Kerja Keras, Kepercayaan, Komitmen, dan Hoki Ibnu Susanto

Sabtu, 11 Desember 2021 - 06:23 WIB
loading...
Kerja Keras, Kepercayaan, Komitmen, dan Hoki Ibnu Susanto
Kerja Keras, Kepercayaan, Komitmen, dan Hoki Ibnu Susanto
A A A
Handoko Widagdo
Pencinta Buku

Buku “Semangat Baja Ibnu Susanto” karya Robert Adhi Ksp ini menarik dari dua hal, yakni sosok yang ditulis dan cara menulisnya. Dengan menempatkan Ibnu Susanto dalam konteks sejarah, kondisi sosial dan ekonomi membuat si penulis berhasil menampilkan sosok Ibnu Susanto tanpa perlu melakukan glorifikasi.

baca juga: Surat Pribadi Tokoh Dunia: dari Hitler Cuti hingga Da Vinci Lamar Kerja

Kehidupan Ibnu Susanto tentu menarik untuk diteladani. Sebab Ibnu Susanto adalah contoh orang yang bekerja keras dari sejak muda sehingga menjadi sukses. Dan cara Robert Adhi Ksp dalam menulis biografi Ibnu Susanto, membuat kehidupan Ibnu Susanto menjadi pembeda terhadap biografi pengusaha lainnya.

Konteks politik di Tiongkok dan proses imigrasi orang-orang Hokchia ke Hindia Belanda, kebijakan-kebijakan politik sosial dan ekonomi di Indonesia sejak masa kecil Ibnu Susanto sampai saat beliau mengelola bisnis, membuat kisah yang dituliskan tentang beliau menjadi lebih menarik.

Siapakah Ibnu Susanto? Terlahir sebagai U Tjeng Sioe pada tanggal 16 Mei 1941, Ibnu Susanto dikenal sebagai soerang pengusaha besi dan baja terkemuka di Indonesia. Melalui Perusahaan Sarana Central Bajatama (hal. 100) dan PT Spindo Tbk (hal. 104), Ibnu Susanto menjadi pemain utama bisnis baja di Indonesia. Perusahaan Sarana Central Bajatama fokus kepada produksi galvalum, sedangkan PT Spindo fokus kepada produksi pipa baja. Selain berbisnis di sektor baja, Ibnu Susanto juga mempunyai bisnis di bidang lainnya.

baca juga: Laku Hidup Vegetarian Tokoh Dunia, dari RA Kartini hingga Gandhi

U Tjeng Sioe lahir di Cisauk (Serpong) dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Tjeng Sioe sempat berencana untuk ikut pulang ke Tiongkok akibat diterapkannya PP 10 di tahun 1959, tetapi gagal. Ia mensyukuri kegagalannya pulang ke Tiongkok. Sebab nasib teman-temannya yang pulang ke Tiongkok ternyata sangat buruk. Sejak gagal pulang ke Tiongkok, Tjeng Sioe yang kemudian mengganti namanya menjadi Ibnu Susanto bekerja keras untuk menghidupi keluarganya.

Ia harus bertanggung jawab untuk menghidupi adik-adiknya karena ayahnya mulai sakit-sakitan. Mulai dari bekerja di Toko Tiga milik adik kakeknya (hal. 61), Tjeng Sioe terus belajar bagaimana berbisnis. Pengetahuannya tentang pembukuan dan mengelola bisnis import berkembang pesat saat ia bergabung dengan Importir Tribina milik pamannya. Pengetahuannya dalam membina relasi dengan rekan bisnis, pengelolaan keuangan dan melakukan import ini sangat berguna saat ia memutuskan untuk memulai usaha sendiri.

Perselisihan dengan pamannya yang membuatnya dipecat dari pekerjaan justru menjadi titik balik dalam karir bisnisnya (hal. 77). Dengan prinsip: “Kerja Keras, Kepercayaan, Komitmen dan Hoki” Tjeng Sioe memulai bisnisnya. Ia tidak punya cukup modal. Tetapi kepercayaan dari relasinya dan dukungan dari sesama orang Hokchia, ia bisa mendapatkan modal untuk memulai usahanya. (Tentang masyarakat Hokchia akan saya bahas lebih lanjut di bawah.)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1053 seconds (0.1#10.140)