Kerja Keras, Kepercayaan, Komitmen, dan Hoki Ibnu Susanto
loading...
A
A
A
baca juga: Pengusaha Semringah Pemerintah Batalkan PPKM Level 3 Skala Nasional
Kepercayaan dari relasi didapat, karena para relasi tahu bahwa Tjeng Sioe adalah orang yang bekerja keras dan punya komitmen yang tinggi. Selain dari kepercayaan para relasi, kerja keras dan komitmen, Tjeng Sioe meyakini bahwa keberhasilannya juga karena faktor hoki. Faktor keberuntungan yang berasal dari atas.
Meski pendidikan Ibnu Susanto tidaklah tinggi, namun pehobi pingpong, golf dan karaoke ini tidak anti modernitas. Menyadari bahwa bisnisnya tidak akan langgeng kalau terus-menerus dikelola oleh keluarga secara tradisional, Ibnu Susanto memutuskan untuk melakukan modernisasi manajemen perusahaannya. Ia menempatkan para profesional untuk mengelola usaha, sementara keterlibatan anggota keluarga di pengelolaan bisnis mulai dikurangi (hal. 129).
Sebagai seorang yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu, dan meyakini bahwa salah satu faktor yang membuatnya berhasil adalah karena hoki, Ibnu Susanto tidak lupa untuk berkontribusi di bidang sosial. Ibnu Susanto meneladani sang ayah yang berjiwa sosial sangat besar. Meski miskin, U Ie Neng – ayah Ibnu Susanto selalu mengutamakan membantu sesama.
baca juga: Optimistis Sambut Tahun Baru, 87 Persen Pengusaha Waralaba Siap Ekspansi di 2022
Tergerak akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak muda, Ibnu Susanto mendirikan kembali sekolah Pah Tsung. Sebagai alumni Pah Tsung, Ibnu Susanto ingin mengabdikan sebagian harta dan hidupnya melalui sekolah tersebut. Kebetulan di era Gus Dur, kesempatan untuk membuka sekolah ini terbuka (hal. 161). Dengan dukungan para donator dan guru-guru profesional, sekolah Pah Tsung memberi kontribusi yang besar bagi pendidikan di Indonesia.
Dalam buku ini juga disinggung serba sedikit tentang kehidupan keluarga Ibnu Susanto (hal. 211). Ibnu Susanto sangat mencintai keluarganya. Ia sangat menghargai ayahnya dan berbakti kepada ibu tirinya. Ia juga menghargai kontribusi pamannya, meski mereka berdua tidak akur. Ibnu Susanto adalah lelaki yang setia dan meyakini bahwa keluarga yang bahagia sangat berpengaruh pada keberhasilan karir.
Seperti telah saya singgung di atas, salah satu kekuatan buku ini adalah karena Robert Adhi Ksp memberikan latar belakang sejarah, sosial dan ekonomi yang memadai sehingga kita bisa memahami keberhasilan sosok Ibnu Susanto. Robert Adhi Ksp membeberkan komunitas Hokchia di Indonesia. Ia juga memberikan gambaran mengapa orang-orang Hokchia atau sering juga disebut sebagai Fuqing sampai berimigrasi dari wilayahnya di Tiongkok ke Hindia Belanda.
baca juga: PPKM Level 3 Batal Berlaku untuk Seluruh Indonesia, Pengusaha Gembira
Kondisi wilayah yang tidak subur, kemiskinan dan kekacauan politik membuat orang-orang Hokchia menjadi perantau yang tangguh (hal. 13). Orang-orang Hokchia juga mempunyai solidaritas yang sangat tinggi di antara mereka (hal. 83). Informasi ini tentu sangat berguna untuk memahami sosok Ibnu Susanto yang bekerja keras, punya komitmen yang tinggi serta mendapat dukungan dari kaum Hokchia di awal bisnisnya.
Robert Adhi Ksp juga memasukkan kebijakan ekonomi dalam menjelaskan tahapan perjalanan bisnis Ibnu Susanto. Konteks kebijakan Pemerintah yang memberikan fasilitas dan kemudahan ekspor-impor bahan baku (hal. 81) dipakai sebagai faktor yang mendukung keberhasilan Ibnu Susanto di awal karir bisnisnya. Krisis 1998 digunakan untuk menjelaskan betapa komitmen dan kerja keras Ibnu Susanto mampu mengatasi usahanya yang hampir bangkrut (hal. 112). Kebijakan penjualan aset konglomerat melalui BPPN (hal. 122) dijadikan langkah dalam menjelaskan diversifikasi bisnis Ibnu Susanto.
