G20, Kesehatan dan Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
Sepanjang 2022, kedua obat ini tentu akan makin banyak diproduksi dan luas digunakan di dunia. Selain itu, kita dapat berharap akan ada lagi obat Covid-19 yang mungkin juga akan ditemukan dan digunakan di dunia. Juga cara diagnosis yang lebih mudah juga diharapkan terus berkembang, sesuai perkembangan teknologi diagnostik yang ada.
Setidaknya diharapkan akan ada metode pengambilan sampel yang lebih nyaman bagi kita. Berbagai alat diagnosis yang dapat digunakan di rumah juga mulai digunakan di banyak negara, mudah-mudahan juga nanti dapat tersedia di negara kita.
G20 Indonesia
Seperti juga disampaikan Direktur Jenderal WHO di atas, maka optimisme pengendalian pandemi pada 2022 hanya akan berhasil bila ada kerja sana internasional yang baik untuk bersama-sama menghentikan pandemi, tidak hanya melihat negaranya semata. Sudah lama kita kenal bahwa dalam pandemi seperti sekarang ini “no one is safe until everyone is safe”.
Pandemi adalah masalah dunia, hanya dengan kesadaran, komitmen dan kerja bersama negara-negara di dunia maka kita dapat bergerak bersama ke akhir pandemi. Dalam konteks kerja sama internasional inilah maka Indonesia yang memegang Presidensi G20 pada 2022 jelas punya peran amat besar, untuk memimpin tata ulang arsitektur kesehatan global. Apalagi Presiden Jokowi sudah jelas menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan fokus membahas tiga isu strategis, yaitu penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.
Presidensi G20 Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang dapat diartikan sebagai pulih bersama dan pulih lebih kuat, tentu termasuk pulih dari pandemi Covid-19 .
Dari informasi yang ada maka kini ada tiga isu prioritas bidang kesehatan G20 Indonesia. Isu prioritas pertama adalah membangun resiliensi sistem kesehatan global dengan tiga program utama. Pertama adalah dalam bentuk penggalangan sumber dana untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.
Inisiatif yang akan dipilih nampaknya dengan melanjutkan pembentukan mekanisme “Global Health Threat Fund” yang telah diusung Presidensi G20 Italia sebelumnya melalui “Joint Finance and Health Ministers Task Force”. Kedua akan diprogramkan upaya penggalangan sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.
Dalam hal ini akan dibangun mekanisme global penggalangan, akses, dan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial, untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang antara lain ini dapat diadvokasi melalui “Working Group on Strengthening WHO Preparedness & Response (WGPR)”. Hal ketiga adalah peningkatan surveilans global dengan berbagi data genomik melalui platform terbuka. Untuk ini akan dioptimasi platform berbagi data genomik global yang telah dipercaya oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia.
Isu prioritas kedua yang sudah disusun adalah adalah harmonisasi standar protokol kesehatan global, dengan dua programnya. Pertama adalah harmonisasi pedoman protokol kesehatan untuk mendukung perjalanan lintas batas negara. Hal ini nampaknya akan dilakukan dengan mengharmonisasi pedoman protokol kesehatan yang sudah diakui secara internasional. Program kedua adalah upaya menghubungkan sistem informasi kesehatan dari berbagai negara untuk perjalanan internasional. Ini akan dilakukan dengan membangun interoperabilitas antar sistem informasi kesehatan di pintu masuk negara.
Isu prioritas ketiga adalah mengekspansi poros manufaktur global ke negara-negara berkembang dan berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan. Untuk ini ada dua program yang nampaknya dipilih, yaitu kesatu adalah ekspansi “global manufacture hubs” untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik ke negara-negara berkembang serta kedua berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.
Setidaknya diharapkan akan ada metode pengambilan sampel yang lebih nyaman bagi kita. Berbagai alat diagnosis yang dapat digunakan di rumah juga mulai digunakan di banyak negara, mudah-mudahan juga nanti dapat tersedia di negara kita.
G20 Indonesia
Seperti juga disampaikan Direktur Jenderal WHO di atas, maka optimisme pengendalian pandemi pada 2022 hanya akan berhasil bila ada kerja sana internasional yang baik untuk bersama-sama menghentikan pandemi, tidak hanya melihat negaranya semata. Sudah lama kita kenal bahwa dalam pandemi seperti sekarang ini “no one is safe until everyone is safe”.
Pandemi adalah masalah dunia, hanya dengan kesadaran, komitmen dan kerja bersama negara-negara di dunia maka kita dapat bergerak bersama ke akhir pandemi. Dalam konteks kerja sama internasional inilah maka Indonesia yang memegang Presidensi G20 pada 2022 jelas punya peran amat besar, untuk memimpin tata ulang arsitektur kesehatan global. Apalagi Presiden Jokowi sudah jelas menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan fokus membahas tiga isu strategis, yaitu penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.
Presidensi G20 Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang dapat diartikan sebagai pulih bersama dan pulih lebih kuat, tentu termasuk pulih dari pandemi Covid-19 .
Dari informasi yang ada maka kini ada tiga isu prioritas bidang kesehatan G20 Indonesia. Isu prioritas pertama adalah membangun resiliensi sistem kesehatan global dengan tiga program utama. Pertama adalah dalam bentuk penggalangan sumber dana untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.
Inisiatif yang akan dipilih nampaknya dengan melanjutkan pembentukan mekanisme “Global Health Threat Fund” yang telah diusung Presidensi G20 Italia sebelumnya melalui “Joint Finance and Health Ministers Task Force”. Kedua akan diprogramkan upaya penggalangan sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.
Dalam hal ini akan dibangun mekanisme global penggalangan, akses, dan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial, untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang antara lain ini dapat diadvokasi melalui “Working Group on Strengthening WHO Preparedness & Response (WGPR)”. Hal ketiga adalah peningkatan surveilans global dengan berbagi data genomik melalui platform terbuka. Untuk ini akan dioptimasi platform berbagi data genomik global yang telah dipercaya oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia.
Isu prioritas kedua yang sudah disusun adalah adalah harmonisasi standar protokol kesehatan global, dengan dua programnya. Pertama adalah harmonisasi pedoman protokol kesehatan untuk mendukung perjalanan lintas batas negara. Hal ini nampaknya akan dilakukan dengan mengharmonisasi pedoman protokol kesehatan yang sudah diakui secara internasional. Program kedua adalah upaya menghubungkan sistem informasi kesehatan dari berbagai negara untuk perjalanan internasional. Ini akan dilakukan dengan membangun interoperabilitas antar sistem informasi kesehatan di pintu masuk negara.
Isu prioritas ketiga adalah mengekspansi poros manufaktur global ke negara-negara berkembang dan berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan. Untuk ini ada dua program yang nampaknya dipilih, yaitu kesatu adalah ekspansi “global manufacture hubs” untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik ke negara-negara berkembang serta kedua berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.