Matematika Militer untuk Komponen Cadangan

Senin, 25 Oktober 2021 - 08:36 WIB
loading...
Matematika Militer untuk...
Amarulla Octavian, Rektor Universitas Pertahanan RI.
A A A
JAKARTA - Amarulla Octavian
Rektor Universitas Pertahanan RI

SEJAK upacara penetapan pada tanggal 7 Oktober 2021, keberadaan komponen cadangan pertahanan negara banyak mendapat perhatian publik. Peristiwa bersejarah tersebut dimaknai beragam cara dari berbagai disiplin ilmu oleh banyak kalangan. Mereka yang berlatar belakang hukum menganalisis dari berbagai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Mereka yang memiliki perhatian pada isu HAM menyoroti berbagai ekses yang mungkin dibayangkan bisa terjadi dengan berbagai argumentasi. Mereka yang berlatar belakang ekonomi pun menyoroti bagaimana komponen cadangan ini bisa menjadi alternatif untuk memperbesar daya tangkal TNI secara efisien. Agar diskusi berikutnya dapat menuju ke suatu titik kompromi bersama, maka esensi komponen cadangan bisa dibingkai secara proporsional dengan logika berpikir menggunakan matematika militer.

Salah satu tujuan matematika militer adalah menyederhanakan suatu persoalan yang rumit agar lebih mudah diidentifikasi dan/atau dirancang solusinya sebagaimana prinsip matematika terapan lainnya. Matematika militer tidak sekedar berhitung (counting), tapi juga calculating dan bahkan computing of military things. Meski matematika militer dalam disiplin ilmu pertahanan banyak digunakan untuk hard science, tetapi matematika militer juga dapat dimanfaatkan untuk soft science.

Dengan aplikasi matematika militer, maka pentingnya komponen cadangan pertahanan negara dapat dinotasikan ke dalam sebuah logic map agar lebih mudah dipahami dan diterima. Notasi tersebut terdiri dari dua diagram venn yang disusun secara terstruktur dan sistematis dengan alur pikir berurutan.

Diagram Venn Ancaman Militer, Ancaman Non-Militer dan Ancaman Hibrida

Berdasarkan pengalaman sejarah perang Bangsa Indonesia, maka Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) semula diamanatkan untuk menghadapi ancaman yang bersifat militer. Seiring dengan dinamika lingkungan strategik, maka sifat ancaman pada abad ke-21 bertambah menjadi ancaman non-militer dan selanjutnya ancaman hibrida.

Ancaman militer berasal dari musuh yang menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi pertahanan-keamanan, sedangkan ancaman non-militer berasal dari musuh yang tidak menggunakan kekuatan bersenjata berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, teknologi dan informasi, serta keselamatan umum. Untuk ancaman hibrida memiliki dimensi baru hasil kombinasi kemungkinan terjadinya satu atau lebih ancaman militer dengan satu atau lebih ancaman non-militer.

Menggunakan simulasi faktorial diperoleh kombinasi probabilitas yang paling berbahaya sebagai contoh terjadinya suatu ancaman hibrida adalah kondisi ketika negara sedang melawan agresi negara lain pada saat bersamaan terjadi pandemi dan bencana alam.

Matematika Militer untuk Komponen Cadangan

Di mana:A = Semesta Ancaman
AM = Himpunan Ancaman Militer
ANM = Himpunan Ancaman Non-Militer
AH = Himpunan Ancaman Hibrida
BS = Musuh Berkekuatan Senjata dimensi Pertahanan-Keamanan
I = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ideologi
Po = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Politik
E = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Ekonomi
SB = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Sosial-Budaya
TI = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Teknologi dan Informasi
KU = Musuh Tidak Berkekuatan Senjata dimensi Keselamatan Umum

Diketahui: AM={BS} dan ANM={I,Po,E,SB,TI,KU}

Dengan melakukan operasi-operasi himpunan pada AM dan ANM, maka diperoleh:

AH⊆A
AH=AM∪ANM
AM/ANM karena AM∩ANM=∅

Logika ini menunjukkan bahwa AM saling lepas dengan ANM, karena memang sifat alamiah kedua ancaman berbeda. Sedangkan AH bukan merupakan irisan dari AM dan ANM melainkan himpunan entitas baru yang terbangun sebagai hasil kombinasi interaksi AM dan ANM. Pada skala yang lebih luas, maka ketiga himpunan tersebut berada di dalam semesta A yang memang mungkin masih akan muncul ancaman dengan sifat yang lebih baru di masa mendatang.

