Elektabilitas Tinggi, Sandiaga Uno Masuk Radar Capres Potensial 2024
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sandiaga Uno masuk radar capres potensial pada Pilpres 2024. Temuan survei yang dilakukan Arus Survei Indonesia (ASI) pada 1-7 Mei 2021 menunjukkan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) itu menempati posisi capres paling potensial dari klaster menteri.
Direktur Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an mengatakan, Sandiaga Uno menempati posisi paling atas sebagai menteri yang paling tinggi elektabilitasnya dengan raihan 13,5%, di bawahnya ada Menteri BUMN Erick Thohir dengan elektabilitas 11,9%, dan Nadiem Makarim dengan elektabilitas 10,9%.
“Jadi memang ada dampak elektoral dari prestasi menteri. Menteri dengan kinerja bagus dan namanya sudah dikenal pemilih, cenderung tinggi elektabilitasnya. Namun tentunya, yang namanya prestasi, ceruk pemilih yang disasar adalah pemilih rasional,” kata Ali dalam seminar nasional Jaringan Milenial Indonesia (JMI) dengan tema 'Refleksi Akhir Tahun: Dampak Elektoral Prestasi Menteri Pada Pilpres 2024 di D Hotel Jakarta Selatan, Minggu (12/12/2021).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menambahkan, temuan survei ASI yang memunculkan klaster menteri cukup menarik dicermati. Sebab selama ini, kandidasi Pilpres 2024 umumnya dikunci di klaster elite partai dan kepala daerah.
”Nama-nama capres yang muncul selalu dari dua klaster ini, kalau bukan kepala daerah, ya elite parpol. Ini menunjukkan, politik itu dinamis dan pemilih mulai mencari nama-nama baru yang masih segar. Maka muncullah klaster menteri. Di antara nama menteri yang sering muncul, nama Sandiaga Uno adalah yang paling menarik. Tren elektabilitas Sandi naik terus, bahkan selalu berada di lima besar dalam setiap survei Capres 2024,” tuturnya.
Adi menilai, naiknya elektabilitas Sandi ditopang setidaknya tiga faktor. Pertama, sebagai menteri dianggap berhasil. Itu terpotret dari banyak survei yang belakangan dirilis sejumlah lembaga survei. Kedua, Sandiaga masuk pada pemilih sosiologis karena dinilai dekat dengan semua kalangan umat beragama, khususnya pemilih Islam tanpa sekat apaun. Ketiga, Sandi dinilai merepresentasikan wajah politik kaum muda millenial. “Jadi dari kategori pemilih, mulai dari pemilih rasional, pemilih sosiologis, dan pemilih psikologis, Sandi ini masuk semua. Bisa dikatakan, Sandi adalah menteri yang mampu all in, mampu masuk di semua kategori pemilih. Sangat menjanjikan untuk Pilpres 2024,” kata Adi.
Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati, yang juga menjadi pembicara pada seminar mengatakan, munculnya nama menteri sebagai capres alternatif cukup menjanjikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan capres dari klaster menteri akan mengalahkan capres dari klaster kepala daerah dan elite parpol.
“Alasannya sederhana, kepala daerah ini kan tidak menjabat selamanya. Bahkan ada yang jabatannya selesai sebelum 2024. Umumnya, popularitas dan elektabilitas kepala daerah akan turun, bahkan tenggelam jika nanti sudah selesai menjabat. Sudah banyak contohnya. Tokoh yang ketika menjabat kepala daerah, elektabilitasnya tinggi, tapi ketika turun, elektabilitasnya ikut turun,” kata Wasis.
Ini menjadi kesempatan bagi para menteri untuk terus menyiapkan diri. Apalagi, dalam sejarah politik Indonesia, pernah ada kandidat capres dari klaster menteri yang berhasil memenangi Pilpres, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004. Jadi, menteri yang punya prestasi berpeluang besar menjadi presiden pengganti Jokowi. Dia akan mendapatkan berkah elektoral dari kepuasan rakyat pada pemerintah karena Jokowi sudah tidak bisa maju lagi pada Pilpres 2024.
Adi Prayitno setuju dengan pernyataan Wasis. Klaster menteri menawarkan pilihan segar yang cukup menjanjikan. Apalagi, ada nama seperti Sandiaga yang dalam setiap survei capres, elektabilitasnya terus naik. “Politik itu dinamis. Ada kecenderungan pemilih menginginkan nama-nama baru. Mulai bosan dengan nama-nama lama. Nah, figur Sandi dinilai sukses sebagai menteri Parekraf menjadi tokoh yang diuntungkan. Dia disukai pemilih psikologis, didekati pemilih sosiologis, dan dinilai layak oleh pemilih rasional. Jadi komplit,” kata Adi.
