G20, Kesehatan dan Pandemi Covid-19

Selasa, 04 Januari 2022 - 09:20 WIB
loading...
G20, Kesehatan dan Pandemi Covid-19
Tjandra Yoga Aditama. FOTO/Istimewa
A A A
Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI,
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Kita tahu bahwa penyakit Covid-19 bermula pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China, dan dinyatakan pandemi oleh WHO pada 11 Maret 2020. Pada 1 Januari 2022 di dunia tercatat ada 1.083.529 kasus baru Covid-19 di dunia. Kita memasuki tahun 2022 dengan mencatat total kasus Covid-19 di dunia sudah sekitar 290 juta kasus dengan lebih dari 5 juta kematian.

Dalam mengantar tahun 2022 Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus optimistis bahwa pandemi Covid-19 akan dikalahkan pada 2022. Namun, dia menggarisbawahi bahwa hal itu bisa tercapai asalkan negara-negara di dunia bekerja sama untuk menahan penyebarannya.

Ada beberapa hal yang kita dapat lihat sebagai harapan optimisme pengendalian pandemi Covid-19 pada 2022 ini. Akan semakin banyak penduduk bumi -dan juga kita di Indonesia- yang sudah akan mendapat vaksinasi Covid-19 pada 2022 ini, walaupun tentu tidak sepenuhnya merata di seluruh dunia.

WHO menargetkan di pertengahan 2022 seluruh negara sudah memvaksinasi setidaknya 70% penduduknya, yang untuk Indonesia maka angka cakupannya akan lebih dari itu.

Vaksinasi yang memadai, apalagi bersama dengan penerapan protokol kesehatan, tentu akan punya tiga dampak penting. Pertama, akan mengurangi kemungkinan tertular, atau setidaknya mengurangi kemungkinan jatuh sakit berat dan kematian.

Kedua, akan mengurangi penularan di masyarakat sehingga situasi epidemiologi di dalam negara dan antarnegara dapat lebih terkendali. Ketiga, dengan terbatasnya penularan di masyarakat maka kita dapat berharap bahwa kemungkinan terjadinya mutasi baru dapat lebih kecil.

Kita juga dapat berharap akan ada jenis vaksin baru yang lebih mudah digunakan, tanpa suntikan, misalnya dalam bentuk inhalasi atau oral dll. Penelitian sudah dimulai dan memang sampai akhir 2021 belum ada produk yang sudah selesai, tetapi kita dapat berharap akan ada produk akhir di 2022 ini.

Selain itu, bukan tidak mungkin akan ada vaksin yangt lebih baik efikasinya, baik kalau dilakukan modifikasi bila diperlukan atau mungkin saja teknologi platform yang baru.

Selain vaksin, diharapkan akan makin banyak obat Covid-19 yang dapat digunakan, termasuk yang dalam bentuk oral. Kita tahu sekarang setidaknya sudah ada Molnupiravir buatan Merck dan juga Paxlovid buatan Pfizer, sebagian juga akan ada di negara kita.

Sepanjang 2022, kedua obat ini tentu akan makin banyak diproduksi dan luas digunakan di dunia. Selain itu, kita dapat berharap akan ada lagi obat Covid-19 yang mungkin juga akan ditemukan dan digunakan di dunia. Juga cara diagnosis yang lebih mudah juga diharapkan terus berkembang, sesuai perkembangan teknologi diagnostik yang ada.

Setidaknya diharapkan akan ada metode pengambilan sampel yang lebih nyaman bagi kita. Berbagai alat diagnosis yang dapat digunakan di rumah juga mulai digunakan di banyak negara, mudah-mudahan juga nanti dapat tersedia di negara kita.

G20 Indonesia
Seperti juga disampaikan Direktur Jenderal WHO di atas, maka optimisme pengendalian pandemi pada 2022 hanya akan berhasil bila ada kerja sana internasional yang baik untuk bersama-sama menghentikan pandemi, tidak hanya melihat negaranya semata. Sudah lama kita kenal bahwa dalam pandemi seperti sekarang ini “no one is safe until everyone is safe”.

