Presiden Jokowi Harus Kelola G20, Jangan Sampai Jadi Panggung Politik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Founder lembaga survei KedaiKopi Hendri Satrio menilai penyelenggaraan G20 di Tanah Air bakal menjadi legacy kepemimpinan Presiden Jokowi. Namun, Jokowi juga harus mampu mengelola perhelatan internasional tersebut agar tidak menjadi perebutan panggung politik bagi sejumlah tokoh.
"Secara politik, G20 ini akan menjadi legacy yang bagus buat Pak Jokowi," kata Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio, dalam diskusi KedaiKopi bertajuk 'Menuju KTT G20 di Indonesia' secara virtual, Kamis (28/10/2021).
Ia mengingatkan, Jokowi harus memanajemen perhelatan itu sedemikian rupa agar tidak terjadi competition stage bagi sejumlah tokoh. Misalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. "Keduanya disebut-sebut sebagai salah satu capres di 2024, termasuk dalam survei KedaiKopi," tuturnya.
Baca juga: Luhut Dapat Tugas Baru Lagi dari Jokowi, Geser Mahfud MD di Susunan Panitia G20
"Bagaimana dengan nama lain, ada Erick Thohir, Mahfud MD, Tito Karnavian, belum lagi ada Sandiaga Uno. Jadi harus juga diperhatikan jangan sampai ada perebutan panggung politik," imbuh Hensat.
Perhatian publik, kata Hensat, akan terpecah-pecah dengan aksi-aksi para tokoh politik yang memanfaatkan G20 ini sebagai panggung untuk dikenal. Baik di internal maupun di dunia. "Pasti ada beberapa manuver-manuver public relation yang akan dilakukan, belum lagi penggunaan media sosial dan media massa yang ada pada saat G20 nanti. Hanya jeda 2 tahun, sangat rawan dimanfaatkan sebagai panggung politik," katanya.
Hensat berharap penyelenggaraan G20 ini akan memberikan manfaat yang luas. Jangan sekadar jadi ajang dokumentasi pemerintah. "Hal itu harus dijelaskan pemerintah," katanya.
Sementara itu, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut, penyelenggaraan KTT G20 mendatang bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk berbenah diri.
Baca juga: Tuan Rumah KTT G20, Jokowi Ingin Indonesia Tampilkan yang Terbaik
"Indonesia pasti mau tidak mau berbenah infrastruktur sarana prasarana transportasi IT dan sebagainya dan ini kesempatan betul-betul untuk menata diri supaya kita bisa menjadi tuan rumah yang baik," ujar Sudirman dalam acara yang sama.
G20 juga bisa dijadikan ajang bagi Indonesia untuk unjuk gigi mengenai berbagai aspek dalam negara. "Banyak hal yang bisa kita pamerkan, yang soft misalnya bagaimana mengelola kemajemukan budaya, perbedaan, alam. Tidak banyak negara-negara seberagam kita, seindah kita," katanya.
Hal lain yang bisa dipamerkan adalah keberhasilan pembangunan infrastruktur. "Bagaimana pun 7 tahun pemerintahan Pak Jokowi ngebut membangun infrastruktur. Ini positif untuk kita tunjukkan. Juga sebagai upaya menaikkan investasi," kata Sudirman.
Indonesia sebagai negara tropis dinilai memiliki banyak potensi untuk bercerita mengenai perubahan iklim, transisi energi, membangun ekonomi kreatif, dan bahkan evolusi dalam digital.
Selain itu, gelaran KTT G20 juga dinilai sebagai kesempatan untuk mengubah persepsi dunia mengenai diplomasi Indonesia. Sekaligus menepis pandangan bahwa Indonesia terlalu memblok suatu wilayah.
"Posisi kita dalam kancah global dilihat terlalu melihat ke dalam. Kita perbaiki persepsi itu dalam gelaran ini," ucap Sudirman.
Indonesia juga bisa tampil sebagai pemimpin dengan menjadi jembatan dengan negara lain yang saat ini masih kesulitan dan terus berkembang.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menyampaikan pentingnya peran pemuda dalam menyukseskan Presidensi G20 Indonesia. "Sebagai tuan rumah, tentu menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran brilian pemuda Indonesia untuk kepentingan nasional maupun internasional," kata Puteri.
Lembaga KedaiKOPI melakukan survei terkait persepsi lingkungan hidup bagi anak muda dalam hal ini Gen Y dan Gen Z. Hasilnya 81% menyatakan, Indonesia darurat akan perubahan iklim. Survei ini dilakukan pada 14-21 Oktober 2021 dengan total 1.200 responden secara nasional. Survei dilakukan dengan wawancara melalui telepon. Mereka yang mengikuti survei ini berada dalam usia 14-40 tahun (Gen Y dan Gen Z).
