Hindari Polarisasi, Muktamar NU Butuh Calon Alternatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Santri Muda Nahdlatul Ulama (SMNU) mengingatkan kepada seluruh pemilik suara untuk senantiasa menciptakan suasana sejuk menjelang Muktamar ke-34 NU di Lampung. Para pemilik suara tidak perlu melakukan cara-cara di luar fatsun atau adab santri untuk memenangkan salah satu kandidat.
"Tidak perlulah kita melakukan cara-cara di luar fatsun atau adab santri, cara-cara politik atau ormas nonkeagamaan. Sebab pastilah akan merusak karomah NU, partai mana yang tidak akan mendekat dengan NU? Ya karena karomah NU. Jangan sampai mereka dekat dengan kita, malah kita ikut terbawa arus. Saya suka dengan kiai yang independen dan mandiri," kata Ketua PCNU Jakarta Pusat, Kiai Syaifuddin dalam diskusi daring bertema 'Muktamar NU, Menjaga Karomah NU, Kamis (25/11/2021).
Selain Kiai Syaifuddin, narasumber lainnya adalah Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Kiai Husny Mubarok Amir, dan Ketua Lakpesdam NU DIY M Ainul Yaqin. Diskusi dipandu moderator Gus Mahbub Ubaedi Alwi, pegiat SMNU Jawa Barat sekaligus pengurus PB PMII.
Baca juga: NU Didorong Ciptakan Kemandirian di Bidang Ekonomi
Kiai Syaifuddin menjelaskan, pemimpin NU harus bisa menjadi role model bagi kalangan milennial, tapi tetap kharismatik.
M Ainul Yaqin menambahkan, karakteristik pemimpin yang baik adalah yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari itu telah memberikan tauladan dari kesederhanaan di tengah pergerakan tiada batas.
"Dulu saya waktu mondok di Tambakberas, melihat Gus Dur datang pengajian naiknya mobil L300 yang mungkin tidak ada AC-nya, dan beliau beberapa kali saya melihat di acara yang lain, tampaknya tidak risau atau mempermasalahkan soal itu. Belum lagi bagaimana cara Gus Dur bersilaturahim," katanya.
Ketika disinggung kepemimpinan NU mendatang, Ainul Yaqin mengajak generasi muda tidak terbawa arus yang mencoba membenturkan para tokoh NU dari latar belakang organisasinya. "Untuk menghindari head to head yang berdampak pada besarnya polarisasi, mungkin perlu adanya mekanisme atau cara lain sehingga memunculkan calon alternatif," katanya.
Sementara Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Kiai Husny Mubarok Amir yakin para kiai dan ulama memiliki pertimbangan matang terkait isu maju mundurnya Muktamar NU karena penerapan PPKM Level 3 selama libur Natal dan Tahun Baru yang bertepatan dengan jadwal Muktamar 23-25 Desember.
Baca juga: Surati PBNU, 9 Kiai Sepuh Minta Muktamar ke-34 Ditunda
"Baik maju atau mundur sama-sama memiliki tanggung jawab moral, para kiai dan pimpinan NU akan memutuskan pelaksanaan muktamar dengan mengedepankan kemaslahatan umat. Meskipun kalau kita simak dari media massa ada indikasi tidak menemukan kesepakatan, kalau boleh menerka bahwa pelaksanaan muktamar ini akan diundur. Saya melihat sendiri di Lampung, kepanitiaan lokal masih pembangunan dan persiapan-persiapan lain. Saya meyakini sebagai pengurus NU DKI dan sebagai panitia Muktamar bahwa akan diundur," katanya.
Lihat Juga: Luncurkan Kreasi di Aceh, Menteri Riefky Ajak Santri Ikut Sebarkan Informasi Bahaya Judi Online
"Tidak perlulah kita melakukan cara-cara di luar fatsun atau adab santri, cara-cara politik atau ormas nonkeagamaan. Sebab pastilah akan merusak karomah NU, partai mana yang tidak akan mendekat dengan NU? Ya karena karomah NU. Jangan sampai mereka dekat dengan kita, malah kita ikut terbawa arus. Saya suka dengan kiai yang independen dan mandiri," kata Ketua PCNU Jakarta Pusat, Kiai Syaifuddin dalam diskusi daring bertema 'Muktamar NU, Menjaga Karomah NU, Kamis (25/11/2021).
Selain Kiai Syaifuddin, narasumber lainnya adalah Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Kiai Husny Mubarok Amir, dan Ketua Lakpesdam NU DIY M Ainul Yaqin. Diskusi dipandu moderator Gus Mahbub Ubaedi Alwi, pegiat SMNU Jawa Barat sekaligus pengurus PB PMII.
Baca juga: NU Didorong Ciptakan Kemandirian di Bidang Ekonomi
Kiai Syaifuddin menjelaskan, pemimpin NU harus bisa menjadi role model bagi kalangan milennial, tapi tetap kharismatik.
M Ainul Yaqin menambahkan, karakteristik pemimpin yang baik adalah yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari itu telah memberikan tauladan dari kesederhanaan di tengah pergerakan tiada batas.
"Dulu saya waktu mondok di Tambakberas, melihat Gus Dur datang pengajian naiknya mobil L300 yang mungkin tidak ada AC-nya, dan beliau beberapa kali saya melihat di acara yang lain, tampaknya tidak risau atau mempermasalahkan soal itu. Belum lagi bagaimana cara Gus Dur bersilaturahim," katanya.
Ketika disinggung kepemimpinan NU mendatang, Ainul Yaqin mengajak generasi muda tidak terbawa arus yang mencoba membenturkan para tokoh NU dari latar belakang organisasinya. "Untuk menghindari head to head yang berdampak pada besarnya polarisasi, mungkin perlu adanya mekanisme atau cara lain sehingga memunculkan calon alternatif," katanya.
Sementara Wakil Ketua PWNU DKI Jakarta Kiai Husny Mubarok Amir yakin para kiai dan ulama memiliki pertimbangan matang terkait isu maju mundurnya Muktamar NU karena penerapan PPKM Level 3 selama libur Natal dan Tahun Baru yang bertepatan dengan jadwal Muktamar 23-25 Desember.
Baca juga: Surati PBNU, 9 Kiai Sepuh Minta Muktamar ke-34 Ditunda
"Baik maju atau mundur sama-sama memiliki tanggung jawab moral, para kiai dan pimpinan NU akan memutuskan pelaksanaan muktamar dengan mengedepankan kemaslahatan umat. Meskipun kalau kita simak dari media massa ada indikasi tidak menemukan kesepakatan, kalau boleh menerka bahwa pelaksanaan muktamar ini akan diundur. Saya melihat sendiri di Lampung, kepanitiaan lokal masih pembangunan dan persiapan-persiapan lain. Saya meyakini sebagai pengurus NU DKI dan sebagai panitia Muktamar bahwa akan diundur," katanya.
Lihat Juga: Luncurkan Kreasi di Aceh, Menteri Riefky Ajak Santri Ikut Sebarkan Informasi Bahaya Judi Online
(abd)