Pandemi adalah masalah dunia, hanya dengan kesadaran, komitmen dan kerja bersama negara-negara di dunia maka kita dapat bergerak bersama ke akhir pandemi. Dalam konteks kerja sama internasional inilah maka Indonesia yang memegang Presidensi G20 pada 2022 jelas punya peran amat besar, untuk memimpin tata ulang arsitektur kesehatan global. Apalagi Presiden Jokowi sudah jelas menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia akan fokus membahas tiga isu strategis, yaitu penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan.

Presidensi G20 Indonesia mengusung tema "Recover Together, Recover Stronger" yang dapat diartikan sebagai pulih bersama dan pulih lebih kuat, tentu termasuk pulih dari pandemi Covid-19 .

Dari informasi yang ada maka kini ada tiga isu prioritas bidang kesehatan G20 Indonesia. Isu prioritas pertama adalah membangun resiliensi sistem kesehatan global dengan tiga program utama. Pertama adalah dalam bentuk penggalangan sumber dana untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.

Inisiatif yang akan dipilih nampaknya dengan melanjutkan pembentukan mekanisme “Global Health Threat Fund” yang telah diusung Presidensi G20 Italia sebelumnya melalui “Joint Finance and Health Ministers Task Force”. Kedua akan diprogramkan upaya penggalangan sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.

Dalam hal ini akan dibangun mekanisme global penggalangan, akses, dan mobilisasi sumber daya kesehatan esensial, untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan yang antara lain ini dapat diadvokasi melalui “Working Group on Strengthening WHO Preparedness & Response (WGPR)”. Hal ketiga adalah peningkatan surveilans global dengan berbagi data genomik melalui platform terbuka. Untuk ini akan dioptimasi platform berbagi data genomik global yang telah dipercaya oleh banyak ilmuwan di seluruh dunia.

Isu prioritas kedua yang sudah disusun adalah adalah harmonisasi standar protokol kesehatan global, dengan dua programnya. Pertama adalah harmonisasi pedoman protokol kesehatan untuk mendukung perjalanan lintas batas negara. Hal ini nampaknya akan dilakukan dengan mengharmonisasi pedoman protokol kesehatan yang sudah diakui secara internasional. Program kedua adalah upaya menghubungkan sistem informasi kesehatan dari berbagai negara untuk perjalanan internasional. Ini akan dilakukan dengan membangun interoperabilitas antar sistem informasi kesehatan di pintu masuk negara.

Isu prioritas ketiga adalah mengekspansi poros manufaktur global ke negara-negara berkembang dan berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan. Untuk ini ada dua program yang nampaknya dipilih, yaitu kesatu adalah ekspansi “global manufacture hubs” untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik ke negara-negara berkembang serta kedua berbagi ilmu pengetahuan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons terhadap krisis kesehatan.

Kita punya pengalaman panjang dalam diplomasi kesehatan internasional. Sudah banyak sekali aspek kesehatan masyarakat dunia di mana Indonesia amat banyak berperan, dan banyak sekali kebijakan kesehatan dunia yang sejak dulu selalu melibatkan peran aktif Indonesia, baik sebagai negara maupun para pakar kesehatan kita.

Tentu kita semua berharap agar Indonesia dapat juga berperan maksimal dalam G20 bidang kesehatan pada saat kita menjadi Presidensi pada 2022 ini, apalagi ini amat di tunggu-tunggu dunia dalam kaitannya dengan optimisme upaya pengendalian pandemi. Mudah-mudah tiga isu prioritas kesehatan Presidensi G20 Indonesia dapat terus diperkaya dan akan memberi peran penting bagi kesehatan dunia serta akan mengharumkan nama bangsa dan negara.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4158 seconds (0.1#10.140)