Ketika Elite PDIP Terpingkal-pingkal di Acara Khitanan Massal
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga menjadi orang Betawi ketika acara Khitanan Massal dengan Budaya Betawi yang digelar partainya, Sabtu (23/10/2021). Hasto Kristiyanto adalah seorang dari keturunan Jawa yang berasal dari Yogyakarta sedangkan Eriko Sotarduga adalah bersuku Batak dari Sumatera Utara.
Eriko memimpin arak-arakan delman yang berisi ‘pengantin’ peserta sunatan massal itu. Rombongan mendatangi Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat dari Tugu Proklamasi. Hasto sebagai tuan rumah menyambut rombongan itu.
Hasto dan Eriko mengenakan pakaian Betawi dalam acara itu. “Assalamualaikum. Permisi Bang Sekjen, aye dan rombongan mau numpang lewat nih,” kata Eriko.
“Entar dulu, Bismillah dulu... Ente mau lewat sini? Ente mesti lewatin dulu jagoan gue,” kata Hasto menjawab.
“Boleh, ane punya jagoan buat diadu,” kata Eriko.
“Ane juga punya. Banteng mah harus berani,” jawab Hasto.
Lalu, Eriko memanggil seorang anak dari rombongannya yang memakai kostum pencak silat. Anak perempuan itu lalu menampilkan sejumlah jurus silatnya dengan memegang sebuah golok. “Luar biasa,” kata Hasto usai penampilannya.
Kemudian, Eriko lalu maju kembali. Dia memanggil tiga anak lelaki dari rombongannya. Pantun lalu disampaikan. "Bang, abang orang Betawi, aye orang Betawi. Namanya orang Betawi, selangke due langke pasti punya yang namanya mainan. Jadi Ibarat punya tanah tanemin sawi, badan basah sehabis mencangkul. Jangan sebut anak Betawi, kalau tak bisa main pukul,” katanya.
Ketiga anak itu pun kemudian unjuk kebolehannya bermain silat. Acara dimulai dengan palang pintu dan saling berbalas pantun. Hasto dan Eriko terpingkal-pingkal mendengar berbalas pantun dengan kata-kata yang mengocok perut disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Atraksi pencak silat menambah semarak acara itu. Selanjutnya, dua anak muda maju berpakaian hijau dan merah, dan mengeluarkan jurus-jurus. Seakan keduanya adalah sparring partner yang menunjukkan bagaimana jurus silat sebagai seni bela diri.
Eriko Sotarduga menjelaskan walau acara khitanan yang sifatnya keagamaan, pihaknya sengaja memadukan dengan budaya Betawi. Hal tersebut sejalan dengan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang selalu mendorong agar budaya ke-Indonesiaan tak ditinggalkan di tengah budaya modern maupun kebiasaan keagamaan yang dihidupi masyarakat. “Semoga semangat ini selalu kita hidupi. Kita sudah membuktikan bahwa memadukan hal ini menyenangkan,” kata Eriko.
Eriko memimpin arak-arakan delman yang berisi ‘pengantin’ peserta sunatan massal itu. Rombongan mendatangi Kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat dari Tugu Proklamasi. Hasto sebagai tuan rumah menyambut rombongan itu.
Hasto dan Eriko mengenakan pakaian Betawi dalam acara itu. “Assalamualaikum. Permisi Bang Sekjen, aye dan rombongan mau numpang lewat nih,” kata Eriko.
“Entar dulu, Bismillah dulu... Ente mau lewat sini? Ente mesti lewatin dulu jagoan gue,” kata Hasto menjawab.
“Boleh, ane punya jagoan buat diadu,” kata Eriko.
“Ane juga punya. Banteng mah harus berani,” jawab Hasto.
Lalu, Eriko memanggil seorang anak dari rombongannya yang memakai kostum pencak silat. Anak perempuan itu lalu menampilkan sejumlah jurus silatnya dengan memegang sebuah golok. “Luar biasa,” kata Hasto usai penampilannya.
Kemudian, Eriko lalu maju kembali. Dia memanggil tiga anak lelaki dari rombongannya. Pantun lalu disampaikan. "Bang, abang orang Betawi, aye orang Betawi. Namanya orang Betawi, selangke due langke pasti punya yang namanya mainan. Jadi Ibarat punya tanah tanemin sawi, badan basah sehabis mencangkul. Jangan sebut anak Betawi, kalau tak bisa main pukul,” katanya.
Ketiga anak itu pun kemudian unjuk kebolehannya bermain silat. Acara dimulai dengan palang pintu dan saling berbalas pantun. Hasto dan Eriko terpingkal-pingkal mendengar berbalas pantun dengan kata-kata yang mengocok perut disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
Atraksi pencak silat menambah semarak acara itu. Selanjutnya, dua anak muda maju berpakaian hijau dan merah, dan mengeluarkan jurus-jurus. Seakan keduanya adalah sparring partner yang menunjukkan bagaimana jurus silat sebagai seni bela diri.
Eriko Sotarduga menjelaskan walau acara khitanan yang sifatnya keagamaan, pihaknya sengaja memadukan dengan budaya Betawi. Hal tersebut sejalan dengan pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang selalu mendorong agar budaya ke-Indonesiaan tak ditinggalkan di tengah budaya modern maupun kebiasaan keagamaan yang dihidupi masyarakat. “Semoga semangat ini selalu kita hidupi. Kita sudah membuktikan bahwa memadukan hal ini menyenangkan,” kata Eriko.
(rca)