PON XX, Atensi Negara dan Harga Diri Papua
loading...
A
A
A
Hari ini, Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-XX di Papua akan resmi dibuka. Sore kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan membuka ajang olah raga terakbar di Indonesia ini pun telah tiba di Jayapura.
Seperti halnya di tempat lain, Jokowi selalu kental dengan aktivitas nonprotokoler. Saat perjalanan dari Bandara Sentani ke hotel di Jayapura, mobil Jokowi tiba-tiba berhenti. Jokowi menemui warga secara spontan. Dua noken atau tas rajut khas Papua pun dibelinya dari seorang pedagang bernama Paulina Adi. Entah mimpi apa Ibu Paulina ini. Yang jelas, selain barang jualannya dibeli dengan harga tak biasa, tentu dia tak akan pernah melupakan kejadian sore kemarin sepanjang hidupnya. Lebih bahagia lagi, sang presiden langsung memakai noken tersebut di depannya.
Kelegaan dan kebahagiaan tentu tak hanya dirasakan Paulina semata. PON ke-XX yang digelar di tanah Papua menjadikan masyarakat setempat begitu riang sekaligus terhormat. Bagi sebagian warga Papua ataupun masyarakat Indonesia umumnya, menjadikan Papua sebagai tuan rumah event olahraga nasional ini awalnya tentu seolah khayalan semata.
Mereka tak menyangka Papua dipilih. Munculnya pandangan itu tak berlebihan. Fasilitas olahraga yang minim, sarana dan infrastruktur yang kurang, hingga sumber daya yang terbatas adalah fakta di Papua selama ini. Belum lagi, wilayah Papua yang di ujung timur Indonesia rasanya kurang layak untuk menjadi lokasi PON.
Namun berbagai keterbatasan yang ada di Papua ternyata bukanlah menjadi penghalang. Pemerintah justru berbulat tekad kompetisi olahraga level nasional ini harus tetap dgelar di Papua. Bahkan, sederet keterbatasan itu justru dijadikan pengungkit (leverage) untuk membangun Papua menjadi lebih baik.
Komitmen tinggi pemerintah inilah yang menjadikan PON ke-XX tak sekadar menjadi event terakbar yang pernah dirasakan masyarakat setempat, namun juga sejarah besar perjalanan Papua. Atensi besar yang diikuti dengan pendirian sederet sarana olahraga (venue) dan fasilitas ini pun melengkapi komitmen pemerintahan Jokowi yang tak henti membangun berbagai infrastruktur di Papua selama ini.
Kendati tak diliputi keriuhan, diakui atau tidak, telah banyak program pemerintahan Jokowi yang memberikan atensi besar bagi kemajuan dan kemakmuran Papua. Terakhir, pemerintah dan DPR pun telah satu suara untuk memberikan perpanjangan dana Otsus Papua hingga 2041 mendatang. Melalui revisi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua, juga disepakati besaran dinaikkan menjadi 2,25% dari awalnya 2%.
Meski belum ideal, namun di balik ini tampak ada komitmen besar pemerintah untuk memberikan rasa keadilan kepada masyarakat Papua secepatnya. Konsekuensinya, pembangunan demi pembangunan digencarkan demi pemerataan keadilan tersebut. Keadilan ini juga nyata terlihat ketika pemerintah memutuskan lokasi PON Papua terbagi hingga di empat wilayah, yakni di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika dan Merauke. Ini tak pernah terjadi di PON-PON sebelumnya. Di tiap wilayah ini, selain akhirnya dibangun venue-venue anyar, juga dilengkapi sarana pendukung seperti wisma atlet yang ke depan sangat bermanfaat khususnya dalam pengembangan olahraga bagi daerah setempat.
Gelaran PON yang resmi dibuka Jokowi hari ini dari Stadion Lukas Enembe, Kota Jayapura pun sejatinya adalah serpihan komitmen besar pemerintah itu. Langkah ini tentu belum final. Dibutuhkan kesungguhan sekaligus rasa tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaannya.
Dengan fakta itu, PON jelas sejatinya adalah kehormatan besar bagi masyarakat Papua. Dari event inilah, sesungguhnya menjadi potret atas harga diri yang saatnya dijunjung tinggi, hingga menjadi setara dengan warga lain di berbagai belahan bumi Indonesia.