"Secara politik, G20 ini akan menjadi legacy yang bagus buat Pak Jokowi," kata Hensat, sapaan akrab Hendri Satrio, dalam diskusi KedaiKopi bertajuk 'Menuju KTT G20 di Indonesia' secara virtual, Kamis (28/10/2021).
Ia mengingatkan, Jokowi harus memanajemen perhelatan itu sedemikian rupa agar tidak terjadi competition stage bagi sejumlah tokoh. Misalnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. "Keduanya disebut-sebut sebagai salah satu capres di 2024, termasuk dalam survei KedaiKopi," tuturnya.
Baca juga: Luhut Dapat Tugas Baru Lagi dari Jokowi, Geser Mahfud MD di Susunan Panitia G20
"Bagaimana dengan nama lain, ada Erick Thohir, Mahfud MD, Tito Karnavian, belum lagi ada Sandiaga Uno. Jadi harus juga diperhatikan jangan sampai ada perebutan panggung politik," imbuh Hensat.
Perhatian publik, kata Hensat, akan terpecah-pecah dengan aksi-aksi para tokoh politik yang memanfaatkan G20 ini sebagai panggung untuk dikenal. Baik di internal maupun di dunia. "Pasti ada beberapa manuver-manuver public relation yang akan dilakukan, belum lagi penggunaan media sosial dan media massa yang ada pada saat G20 nanti. Hanya jeda 2 tahun, sangat rawan dimanfaatkan sebagai panggung politik," katanya.
Hensat berharap penyelenggaraan G20 ini akan memberikan manfaat yang luas. Jangan sekadar jadi ajang dokumentasi pemerintah. "Hal itu harus dijelaskan pemerintah," katanya.
Sementara itu, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyebut, penyelenggaraan KTT G20 mendatang bisa menjadi momentum bagi Indonesia untuk berbenah diri.
Baca juga: Tuan Rumah KTT G20, Jokowi Ingin Indonesia Tampilkan yang Terbaik
"Indonesia pasti mau tidak mau berbenah infrastruktur sarana prasarana transportasi IT dan sebagainya dan ini kesempatan betul-betul untuk menata diri supaya kita bisa menjadi tuan rumah yang baik," ujar Sudirman dalam acara yang sama.
G20 juga bisa dijadikan ajang bagi Indonesia untuk unjuk gigi mengenai berbagai aspek dalam negara. "Banyak hal yang bisa kita pamerkan, yang soft misalnya bagaimana mengelola kemajemukan budaya, perbedaan, alam. Tidak banyak negara-negara seberagam kita, seindah kita," katanya.
Hal lain yang bisa dipamerkan adalah keberhasilan pembangunan infrastruktur. "Bagaimana pun 7 tahun pemerintahan Pak Jokowi ngebut membangun infrastruktur. Ini positif untuk kita tunjukkan. Juga sebagai upaya menaikkan investasi," kata Sudirman.
Indonesia sebagai negara tropis dinilai memiliki banyak potensi untuk bercerita mengenai perubahan iklim, transisi energi, membangun ekonomi kreatif, dan bahkan evolusi dalam digital.
Selain itu, gelaran KTT G20 juga dinilai sebagai kesempatan untuk mengubah persepsi dunia mengenai diplomasi Indonesia. Sekaligus menepis pandangan bahwa Indonesia terlalu memblok suatu wilayah.
"Posisi kita dalam kancah global dilihat terlalu melihat ke dalam. Kita perbaiki persepsi itu dalam gelaran ini," ucap Sudirman.
Indonesia juga bisa tampil sebagai pemimpin dengan menjadi jembatan dengan negara lain yang saat ini masih kesulitan dan terus berkembang.
Sementara itu, Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin menyampaikan pentingnya peran pemuda dalam menyukseskan Presidensi G20 Indonesia. "Sebagai tuan rumah, tentu menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran brilian pemuda Indonesia untuk kepentingan nasional maupun internasional," kata Puteri.
Lembaga KedaiKOPI melakukan survei terkait persepsi lingkungan hidup bagi anak muda dalam hal ini Gen Y dan Gen Z. Hasilnya 81% menyatakan, Indonesia darurat akan perubahan iklim. Survei ini dilakukan pada 14-21 Oktober 2021 dengan total 1.200 responden secara nasional. Survei dilakukan dengan wawancara melalui telepon. Mereka yang mengikuti survei ini berada dalam usia 14-40 tahun (Gen Y dan Gen Z).
(abd)