Kepercayaan dari relasi didapat, karena para relasi tahu bahwa Tjeng Sioe adalah orang yang bekerja keras dan punya komitmen yang tinggi. Selain dari kepercayaan para relasi, kerja keras dan komitmen, Tjeng Sioe meyakini bahwa keberhasilannya juga karena faktor hoki. Faktor keberuntungan yang berasal dari atas.
Meski pendidikan Ibnu Susanto tidaklah tinggi, namun pehobi pingpong, golf dan karaoke ini tidak anti modernitas. Menyadari bahwa bisnisnya tidak akan langgeng kalau terus-menerus dikelola oleh keluarga secara tradisional, Ibnu Susanto memutuskan untuk melakukan modernisasi manajemen perusahaannya. Ia menempatkan para profesional untuk mengelola usaha, sementara keterlibatan anggota keluarga di pengelolaan bisnis mulai dikurangi (hal. 129).
Sebagai seorang yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu, dan meyakini bahwa salah satu faktor yang membuatnya berhasil adalah karena hoki, Ibnu Susanto tidak lupa untuk berkontribusi di bidang sosial. Ibnu Susanto meneladani sang ayah yang berjiwa sosial sangat besar. Meski miskin, U Ie Neng – ayah Ibnu Susanto selalu mengutamakan membantu sesama.
baca juga: Optimistis Sambut Tahun Baru, 87 Persen Pengusaha Waralaba Siap Ekspansi di 2022
Tergerak akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak muda, Ibnu Susanto mendirikan kembali sekolah Pah Tsung. Sebagai alumni Pah Tsung, Ibnu Susanto ingin mengabdikan sebagian harta dan hidupnya melalui sekolah tersebut. Kebetulan di era Gus Dur, kesempatan untuk membuka sekolah ini terbuka (hal. 161). Dengan dukungan para donator dan guru-guru profesional, sekolah Pah Tsung memberi kontribusi yang besar bagi pendidikan di Indonesia.
Dalam buku ini juga disinggung serba sedikit tentang kehidupan keluarga Ibnu Susanto (hal. 211). Ibnu Susanto sangat mencintai keluarganya. Ia sangat menghargai ayahnya dan berbakti kepada ibu tirinya. Ia juga menghargai kontribusi pamannya, meski mereka berdua tidak akur. Ibnu Susanto adalah lelaki yang setia dan meyakini bahwa keluarga yang bahagia sangat berpengaruh pada keberhasilan karir.
Seperti telah saya singgung di atas, salah satu kekuatan buku ini adalah karena Robert Adhi Ksp memberikan latar belakang sejarah, sosial dan ekonomi yang memadai sehingga kita bisa memahami keberhasilan sosok Ibnu Susanto. Robert Adhi Ksp membeberkan komunitas Hokchia di Indonesia. Ia juga memberikan gambaran mengapa orang-orang Hokchia atau sering juga disebut sebagai Fuqing sampai berimigrasi dari wilayahnya di Tiongkok ke Hindia Belanda.
baca juga: PPKM Level 3 Batal Berlaku untuk Seluruh Indonesia, Pengusaha Gembira
Kondisi wilayah yang tidak subur, kemiskinan dan kekacauan politik membuat orang-orang Hokchia menjadi perantau yang tangguh (hal. 13). Orang-orang Hokchia juga mempunyai solidaritas yang sangat tinggi di antara mereka (hal. 83). Informasi ini tentu sangat berguna untuk memahami sosok Ibnu Susanto yang bekerja keras, punya komitmen yang tinggi serta mendapat dukungan dari kaum Hokchia di awal bisnisnya.
Robert Adhi Ksp juga memasukkan kebijakan ekonomi dalam menjelaskan tahapan perjalanan bisnis Ibnu Susanto. Konteks kebijakan Pemerintah yang memberikan fasilitas dan kemudahan ekspor-impor bahan baku (hal. 81) dipakai sebagai faktor yang mendukung keberhasilan Ibnu Susanto di awal karir bisnisnya. Krisis 1998 digunakan untuk menjelaskan betapa komitmen dan kerja keras Ibnu Susanto mampu mengatasi usahanya yang hampir bangkrut (hal. 112). Kebijakan penjualan aset konglomerat melalui BPPN (hal. 122) dijadikan langkah dalam menjelaskan diversifikasi bisnis Ibnu Susanto.