Direktur Arus Survei Indonesia, Ali Rif’an mengatakan, Sandiaga Uno menempati posisi paling atas sebagai menteri yang paling tinggi elektabilitasnya dengan raihan 13,5%, di bawahnya ada Menteri BUMN Erick Thohir dengan elektabilitas 11,9%, dan Nadiem Makarim dengan elektabilitas 10,9%.
“Jadi memang ada dampak elektoral dari prestasi menteri. Menteri dengan kinerja bagus dan namanya sudah dikenal pemilih, cenderung tinggi elektabilitasnya. Namun tentunya, yang namanya prestasi, ceruk pemilih yang disasar adalah pemilih rasional,” kata Ali dalam seminar nasional Jaringan Milenial Indonesia (JMI) dengan tema 'Refleksi Akhir Tahun: Dampak Elektoral Prestasi Menteri Pada Pilpres 2024 di D Hotel Jakarta Selatan, Minggu (12/12/2021).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menambahkan, temuan survei ASI yang memunculkan klaster menteri cukup menarik dicermati. Sebab selama ini, kandidasi Pilpres 2024 umumnya dikunci di klaster elite partai dan kepala daerah.
”Nama-nama capres yang muncul selalu dari dua klaster ini, kalau bukan kepala daerah, ya elite parpol. Ini menunjukkan, politik itu dinamis dan pemilih mulai mencari nama-nama baru yang masih segar. Maka muncullah klaster menteri. Di antara nama menteri yang sering muncul, nama Sandiaga Uno adalah yang paling menarik. Tren elektabilitas Sandi naik terus, bahkan selalu berada di lima besar dalam setiap survei Capres 2024,” tuturnya.
Adi menilai, naiknya elektabilitas Sandi ditopang setidaknya tiga faktor. Pertama, sebagai menteri dianggap berhasil. Itu terpotret dari banyak survei yang belakangan dirilis sejumlah lembaga survei. Kedua, Sandiaga masuk pada pemilih sosiologis karena dinilai dekat dengan semua kalangan umat beragama, khususnya pemilih Islam tanpa sekat apaun. Ketiga, Sandi dinilai merepresentasikan wajah politik kaum muda millenial. “Jadi dari kategori pemilih, mulai dari pemilih rasional, pemilih sosiologis, dan pemilih psikologis, Sandi ini masuk semua. Bisa dikatakan, Sandi adalah menteri yang mampu all in, mampu masuk di semua kategori pemilih. Sangat menjanjikan untuk Pilpres 2024,” kata Adi.
Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati, yang juga menjadi pembicara pada seminar mengatakan, munculnya nama menteri sebagai capres alternatif cukup menjanjikan. Bahkan tidak menutup kemungkinan capres dari klaster menteri akan mengalahkan capres dari klaster kepala daerah dan elite parpol.
“Alasannya sederhana, kepala daerah ini kan tidak menjabat selamanya. Bahkan ada yang jabatannya selesai sebelum 2024. Umumnya, popularitas dan elektabilitas kepala daerah akan turun, bahkan tenggelam jika nanti sudah selesai menjabat. Sudah banyak contohnya. Tokoh yang ketika menjabat kepala daerah, elektabilitasnya tinggi, tapi ketika turun, elektabilitasnya ikut turun,” kata Wasis.
Ini menjadi kesempatan bagi para menteri untuk terus menyiapkan diri. Apalagi, dalam sejarah politik Indonesia, pernah ada kandidat capres dari klaster menteri yang berhasil memenangi Pilpres, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2004. Jadi, menteri yang punya prestasi berpeluang besar menjadi presiden pengganti Jokowi. Dia akan mendapatkan berkah elektoral dari kepuasan rakyat pada pemerintah karena Jokowi sudah tidak bisa maju lagi pada Pilpres 2024.
Adi Prayitno setuju dengan pernyataan Wasis. Klaster menteri menawarkan pilihan segar yang cukup menjanjikan. Apalagi, ada nama seperti Sandiaga yang dalam setiap survei capres, elektabilitasnya terus naik. “Politik itu dinamis. Ada kecenderungan pemilih menginginkan nama-nama baru. Mulai bosan dengan nama-nama lama. Nah, figur Sandi dinilai sukses sebagai menteri Parekraf menjadi tokoh yang diuntungkan. Dia disukai pemilih psikologis, didekati pemilih sosiologis, dan dinilai layak oleh pemilih rasional. Jadi komplit,” kata Adi.
(cip)