Menjelang Muktamar Ke-34, Kolaborasi PCINU Siap Kawal Transformasi Digital Pesantren
loading...
A
A
A
JAKARTA - Arus besar perubahan dari sistem manual menjadi digital sedang berlangsung. Nahdlatul Ulama (NU) berikut para santri dan pesantrennya tak mau ketinggalan mengadopsi transformasi digital tersebut.
Karena itu, dalam diskusi bertajuk Seratus Tahun Nahdlatul Ulama: Pendidikan, Manajemen Data dan Transformasi Sumber Daya Nahdlatul Ulama, Minggu (12/12/2021), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) lintas negara menyatakan siap mengawal transformasi digital di lingkungan NU dan pesantren.
Plt Ketua Umum MATAN NU Hasan Chabibie menyampaikan bahwa sudah saatnya santri menjadi subjek di tengah arus besar perubahan dan inovasi digital.
“Saat ini ada perubahan besar dalam inovasi digital, yang berpengaruh ke hampir semua lini kehidupan. Tentu, kita harus menyikapinya, apakah menjadi subjek, ataukah objek. Atau dalam bahasa pesantren, kita jadi fa’il atau maf’ul? Tentu saja, pilihan penting adalah kita harus siap menjadi subjek, dan memberi arah dalam perubahan ini,” ungkap Hasan pada diskusi pra-muktamar PCINU Sedunia yang diselenggarakan PCINU United Kingdom tersebut.
Hasan yang juga kepala Pusdatin Kemendikbud menilai saat ini semua perangkat infrastruktur dan sumber daya manusia di kalangan santri sudah tersedia. Namun demikian, perlu ada upaya konsolidasi yang terus menerus dan berkesinambungan.
“Untuk transformasi digital dan juga menata database, kita tidak hanya butuh teknologi, namun juga sumber daya manusia. Nah, saya rasa, diaspora santri yang tergabung di jaringan PCINU sudah sangat kuat, kita seharusnya mampu,” jelas Hasan, yang juga pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok.
Menurut Hasan, Muktamar Ke-34 NU harus merumuskan satu program berkelanjutan terkait pengelolaan data dan manajemen sumber daya manusia. “Harus ada rumusan penggunaan data yang dirujuk bersama, siapa yang bertanggungjawab, dan bagaimana mekanisnya. Ini penting, jangan sampai setiap kepengurusan kita mengulang lagi membangun data base. Jadi, kita bisa bangun sistem pendataan mulai sekarang, tapi bisa berdampak panjang,” terangnya.
Senada dengan Hasan, Ketua PCINU Jerman M. Rodlin Billah sepakat bahwa mekanisme pengelolaan data di Nahdlatul Ulama harus dirumuskan bersama, sekaligus menjadi keputusan penting Muktamar NU pada Desember 2021.
”Saat ini, kolaborasi PCINU Sedunia sudah mulai membangun sistem database untuk pengelolaan data untuk mendata para ahli di kalangan santri, terutama yang para diaspora santri. Ke depan, semoga ini menjadi program besar bersama, yang bisa menjangkau Nahdliyyin di lintas negara, juga kepada jaringan PWNU maupun PCNU,” terang Rodlin Billah.
Munawir Aziz, Sekretaris PCINU United Kingdom, yang mengorganisir rangkaian webinar pra-muktamar, mengungkapkan kepada media ini, bahwa jaringan diaspora santri yang sebagian besar berkhidmah kepada PCINU di lintas negara, punya sumber daya yang cukup untuk mengabdi ke NU dalam pengelolaan data.
“Kita punya barisan data architech, data saintis, data analis, hingga pakar robotika dan artificial intelligence. Dibutuhkan jenderal lapangan yang mampu mengorkestrasi mereka agar seirama dalam ritme dan program yang terukur, agar berdampak lebih luas,” jelas Munawir.
Karena itu, dalam diskusi bertajuk Seratus Tahun Nahdlatul Ulama: Pendidikan, Manajemen Data dan Transformasi Sumber Daya Nahdlatul Ulama, Minggu (12/12/2021), Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) lintas negara menyatakan siap mengawal transformasi digital di lingkungan NU dan pesantren.
Plt Ketua Umum MATAN NU Hasan Chabibie menyampaikan bahwa sudah saatnya santri menjadi subjek di tengah arus besar perubahan dan inovasi digital.
“Saat ini ada perubahan besar dalam inovasi digital, yang berpengaruh ke hampir semua lini kehidupan. Tentu, kita harus menyikapinya, apakah menjadi subjek, ataukah objek. Atau dalam bahasa pesantren, kita jadi fa’il atau maf’ul? Tentu saja, pilihan penting adalah kita harus siap menjadi subjek, dan memberi arah dalam perubahan ini,” ungkap Hasan pada diskusi pra-muktamar PCINU Sedunia yang diselenggarakan PCINU United Kingdom tersebut.
Hasan yang juga kepala Pusdatin Kemendikbud menilai saat ini semua perangkat infrastruktur dan sumber daya manusia di kalangan santri sudah tersedia. Namun demikian, perlu ada upaya konsolidasi yang terus menerus dan berkesinambungan.
“Untuk transformasi digital dan juga menata database, kita tidak hanya butuh teknologi, namun juga sumber daya manusia. Nah, saya rasa, diaspora santri yang tergabung di jaringan PCINU sudah sangat kuat, kita seharusnya mampu,” jelas Hasan, yang juga pengasuh Pesantren Baitul Hikmah, Depok.
Menurut Hasan, Muktamar Ke-34 NU harus merumuskan satu program berkelanjutan terkait pengelolaan data dan manajemen sumber daya manusia. “Harus ada rumusan penggunaan data yang dirujuk bersama, siapa yang bertanggungjawab, dan bagaimana mekanisnya. Ini penting, jangan sampai setiap kepengurusan kita mengulang lagi membangun data base. Jadi, kita bisa bangun sistem pendataan mulai sekarang, tapi bisa berdampak panjang,” terangnya.
Senada dengan Hasan, Ketua PCINU Jerman M. Rodlin Billah sepakat bahwa mekanisme pengelolaan data di Nahdlatul Ulama harus dirumuskan bersama, sekaligus menjadi keputusan penting Muktamar NU pada Desember 2021.
”Saat ini, kolaborasi PCINU Sedunia sudah mulai membangun sistem database untuk pengelolaan data untuk mendata para ahli di kalangan santri, terutama yang para diaspora santri. Ke depan, semoga ini menjadi program besar bersama, yang bisa menjangkau Nahdliyyin di lintas negara, juga kepada jaringan PWNU maupun PCNU,” terang Rodlin Billah.
Munawir Aziz, Sekretaris PCINU United Kingdom, yang mengorganisir rangkaian webinar pra-muktamar, mengungkapkan kepada media ini, bahwa jaringan diaspora santri yang sebagian besar berkhidmah kepada PCINU di lintas negara, punya sumber daya yang cukup untuk mengabdi ke NU dalam pengelolaan data.
“Kita punya barisan data architech, data saintis, data analis, hingga pakar robotika dan artificial intelligence. Dibutuhkan jenderal lapangan yang mampu mengorkestrasi mereka agar seirama dalam ritme dan program yang terukur, agar berdampak lebih luas,” jelas Munawir.
(muh)