Mobilitas Tak Terkendali, Waspadai Gelombang Kedua Covid-19

Rabu, 03 Juni 2020 - 06:55 WIB
loading...
Mobilitas Tak Terkendali, Waspadai Gelombang Kedua Covid-19
Kepadatan penumpang bus transjakarta yang mengabaikan protokol kesehatan penerapan social distancing di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Mampang, Jakarta, kemarin. Foto/Koran SINDO/ Adam Erlangga
A A A
JAKARTA - Potensi terjadinya gelombang kedua wabah korona (Covid-19) di tanah air relatif tinggi. Kondisi ini terjadi karena mobilitas masyarakat saat ini relatif tak terkendali.

Banyak di antara mereka yang pergi keluar rumah tanpa perlindungan memadai. Keharusan untuk memakai masker dan menjaga jarak relatif tidak dipatuhi. “Ada yang pergi tanpa masker, pergi ke tempat berkerumun. Mulai mencoba minum kopi, pergi ke restoran, dan seterusnya. Jadi mereka takut terkena Covid-19, tapi perilakunya nggak mendukung untuk melindungi diri,” ujar Ketua Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Pratiwi Sudarmono, di Jakarta, kemarin. (Baca: Terdampak Covid-19, BEM SI Minta Kemendikbud Relaksasi Biaya Kuliah)

Pratiwi menegaskan, gelombang kedua pandemi Covid-19 itu bisa saja terjadi karena sekarang pergerakan masyarakat luar biasa. Masyarakat yang memiliki pergerakan bebas di luar rumah tanpa menghiraukan protokol kesehatan, maka potensi penularan Covid-19 akan semakin tinggi. “Dari kemarin Lebaran orang pergi mudik, kemudian akan kembali lagi ke Jakarta. Jadi ada pergerakan orang yang banyak, juga masuknya ABK atau tenaga kerja dari luar negeri ke Indonesia,” ungkapnya.

Dia mengungkapkan, virus Covid-19 itu dari waktu ke waktu terus melakukan perubahan pada dirinya. Dari data yang dimilikinya, diketahui bahwa virus Covid-19 mempunyai perbedaan-perbedaan. “Namun, perbedaan-perbedaan itu tidak cukup bermakna untuk mengatakan bahwa ini bukan virus SARS Cov-2, jadi tetap ini adalah virus SARS Cov-2. Cuma ada namanya variasi-variasi,” katanya. (Baca juga: Pandemi Covid-19 Buyarkan Mimpi Ratusan Ribu Calon Jamaah Haji)

Beberapa variasi tersebut, antara lain bisa diketahui ke mana saja virus Covid-19 itu telah pergi misalnya. “Apakah virus itu datang dari Wuhan langsung ke Indonesia misalnya. Dan tanggal berapa dia sampai kita misalnya. Yang pertama datang kan adalah dari bulan Januari itu masuk ke Indonesia. Apakah virus itu sudah jalan dari Wuhan ke Singapura ke Eropa ke Amerika, baru masuk ke Indonesia. Itu yang dikatakan ada di daerah Jawa Timur, jadi itu berbeda dari strain yang ada di Jakarta,” kata Pratiwi.

Saat ini Pratiwi mengatakan, pihaknya sedang melakukan sequencing (teknik pembacaan urutan basa nitrogen pada DNA) virus Covid-19. Dengan begitu, maka akan semakin tahu dari mana saja virus itu datang sehingga bisa dikenali karakteristik dan penanganannya. “Misalnya yang datang ke Indonesia Timur, apakah sama dengan Indonesia Barat. Kemudian nanti kita klop kan dengan berbagai karakter, semua itu bisa dipelajari,” ujarnya.

Juru Bicara Pemerintah Achmad Yurianto mengatakan, jumlah pasien positif Covid-19 di seluruh Indonesia bertambah 609 kasus per Selasa pukul 12.00 WIB. Dengan penambahan ini, maka jumlah total positif Covid-19 menjadi 27.549 orang. Jumlah total kasus positif tersebut merupakan hasil pemeriksaan dari 342.466 spesimen. "Hari ini ada penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 609 sehingga menjadi 27.549 orang," katanya. (Baca juga: Pemerintah tegaskan Tidak terapkan Herd Immunity untuk Tekan Covid-19)

Dia mengatakan jumlah kasus sembuh dari Covid-19 bertambah 298 orang hari ini. Jumlah total pasien sembuh di seluruh Indonesia menjadi 7.935 orang. “Lalu ada penambahan 22 pasien meninggal dunia karena terinfeksi virus Covid-19. Jumlah total pasien meninggal pun menjadi 1.663 orang,” katanya. (Binti mufarida)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2101 seconds (0.1#10.140)