NU dan Visi Global-Kosmopolit Gus Yahya

Selasa, 21 Desember 2021 - 14:33 WIB
loading...
A A A
Gus Yahya, boleh dibilang, adalah satu-satunya elite NU yang memikirkan betul aspek ini dengan sistematis dan meyakinkan. Dalam bukunya, Gus Yahya sudah memiliki platform yang jelas untuk mewujudkan visi global NU dengan mencoba melepas belenggu-belenggu fanatisme firqah yang seringkali mengerangkeng NU sebagai lawan tanding dari organisasi-organisasi keagamaan selainnya. Ini, kata Gus Yahya, justru mempersempit ruang gerak perjuangan NU. NU harus keluar dari tempurung sektarianisme yang membelenggu.

Sebagai orang yang pernah belajar sosiologi secara akademis, Gus Yahya tahu betul bahwa visi global, seperti yang diingatkan Ulrich Beck, dengan sendirinya, tidak mungkin dilepaspisahkan dari pola pikir kosmopolit yang mengikat sistem dunia hari ini. Visi kosmopolitan (cosmopolitan vision) sendiri adalah istilah yang dipakai sosiolog Jerman itu untuk mengembangkan sistem sosiologi modern yang paling sesuai dengan konteks kekinian. Dan Gus Yahya sepertinya meminjam paradigma ini untuk menciptakan NU baru yang siap memperluas reputasinya di tingkat global.

Nomenklatur “kebangkitan ulama” sebagai nama yang dipilih untuk kendaraan yang akan membawa misi global-kosmopolit Islam rahmatan lil ‘alamin meski solah terkesan eksklusif, sebenarnya sangat inklusif. Eksklusivitas itu—jika mau disebut demikian—hanya berlaku pada tataran otoritas pemikir(an) saja. Dengan kata lain, tanggung jawab merespons perubahan zaman pertama-tama memang merupakan pekerjaan ulama, pemikir, ilmuwan, atau cendekiawan.

Namun pada aspek teknikalitas untuk membangun wajah baru peradaban Islam di mata dunia, NU mesti lepas dari status eksklusifnya. NU harus menjadi wadah untuk semua jenis pemikiran, golongan, kelompok, dan afialiasi politik. Itulah kenapa, kata Gus Yahya, simbol tali pada logo NU dibuat longgar. Karena sejak didirikan, NU memiliki visi global-kosmopolit yang hendak diperjuangkan.

Kendati demikian, Gus Yahya cukup adil dalam menilai NU. Alih-alih melakukan glorifikasi, ia berani melakukan kritik internal untuk pelan-pelan melepas cara pandang lama yang insignifikan di tubuh NU. Ia menyadari, jika pola lama terus dilestarikan, NU akan semakin irrelevan. Dalam arti, NU dijauhi karena sektarian atau didekati semata karena menguntungkan.

Konstruksi organisasi NU nyaris tidak ada perubahan sejak 1952, titimangsa ketika NU berubah menjadi partai politik, meski pada Muktamar ke-27 tahun 1984 di Situbondo disepakati kembali ke khittah. Dalam praktiknya platform kembali ke khittah tidak pernah terumuskan secara teknis. Problem ini juga dipikirkan oleh Gus Yahya, dan ia telah menyediakan perangkat memadai untuk keluar dari persoalan ini.



Secara internal, Gus Yahya akan membenahi empat hal. Pertama, memperjelas pendapatan dan alokasi modal operasional organisasi. Ini dapat dilakukan dengan cara mengarusutamakan jejaring ekonomi keumatan dengan tata kelola yang profesional. Karena hanya dengan cara ini, kemandirian ekonomi Nahdliyin akan tercapai. Kedua, membangun struktur kepengurusan yang lebih beriorientasi pada cara pandang baru ketimbang cara pandang lama. Termasuk dalam hal ini adalah hubungannya dengan negara. Ketiga, rekrutmen keanggotaan yang lebih merata dan egaliter. Keempat, pola hubungan struktur dengan kultur atau pengurus dengan warga mengikuti asas fellowship, bukan membership.

Empat langkah tersebut selanjutnya akan diikuti oleh pembentukan sistem layanan untuk warga, mobilisasi sumber daya, dan regulasi yang mengatur pemerataan akses terhadap layanan dan sumber daya tersebut. Ini adalah fondasi awal untuk mewujudkan misi global-kosmopolit yang akan menaikkan reputasi NU di tingkat dunia. Dan Gus Yahya adalah garansi paling meyakinkan untuk mewujudkan itu semua. Selamat bermuktamar!
(zik)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4251 seconds (0.1#10.24)