Menebak Siapa yang Berpeluang Memenangkan Muktamar NU

Rabu, 22 Desember 2021 - 10:22 WIB
loading...
Menebak Siapa yang Berpeluang Memenangkan Muktamar NU
Jelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), di Pondok Pesantren Darussaadah Gunungsugih, Provinsi Lampung, sejumlah kandidat kuat mulai bermunculan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Jelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama ( NU ), sejumlah kandidat kuat mulai bermunculan, mulai dari petahana KH Said Aqil Siradj, KH Yahya Cholil Staquf yang semula menjabat sebagai Katib Am PBNU.



Lalu siapa yang berpotensi menang dalam pemilihan di Muktamar kali ini?

Dosen Ilmu Politik & International Studies Universitas Paramadina, Jakarta yang juga mantan Ketua Tanfidz PCI-NU Queensland Australia, A Khoirul Umam memberikan analisanya terkait calon Ketua PBNU di Muktamar ke-34 dalam keterangan tertulis yang disampaikan, Rabu (22/12/2021).

Ia menyebutkan, setidaknya ada beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi arah keputusan pemilik hak suara di Muktamar kali ini.

Pertama, level independensi dan netralitras PWNU, PCNU dan juga PCI-NU dalam menentukan pilihan di pemungutan suara nanti. Kedua, efektivitas kekuatan masing-masing loyalis dalam mendukung calon masing-masing.

Ketiga, pengaruh kekuatan sel-sel ekonomi-politik dari internal Nahdyin yang tersebar di berbagai lini, baik di level state actor maupun non-state actor. Keempat, potensi adanya intervensi kekuatan ekonomi-politik dari pihak eksternal Nahdliyyin, yang mencoba mencari untung dan investasi pengaruh politik dari agenda dukung-mendukung calon Ketum PBNU ke depan.

"Hipotesisnya, jika faktor pertama dan kedua kuat, sedangkan faktor ketiga dan keempat lemah, maka hasil Muktamar NU ke-34 kali ini akan menghasilkan produk keputusan dan kepemimpinan yang lebih genuine dan sesuai aspirasi jamaah Nahdliyyin di nusantara," ujar Khoirul Umam.

Namun sebaliknya, jika faktor pertama dan kedua lemah, sedangkan faktor ketiga dan keempat tinggi, maka hasil Muktamar NU akan lebih ditentukan oleh aliansi kekuatan ekonomi-politik yang mencoba mencari untung dan membangun pengaruh jelang Pemilu 2024 dari otak-atik kepemimpinan Nahdlatul Ulama. Tentu, yang kedua ini, tidak diinginkan semua pihak.

Lalu pertanyaan selanjutnya, siapa yang memiliki peluang lebih besar? Pertama, petahana KH Said Aqil Siradj yang telah memimpin NU selama 10 tahun terakhir, tentu telah membangun akar yang cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU) dan juga cabang istimewa (PCI-NU).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1907 seconds (0.1#10.140)