RI Jadi Presidensi G20, PB HMI: Harus Berdampak ke Rakyat Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Raihan Ariatama optimistis atas terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 . Diharapkan, memberi dampak positif bagi rakyat Indonesia.
Baca Juga: Presidensi G20
Baca juga: Airlangga Sebut Pemimpin Dunia Dukung Indonesia di Presidensi G20
"Namun kami memberi catatan bahwa agenda ini jangan sekadar menjadi kegiatan simbolik. Melainkan memiliki dampak yang nyata terhadap perekonomian Indonesia yang saat ini masih berupaya pulih akibat terpaan Pandemi Covid-19," tambahnya.
Indonesia telah sah menerima estafet kepemimpinan G20 dari Italia, yang secara simbolis dilakukan dengan penyerahan palu dari Perdana Menteri Italia Mario Draghi ke Presiden Indonesia Joko Widodo pada sesi penutupan KTT G20 Roma yang berlangsung di La Nuvola pada Minggu, (31/11/2021).
Di Indonesia, KTT G20 rencananya akan berlangsung di Bali pada 30-31 Oktober 2022. "Presidensi G20 adalah kehormatan sekaligus momentum yang tepat bagi Indonesia untuk meningkatkan pembangunan ekonomi negara. Karena forum yang melibatkan negara-negara maju dan berkembang ini merupakan ajang untuk membahas prospek perdagangan dan investasi," paparnya.
Raihan berharap, KTT G20 memiliki fokus pada pemulihan ekonomi negara-negara yang terdampak Covid-19, terkhusus pada negara sedang berkembang (NSB) yang memiliki kerentanan ekonomi jika dibandingkan dengan negara maju.
"Untuk itu, Indonesia perlu mendorong konektifitas dan kolaborasi global untuk pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 yang merata," terangnya
"Semboyan 'Recover Together, Recover Stronger' yang diusung Indonesia pada KTT G20 tahun 2022 mendatang harus dipahami dalam konteks konektifitas dan kolaborasi global untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang inklusif dan merata," tambahnya.
Selain itu, posisi Indonesia yang sangat strategis ini, menurut Raihan, harus dimanfaatkan Indonesia untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia yang berkeadilan dengan mendatangkan investasi dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
"Meskipun ekonomi negara kita mulai tumbuh di tengah pandemi, namun masih ada pekerjaan rumah bagi negara kita untuk memangkas angka kemiskinan dan penganguran yang meningkat akibat pandemi," pungkasnya.
Baca Juga: Presidensi G20
Baca juga: Airlangga Sebut Pemimpin Dunia Dukung Indonesia di Presidensi G20
"Namun kami memberi catatan bahwa agenda ini jangan sekadar menjadi kegiatan simbolik. Melainkan memiliki dampak yang nyata terhadap perekonomian Indonesia yang saat ini masih berupaya pulih akibat terpaan Pandemi Covid-19," tambahnya.
Indonesia telah sah menerima estafet kepemimpinan G20 dari Italia, yang secara simbolis dilakukan dengan penyerahan palu dari Perdana Menteri Italia Mario Draghi ke Presiden Indonesia Joko Widodo pada sesi penutupan KTT G20 Roma yang berlangsung di La Nuvola pada Minggu, (31/11/2021).
Di Indonesia, KTT G20 rencananya akan berlangsung di Bali pada 30-31 Oktober 2022. "Presidensi G20 adalah kehormatan sekaligus momentum yang tepat bagi Indonesia untuk meningkatkan pembangunan ekonomi negara. Karena forum yang melibatkan negara-negara maju dan berkembang ini merupakan ajang untuk membahas prospek perdagangan dan investasi," paparnya.
Raihan berharap, KTT G20 memiliki fokus pada pemulihan ekonomi negara-negara yang terdampak Covid-19, terkhusus pada negara sedang berkembang (NSB) yang memiliki kerentanan ekonomi jika dibandingkan dengan negara maju.
"Untuk itu, Indonesia perlu mendorong konektifitas dan kolaborasi global untuk pemulihan ekonomi pasca-Covid-19 yang merata," terangnya
"Semboyan 'Recover Together, Recover Stronger' yang diusung Indonesia pada KTT G20 tahun 2022 mendatang harus dipahami dalam konteks konektifitas dan kolaborasi global untuk menciptakan kegiatan ekonomi yang inklusif dan merata," tambahnya.
Selain itu, posisi Indonesia yang sangat strategis ini, menurut Raihan, harus dimanfaatkan Indonesia untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia yang berkeadilan dengan mendatangkan investasi dan membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
"Meskipun ekonomi negara kita mulai tumbuh di tengah pandemi, namun masih ada pekerjaan rumah bagi negara kita untuk memangkas angka kemiskinan dan penganguran yang meningkat akibat pandemi," pungkasnya.
(maf)