Menyelamatkan Pendidikan dari Kesemrawutan

Selasa, 28 Desember 2021 - 12:54 WIB
loading...
A A A
Pada titik ini, perlu adanya pemulihan model pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan level pendidikan siswa. Misal, di tingkat pendidikan dasar, dengan memperhatikan risiko kesehatan dan karakteristik perkembangan siswanya maka dapat menggunakan hybrid learning. Dengan begitu, siswa usia sekolah dasar berkesempatan membangun kembali rasa komunitas dan efikasi diri seiring intensitasnnya berinteraksi dengan teman dan guru. Konsekuensinya, di setiap lembaga pendidikan dasar harus menjaga kedisiplinan protokol kesehatan sekaligus terus mengasah kemampuan guru dalam menyuplai sumberdaya psikologis untuk siswa serta lihai mengorkestrasi pembelajaran berbasis digital.

Sedangkan di tingkat pendidikan menengah dan tinggi dapat menggunakan model flipped learning. Dengan begitu, siswa maupun mahasiswa mendapatkan ruang otonomi lebih untuk mengeksplorasi rasa keingintahuannya dan ruang kelas benar-benar hanya digunakan sebagai ruang pertemuan pikiran dan pertukaran emosi positif.

Sumber Daya Personal Siswa
Kompleksitas yang dihadapi sektor pendidikan saat ini terbukti secara nyata berdampak negatif pada daya kembang siswa. Maka bukan tidak mungkin bila siswa akan mengalami kelelahan psikologis. Kondisi yang sejatinya dapat menghambat akselerasi siswa dalam mengembalikan kemampuannya pasca pandemi.

Selain menerapkan beragam model pembelajaran yang telah diurakan di atas, gerak pendidikan perlu diarahkan juga untuk melindungi kesehatan psikologis siswa dengan berfokus pada berkembangnya sumberdaya personal. Feldman (2014) menguraikan bahwa setidaknya ada tiga sumberdaya personal yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan terbaiknya di sekolah yakni, harapan, efikasi diri, dan optimisme.

Harapan siswa dapat diintervensi melalui agency thinking dengan memberikan bantuan terbimbing kepada siswa agar terjaga motivasi belajarnyadan pathways thinking dengan memberikan perencanaan tujuan pembelajaran secara gamblang sehingga mudah dicapai oleh siswa (Snyder, 1994).

Sementara itu, efikasi diri dapat dibangun dengan menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam hal ini adalah lingkungan fisik, lingkungan virtual, lingkungan sosial, lingkungan emosional, dan lingkungan intelektual pembelajaran.

Sedangkan optimisme dapat dibangun dengan terus meningkatkan kemampuan sekolah secara kelembagaan dan guru secara personal agar mampu mengatasi setiap permasalahan sehingga siswa terbebas dari perasaan cemas dan pesimis.

Masih tampak nyata bahwa pandemi yang berlangsung sekian lama telah mengacak-acak struktur psikologis, melemahkan kemampuan kognisi siswa, dan mendisrupsi peran guru dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penyelamatan pendidikan di era kesemrawutan harus segera dilakukan dengan menyusun rancang bangun pendidikan yang mengakar kuat pada akar kemanusiaan dan menjulang tinggi ditopang teknologi.

(bmm)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2209 seconds (0.1#10.140)