Inovasi Digital untuk Kebangkitan Desa

Minggu, 02 Januari 2022 - 07:27 WIB
loading...
A A A
Acemoglu & Robinson dalam Why Nations Fails (2012) menyebut bahwa insititusi memiliki peranan penting dalam kesejahteraan suatu masyarakat. Semakin inovatif dan adaptif suatu insititusi berkorelasi dengan tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Kementerian Desa, PDTT mulai tahun 2021 melakukan langkah besar dalam perbaikan institusi pembangunan desa, melalui super aplikasi bernama Sistem Informasi Desa (SID), yang mencatat seluruh data dan perkembangan desa-desa secara real time, mikro, akurat, lengkap dan berkelanjutan.

Diperlukan langkah bersama menyongsong era digital di desa. Pertama, transformasi desa memerlukan segenap dukungan stakeholders. Kita harus memikirkan bagaimana anak-anak desa yang memiliki skill dan pendidikan harus mulai bertahan untuk membangun ekosistem inovasi di tingkat desa. Kedua, dukungan dari berbagai perusahaan rintisan teknologi juga penting dalam meningkatkan nilai dan kapasitas produksi serta sumberdaya manusia yang ada di desa. Di tengah derasnya arus digitalisasi, produk-produk dari desa harus mampu bersaing di berbagai marketplace digital. Ketiga, perbaikan dan inovasi tata kelola institusi terkait pemerintahan desa juga menjadi kunci penting. Birokrasi desa harus terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi tanpa mengurangi prinsip serta nilai pelayanannya kepada warga desa. Jika hal-hal tersebut komitmen kita lakukan, kita yakin Indonesia akan melompat tinggi menghadapi revolusi digital, dengan pilar utamanya adalah desa.

Pariwisata dan Digitalisasi Desa

Salah satu sektor yang paling terpukul karena pandemi Covid-19 adalah pariwisata. Menurut laporan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) per April 2020 setidaknya ada 180 destinasi wisata dan 232 desa wisata tutup; 11.125 unit usaha yang terkait pariwisata berhenti beropreasi; 1.266 hotel tutup dan 113.000 karyawan di sektor usaha yang terkait pariwisata terdampak oleh lesunya industri pariwisata. Akibatnya, diperkirakan negara berpotensi kehilangan devisa negara sebesar Rp140 triliun.

Kabar baiknya, kajian Kementerian Keuangan, menyebut tiga sektor bisnis yang pertama kali pulih pasca pandemi Covid-19; sektor transportasi, perdagangan dan pariwisata. Ini, senada dengan hasil survei Alvara Research Center (2020) yang menyatakan mayoritas responden (21,8 persen) mengatakan aktivitas pertama yang akan dilakukan setelah pandemi berakhir adalah pergi ke tempat wisata.

Menggeliatnya sektor pariwisata dapat membawa dampak sistemik terhadap sektor-sektor industri lainnya yang eksistensinya terkait dengan sektor pariwisata, termasuk usaha kecil dan mikro dilingkaran industri pariwisata. Artinya, sinergi stakeholders sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas berbagai destinasi wisata berbasis desa dalam menyambut potensi serbuan para wisatawan setelah pandemi Covid-19 dinyatakan berakhir. Salah satu hal yang harus terus diupayakan adalah penguatan digitalisasi Desa Wisata.

Pengembangan digitalisasi desa wisata dapat dilakukan dengan menerapkan e-ticketing untuk pemesanan penginapan, destinasi, atraksi dengan pembayaran non-tunai. Promosi desa wisata dapat dilakukan secara daring, termasuk mengembangkan virtual touring (wisata virtual) yang mulai menjadi tren di masa pandemi. Langkah ini telah dimulai Kementerian Desa, PDTT melalui aplikasi desa wisata yang memfasilitasi promosi desa-desa wisata seluruh Indonesia. Digitalisasi desa sudah pasti akan juga diikuti digitalisasi sektor ekonomi lainnya di desa, seperti program toko online desa, digitalisasi BUM Desa, dan tentu program Desa Cerdas. Implikasi lainnya, digitalisasi akan meningkatkan literasi digital warga desa, mulai bidang pendidikan sampai bidang kesehatan. Digitalisasi desa, akan menjadi tangga raksasa bagi kebangkitan desa dan pertumbuhan ekonomi desa.
(war)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1191 seconds (0.1#10.140)