Menebak Siapa yang Berpeluang Memenangkan Muktamar NU
loading...
A
A
A
Sementara itu, nama KH As’ad Said Ali dan KH Marzuki Mustamar merupakan dua nama potensial yang menjadi calon alternatif di luar dua mainstream utama yang berkompetisi.
Calon alternatif Ketum PBNU ini memang dibutuhkan untuk memecah kebekuan komunikasi, sekaligus untuk menurunkan tensi dalam kompetisi jelang Muktamar kali ini.
Keberadaan dua kutub kekuatan dalam ruang kompetisi cenderung membuat kompetisi lebih tinggi eskalasinya. Untuk itu, hadirnya calon pemimpin alternatif akan membuat proses regenerasi semakin terbuka.
Adapun peluang Kiai As'ad Ali Said untuk maju sebagai calon Ketum, Kiai Asad masih harus bekerja keras di sisa waktu yang sangat terbatas ini. Meskipun telah didukung oleh sejumlah penguruh NU daerah, langkah Kiai As’ad berpotensi menghasilkan dua kemungkinan.
Pertama, jika terjadi situasi luar biasa dan muncul upaya pelimpahan kekuatan, maka Kiai As’ad berpotensi menjadi 'kuda hitam' dalam Muktamar kali ini. Semua ditentukan oleh seberapa intensif dan sistematis strategi pendekatannya.
Kedua, jika memang targetnya tidak menang, maka majunya Kiai As’ad berpotensi memecah dukungan salah satu calon Ketum yang lain, antara basis pemilih loyal Kiai Said Aqil dan Kiai Yahya Cholil Staquf. Siapa yang tergerus, akan ditentukan oleh siapa pihak yang mampu berkomunikasi lebih baik dengan tim Kiai As’ad.
Sementara itu, peluang Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar untuk maju di Muktamar kali ini, relatif belum tampak signifikan. Sebab, Kiai Marzuki dihadapkan pada beberapa realitas.
Pertama, solidnya elemen PWNU Jawa Timur untuk mendukung Kiai Yahya Staquf, sebagai respon balik atas perbedaan pandangan dalam Muktamar Jombang lalu yang menghasilkan kepemimpinan periode kedua Kiai Said.
Kedua, sudah jelasnya sikap dan dukungan Rois Am KH Miftakhul Ahyar, meskipun masih disampaikan melalui symbol-simbol komunikasi dan belum pernah disampaikan secara eksplisit.
Maka, jika Kiai Marzuki Mustamar mengajukan diri atau mendukung Kiai Said di Muktamar kali ini, akan membuatnya 'sungkan' dan harus berpikir ulang karena harus berhadapan dengan Rois Am KH Miftakhul Akhyar dan juga jajaran PWNU Jawa Timur secara general.
Calon alternatif Ketum PBNU ini memang dibutuhkan untuk memecah kebekuan komunikasi, sekaligus untuk menurunkan tensi dalam kompetisi jelang Muktamar kali ini.
Keberadaan dua kutub kekuatan dalam ruang kompetisi cenderung membuat kompetisi lebih tinggi eskalasinya. Untuk itu, hadirnya calon pemimpin alternatif akan membuat proses regenerasi semakin terbuka.
Adapun peluang Kiai As'ad Ali Said untuk maju sebagai calon Ketum, Kiai Asad masih harus bekerja keras di sisa waktu yang sangat terbatas ini. Meskipun telah didukung oleh sejumlah penguruh NU daerah, langkah Kiai As’ad berpotensi menghasilkan dua kemungkinan.
Pertama, jika terjadi situasi luar biasa dan muncul upaya pelimpahan kekuatan, maka Kiai As’ad berpotensi menjadi 'kuda hitam' dalam Muktamar kali ini. Semua ditentukan oleh seberapa intensif dan sistematis strategi pendekatannya.
Kedua, jika memang targetnya tidak menang, maka majunya Kiai As’ad berpotensi memecah dukungan salah satu calon Ketum yang lain, antara basis pemilih loyal Kiai Said Aqil dan Kiai Yahya Cholil Staquf. Siapa yang tergerus, akan ditentukan oleh siapa pihak yang mampu berkomunikasi lebih baik dengan tim Kiai As’ad.
Sementara itu, peluang Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar untuk maju di Muktamar kali ini, relatif belum tampak signifikan. Sebab, Kiai Marzuki dihadapkan pada beberapa realitas.
Pertama, solidnya elemen PWNU Jawa Timur untuk mendukung Kiai Yahya Staquf, sebagai respon balik atas perbedaan pandangan dalam Muktamar Jombang lalu yang menghasilkan kepemimpinan periode kedua Kiai Said.
Kedua, sudah jelasnya sikap dan dukungan Rois Am KH Miftakhul Ahyar, meskipun masih disampaikan melalui symbol-simbol komunikasi dan belum pernah disampaikan secara eksplisit.
Maka, jika Kiai Marzuki Mustamar mengajukan diri atau mendukung Kiai Said di Muktamar kali ini, akan membuatnya 'sungkan' dan harus berpikir ulang karena harus berhadapan dengan Rois Am KH Miftakhul Akhyar dan juga jajaran PWNU Jawa Timur secara general.