikan ala Barat. Karena itulah Jepang tak membentuk tempat latihan pemuda di Indonesia timur, Sulawesi Utara, dan Ambon.

Di pusat-pusat pelatihan pemuda, ratusan pemuda mendapat latihan semimiliter dan indoktrinasi agar mereka dapat membantu pertahanan sipil. Masa pendidikan permulaan selama enam bulan, tapi Lubis hanya menjalani pelatihan selama dua bulan.

Setelah itu beberapa pemuda dipilih untuk dikirim ke Seinen Dojo (tempat penggemblengan pemuda) di Tangerang, setelah melalui ujian saringan berupa ujian kesehatan badan dan sejumlah pertanyaan mengenai kolonialisme Belanda. "Dari pusat pendidikan pemuda di Yogyakarta, misalnya, dipilihlah beberapa orang yang menonjol untuk dikirim ke Tangerang. Di antaranya Zulkifli Lubis dan Kemal Idris," tulis Joyce.
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1734 seconds (0.1#10.140)