Quality of Experience dengan Televisi Digital

Senin, 13 Desember 2021 - 17:07 WIB
loading...
A A A
Jadi, jika kita teliti lebih dalam, kualitas gambar pada siaran televisi digital memiliki banyak sumber distorsi. Jika dibandingkan dengan kualitas gambar pada siaran analog (dengan distorsi berupa gambar 'bersemut'), maka sumber distorsi gambar digital lebih beragam. Pertanyaannya adalah: apakah ini berarti televisi digital lebih buruk daripada televisi analog?



Jawabannya terletak pada bagaimana metode kompresi data gambar ini memanfaatkan sifat dan cara kerja indera penglihatan kita (human visual system, HVS). Indera penglihatan manusia memiliki sensitivitas tertentu yang bergantung pada intensitas, kontras serta pola gambar yang ada. Jika distorsi-distorsi ini muncul pada area gambar dengan pola tekstur dengan detail yang sangat rapat, distorsi ini tidak akan 'dirasakan' oleh mata kita. Kemudian, jika distorsi tersebut muncul pada frame video yang menampilkan objek yang bergerak cepat, mata kita juga tidak akan terlalu sensitif dengan adanya distorsi tersebut. Selain itu, metode kompresi data bisa diatur sehingga distorsi yang mungkin muncul karena proses kompresinya hanya akan terjadi pada area gambar yang memiliki sensitivitas rendah bagi mata manusia.

Tambahan lainnya, metode kompresi data saat ini memiliki teknik yang cukup baik untuk memanfaatkan kesamaan pola pada area gambar di frame yang sama, frame yang berbeda, pada berbagai skala yang berbeda, untuk bisa 'mengemas' data gambar/video dalam representasi data yang lebih efisien dan menghemat bandwidth yang dibutuhkan, namun dengan kualitas gambar yang baik. Dibarengi dengan transmisi digital yang semakin canggih, maka kualitas siaran televisi digital, baik melalui jaringan distribusi terestrial ataupun lainnya, bisa kita nikmati dengan quality of experience (QoE) yang memuaskan.
(zik)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3096 seconds (0.1#10.140)