Seperti halnya di tempat lain, Jokowi selalu kental dengan aktivitas nonprotokoler. Saat perjalanan dari Bandara Sentani ke hotel di Jayapura, mobil Jokowi tiba-tiba berhenti. Jokowi menemui warga secara spontan. Dua noken atau tas rajut khas Papua pun dibelinya dari seorang pedagang bernama Paulina Adi. Entah mimpi apa Ibu Paulina ini. Yang jelas, selain barang jualannya dibeli dengan harga tak biasa, tentu dia tak akan pernah melupakan kejadian sore kemarin sepanjang hidupnya. Lebih bahagia lagi, sang presiden langsung memakai noken tersebut di depannya.
Kelegaan dan kebahagiaan tentu tak hanya dirasakan Paulina semata. PON ke-XX yang digelar di tanah Papua menjadikan masyarakat setempat begitu riang sekaligus terhormat. Bagi sebagian warga Papua ataupun masyarakat Indonesia umumnya, menjadikan Papua sebagai tuan rumah event olahraga nasional ini awalnya tentu seolah khayalan semata.
Mereka tak menyangka Papua dipilih. Munculnya pandangan itu tak berlebihan. Fasilitas olahraga yang minim, sarana dan infrastruktur yang kurang, hingga sumber daya yang terbatas adalah fakta di Papua selama ini. Belum lagi, wilayah Papua yang di ujung timur Indonesia rasanya kurang layak untuk menjadi lokasi PON.
Namun berbagai keterbatasan yang ada di Papua ternyata bukanlah menjadi penghalang. Pemerintah justru berbulat tekad kompetisi olahraga level nasional ini harus tetap dgelar di Papua. Bahkan, sederet keterbatasan itu justru dijadikan pengungkit (leverage) untuk membangun Papua menjadi lebih baik.
Komitmen tinggi pemerintah inilah yang menjadikan PON ke-XX tak sekadar menjadi event terakbar yang pernah dirasakan masyarakat setempat, namun juga sejarah besar perjalanan Papua. Atensi besar yang diikuti dengan pendirian sederet sarana olahraga (venue) dan fasilitas ini pun melengkapi komitmen pemerintahan Jokowi yang tak henti membangun berbagai infrastruktur di Papua selama ini.
Kendati tak diliputi keriuhan, diakui atau tidak, telah banyak program pemerintahan Jokowi yang memberikan atensi besar bagi kemajuan dan kemakmuran Papua. Terakhir, pemerintah dan DPR pun telah satu suara untuk memberikan perpanjangan dana Otsus Papua hingga 2041 mendatang. Melalui revisi UU No 21/2001 tentang Otonomi Khusus Provinsi Papua, juga disepakati besaran dinaikkan menjadi 2,25% dari awalnya 2%.
Meski belum ideal, namun di balik ini tampak ada komitmen besar pemerintah untuk memberikan rasa keadilan kepada masyarakat Papua secepatnya. Konsekuensinya, pembangunan demi pembangunan digencarkan demi pemerataan keadilan tersebut. Keadilan ini juga nyata terlihat ketika pemerintah memutuskan lokasi PON Papua terbagi hingga di empat wilayah, yakni di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika dan Merauke. Ini tak pernah terjadi di PON-PON sebelumnya. Di tiap wilayah ini, selain akhirnya dibangun venue-venue anyar, juga dilengkapi sarana pendukung seperti wisma atlet yang ke depan sangat bermanfaat khususnya dalam pengembangan olahraga bagi daerah setempat.
Gelaran PON yang resmi dibuka Jokowi hari ini dari Stadion Lukas Enembe, Kota Jayapura pun sejatinya adalah serpihan komitmen besar pemerintah itu. Langkah ini tentu belum final. Dibutuhkan kesungguhan sekaligus rasa tanggung jawab yang besar dalam pelaksanaannya.
Dengan fakta itu, PON jelas sejatinya adalah kehormatan besar bagi masyarakat Papua. Dari event inilah, sesungguhnya menjadi potret atas harga diri yang saatnya dijunjung tinggi, hingga menjadi setara dengan warga lain di berbagai belahan bumi Indonesia.
(ynt)