Diagram Venn Pertahanan Militer dan Pertahanan Nir-Militer

Evolusi sifat ancaman militer, ancaman non-militer hingga ancaman hibrida dihadapi dengan pertahanan militer dan pertahanan nir-militer. Berbeda dengan diagram venn sebelumnya, maka diagram venn kedua ditujukan untuk menjelaskan komponen pertahanan negara mana saja yang harus dikerahkan untuk menghadapi apakah ancaman yang terjadi bersifat militer, non-militer atau hibrida.

Pertahanan militer ditujukan menghadapi ancaman militer yang menempatkan komponen utama di garis depan, sedangkan ancaman non-militer dihadapi dengan pertahanan nir-militer dengan kementerian/lembaga sebagai unsur utama. Untuk menghadapi ancaman hibrida, maka dikerahkan pertahanan militer sekaligus pertahanan nir-militer yang melibatkan semua komponen pertahanan negara beserta segenap sumber daya nasional.

Matematika Militer untuk Komponen Cadangan


Di mana:R = Semesta Rakyat
PM = Himpunan Pertahanan Militer
PNM = Himpunan Pertahanan Nir-Militer
U = Komponen Utama
C = Komponen Cadangan
P = Komponen Pendukung
K = Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, swasta, dll

Diketahui: PM={U,C} dan PNM={P,K,C}

Dengan melakukan operasi-operasi himpunan pada PM dan PNM, maka diperoleh:
PM∩PNM={C}
PM∪PNM={U,P,K,C}
PM-PNM≠PNM-PM, karena PM-PNM={U} dan PNM-PM={P,K}
U,P,K,C∈R

Seperti yang telah dideskripsikan sebelumnya, PM terdiri dari U dan C sedangkan PNM terdiri dari C, P, dan K. Berdasarkan poin (ii), jelas bahwa komponen cadangan (C) memang dapat dikerahkan bersama dengan U dalam PM dan bersama dengan P dan K dalam PNM. Meskipun C dapat dikerahkan untuk PM dan PNM, tidak berarti status C lebih tinggi dari U atau P atau K.

Dengan demikian mudah dipahami memang C dapat berfungsi ganda sebagai pelengkap U atau P atau K atau sekaligus U, dan P, dan K. Inilah manfaat sesungguhnya dari fleksibilitas C. Oleh karena C berada pada himpunan yang sama dengan U, maka urgensi komponen cadangan dibentuk dan disiapkan selaras rentang waktu yang sama dengan komponen utama. Pada kondisi nyata seluruh komponen baik U, C, P, maupun K masih dapat lebih diperkuat dengan semesta R.

Kedua diagram venn Sishankamrata juga dapat diproyeksikan untuk menjelaskan status komponen utama dan komponen cadangan (setelah dimobilisasi dalam suatu pertahanan militer) sebagai combatant berdasarkan hukum internasional (law of international armed conflicts) memenuhi prinsip jus ad bellum. Pada gilirannya, komponen pendukung juga harus disiapkan menjadi komponen cadangan terlebih dahulu sebelum nantinya dapat dimobilisasi.

Status komponen cadangan memang berbeda dengan wajib militer sebagaimana berlaku di negara lain karena rekrutmen komponen cadangan bersifat sukarela, tidak ada paksaan. Bahkan setelah mengikuti pelatihan, komponen cadangan juga kembali ke tengah masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana logic map mekanisme pemanfaatan komponen cadangan tersebut tentunya juga dapat dijelaskan dengan aplikasi matematika militer berikutnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0901 seconds (0.1#10.140)