Misteri Buku Kecil LB Moerdani Dibongkar Jenderal Kopassus, Isinya Mencengangkan

Minggu, 14 November 2021 - 09:36 WIB
loading...
Misteri Buku Kecil LB...
Jenderal TNI (Purn) LB Moerdani. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Cerita tentang Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin (LB) Moerdani seakan tak ada habisnya untuk dikulik. Nama LB Moerdani melegenda sebagai salah satu tokoh intelijen Indonesia.

Baca Juga: LB Moerdani
Diakui lulusan terbaik Akademi Militer 1970 ini, banyak pelajaran mengenai kepemimpinan dan kemiliteran yang dipelajari dari LB Moerdani. Karena itu pula, Luhut tertarik pada masalah intelijen, antara lain memelihara jaringan (networking) dengan berbagai tokoh di dunia.

LB Moerdani ucap Luhut, mempunyai buku kecil yang sudah lusuh. Apa isinya? "Buku itu penuh dengan nama-nama tokoh penting dan nomor telepon hotline yang dia bisa hubungi 24 jam sehari," tulis Luhut dalam catatan pribadinya.
Misteri Buku Kecil LB Moerdani Dibongkar Jenderal Kopassus, Isinya Mencengangkan

Luhut semula mengisahkan kenangannya terhadap LB Moerdani, sosok yang begitu dia dikagumi. Benny berpangkat Letjen TNI kala itu dan menjabat sebagai Asintel Hankam/ABRI.

Bersama Kapten Inf Prabowo Subianto (kini Menteri Pertahanan), Luhut dipercaya untuk belajar antiteror di satuan elite Kepolisian GSG-9, Jerman Barat. Ketika itu Indonesia baru saja mendapat pengalaman yang menggentarkan dunia, melumpuhkan teroris pembajak pesawat Woyla.

Menurut Luhut, LB Moerdani selalu memintanya untuk memberikan laporan kemajuan sekolah di Jerman. Tentara kelahiran Blora itu bahkan tak segan untuk bertanya detail.

Sepulang dari Jerman, Luhut memimpin pasukan antiteror pertama di Indonesia yakni Detasemen 81 Kopassus. Ketika ini interaksinya dengan LB Moerdani semakin intensif.

"Saya sering dipanggil menghadap Pak Benny di kantornya Jalan Sahardjo (sekarang lokasinya menjadi Balai Prajurit TNI). Entah menanyakan pelatihan pasukan yang baru itu atau lain-lain," kata Luhut dalam akun resmi media sosial miliknya.

Luhut menggambarkan, LB Moerdani memiliki karakter yang sangat kuat. Auranya memancarkan wibawa ditambah dengan wajahnya yang keras dan jarang tersenyum.

"Saya kagum bahwa loyalitas kepada pimpinan negara dan NKRI tidak perlu dipertanyakan lagi. Setiap kata atau tindakannya mencerminkan, menurut istilah sekarang, kesetiaan yang tegak lurus," ujar mantan Komandan Group 3 Sandhi Yudha Kopassus, (1990) ini.

Jauh sebelum menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto dengan ditunjuk sebagai Panglima ABRI, LB Moerdani telah berkutat di dunia intelijen. Mentornya tak lain Ali Moertopo, mantan asisten pribadi Soeharto yang pernah menjabat Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin).

LB Moerdani sesungguhnya tak pernah punya pengalaman memimpin teritorial. Namun dia memiliki catatan emas saat terjun di Merauke saat melawan kolonial Belanda dan setelahnya menumpas gerakan PRRI/Permesta di Sumatera.

Untuk diketahui, pada 1962 pasukan Kopassandha (kini Kopassus) terlibat dalam operasi tertutup, menyusup ke Merauke. Kapten LB Moerdani memimpin satu pasukan, melakukan terjun payung ke daerah rawa-rawa di Merauke.

LB Moerdani menyebut dirinya yang mengusulkan ide penyusupan itu lantaran slogan 'Dari Sabang sampai Merauke'. Sabang merupakan kota di ujung paling barat Aceh, sementara Merauke dianggap ujung paling timur Indonesia. Slogan itu juga menjadi judul lagu nasional berjudul sama.

Dia berpandangan, pengusaan Merauke akan memberikan pengaruh psikologis bagi kampanye Presiden Soekarno untuk mengambil alih Papua dari Belanda. "Soekarno memakai frase tersebut ketika memerintahkan invasi ke Papua," ungkap LB Moerdani dalam buku Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan tulisan Julius Pour.

Hampir seluruh kariernya dihabiskan untuk mengurus masalah intelijen. Setelah berselisih pendapat dengan Letjen Ahmad Yani, LB Moerdani harus meninggalkan Korps Baret Merah kebanggaannya.

Sejak itu pula dia menjadi perwira intelijen. Mula-mula medan perangnya Malaysia, kemudian Seoul, Korea Selatan, sebagaimana ditulis A Pambudi dalam buku 'Sintong & Prabowo: dari Kudeta LB Moerdani hingga Kudeta Prabowo'.

Setelah peristiwa Malapetaka 15 Januari atau Malari pada 1974. Ali Moertopo memanggilnya ke Jakarta. LB Moerdani diajak untuk menangani masalah-masalah intelijen hankam.

"LB Moerdani adalah generasi intelijen berikutnya yang dipercaya Soeharto setelah Ali Moertopo dan Yoga Sugama. Jenderal Benny dan Moertopo sama-sama terlibat dalam CSIS," tulis Pambudi.

Antara 1974-1978, situasi agak tenang. Keputusan Presiden membubarkan lembaga Aspri (asisten pribadi) direspons banyak kalangan sebagai iktikad baik memperbaiki keadaan. Pada periode ini terjadi konsolidasi ulang lembaga intelijen di bawah LB Moerdani.

Setelah drama pembajakan Woyla, nama Benny kian bersinar. Prajurit yang juga melambung namanya yakni Sintong Panjaitan dan Subagyo HS. Tetap di level elite, menuru Julius Pour, Benny yang mendapat kredit besar.

LB Moerdani setelah sekitar tiga tahun lebih menderita sakit, tutup usia di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat pada 29 Agustus 2004. Usianya mencapai 72 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)