Kisah SBY Gagal Berangkat ke Medan Operasi Hanya karena Hal Sepele
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bagi seorang prajurit TNI menjalankan tugas di medan operasi merupakan sebuah kehormatan. Sayangnya, tidak semua prajurit bisa mendapatkan kesempatan mengemban tugas mulia tersebut.
Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum ditugaskan ke medan operasi. Tak hanya modal keberanian, penguasaan medan dan persiapan yang matang juga menjadi syarat utama meraih kemenangan di palagan pertempuran. ”70% kemenangan ditentukan oleh persiapan yang baik,” ucap mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Purn Wismoyo Arismunandar.
Prinsip itulah yang selalu ditanamkan mantan Danjen Kopassandha kini bernama Kopassus saat akan memberangkatkan sebuah pasukan ke medan operasi. Sebagai pimpinan militer yang bertanggung jawab terhadap keselamatan nyawa prajuritnya, Wismoyo selalu mengecek secara detail kesiapan komandan dan pasukan yang akan diberangkatkan untuk menjalani panggilan negara. Jika dirasa belum siap, Wismoyo tidak segan-segan membatalkan keberangkatannya ke medan tugas.
Hal itu pernah dialami pasukan yang dipimpin Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Abituren Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) sekarang Akademi Militer (Akmil) 1973 ini batal berangkat ke Timor Timur (Timtim) kini bernama Timor Leste lantaran diragukan kemampuannya dalam memimpin pasukan.
Padahal, pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949 ini adalah lulusan terbaik peraih Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual.
Peristiwa itu diceritakan Wismoyo dalam buku biografinya berjudul “Wismoyo Arismunandar Sosok Prajurit Sejati”. SBY yang kala itu masih berpangkat Mayor Infanteri mendapat tugas memimpin pasukannya ke daerah operasi Timor Timur. Medan operasi yang cukup berat karena harus menghadapi Tropas, kelompok bersenjata Fretilin yang sangat terlatih dan dilengkapi dengan persenjataan modern.
Sebelum diberangkatkan, sebagai Komandan Batalyon (Danyon), SBY bersama pasukannya lebih dahulu dicek kesiapannya oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Wismoyo Arismunandar yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Kodam (Kasdam) IX/Udayana. Seketika, muncul keraguan di benak Wismoyo saat melihat sosok Danyon Mayor Inf. Susilo Bambang Yudhoyono yang berbeda dengan komandan-komandan tempur lainnya.
Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi sebelum ditugaskan ke medan operasi. Tak hanya modal keberanian, penguasaan medan dan persiapan yang matang juga menjadi syarat utama meraih kemenangan di palagan pertempuran. ”70% kemenangan ditentukan oleh persiapan yang baik,” ucap mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Purn Wismoyo Arismunandar.
Prinsip itulah yang selalu ditanamkan mantan Danjen Kopassandha kini bernama Kopassus saat akan memberangkatkan sebuah pasukan ke medan operasi. Sebagai pimpinan militer yang bertanggung jawab terhadap keselamatan nyawa prajuritnya, Wismoyo selalu mengecek secara detail kesiapan komandan dan pasukan yang akan diberangkatkan untuk menjalani panggilan negara. Jika dirasa belum siap, Wismoyo tidak segan-segan membatalkan keberangkatannya ke medan tugas.
Hal itu pernah dialami pasukan yang dipimpin Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Abituren Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) sekarang Akademi Militer (Akmil) 1973 ini batal berangkat ke Timor Timur (Timtim) kini bernama Timor Leste lantaran diragukan kemampuannya dalam memimpin pasukan.
Padahal, pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949 ini adalah lulusan terbaik peraih Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama yang merupakan prestasi tertinggi gabungan mental, fisik, dan kecerdasan intelektual.
Peristiwa itu diceritakan Wismoyo dalam buku biografinya berjudul “Wismoyo Arismunandar Sosok Prajurit Sejati”. SBY yang kala itu masih berpangkat Mayor Infanteri mendapat tugas memimpin pasukannya ke daerah operasi Timor Timur. Medan operasi yang cukup berat karena harus menghadapi Tropas, kelompok bersenjata Fretilin yang sangat terlatih dan dilengkapi dengan persenjataan modern.
Sebelum diberangkatkan, sebagai Komandan Batalyon (Danyon), SBY bersama pasukannya lebih dahulu dicek kesiapannya oleh Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Wismoyo Arismunandar yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Kodam (Kasdam) IX/Udayana. Seketika, muncul keraguan di benak Wismoyo saat melihat sosok Danyon Mayor Inf. Susilo Bambang Yudhoyono yang berbeda dengan komandan-komandan tempur lainnya.