Memaknai Hari Jadi OKI ke-52 dan Refleksi bagi Indonesia

Senin, 27 September 2021 - 19:54 WIB
loading...
A A A
Faktor pendukung lainnya, adanya fakta sejumlah negara OKI mempunyai produk domestik bruto (PDB) per kapita nomimal lebih dari USD23.000, USD28.000, bahkan USD40.000. Tingkatan PDB per capita ini justru melampaui negara maju di Eropa dan Asia. Di samping itu, banyak negara-negara OKI dianugerahi potensi ekonomi yang tidak boleh diremehkan baik di bidang sumber daya alam, sumber daya manusia maupun ilmu pengetahuan teknologi.

Melihat peta situasi di atas, kita patut optimis transformasi kerja sama OKI di era ini tetap relevan dan mempunyai masa depan. Tentunya dengan syarat kita mampu menggali peluang dan mau mengimplementasikannya dalam bentuk kerja nyata. Peluang dapat dikatakan banyak, namun masih berserakan, terpencar dan perlu digali bersama dengan semangat transformasi seperti yang telah digariskan para pemimpin negara anggota OKI.

Sebagai contoh banyak negara Timur Tengah lama dikenal sebagai negara pengekspor utama minyak bumi. Namun, menyadari minyak bumi fosil tidak dapat diperbarui, mereka mulai memikirkan pengembangan pertanian yang membutuhkan kerja sama dengan negara lain. Sementara negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia dan Malaysia dikenal sebagai negara agraris, kaya akan sumber daya alam, kaya tenaga kerja, maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, namun masih sangat membutuhkan investasi asing. Sementara itu, negara dari kawasan Afrika juga dikenal kaya akan sumber daya alam, namun memerlukan investasi asing dan tenaga kerja ahli dan terampil.

Refleksi bagi Indonesia

Indonesia mempunyai modal politik yang sangat baik di mana citra Indonesia sebagai pendukung OKI termasuk dukungan secara konsisten terhadap kemerdekaan Palestina. Selain itu Indonesia juga mempunyai modal sejarah politik yang besar sebagai negara pencetus Gerakan Non Blok dan penggagas Konferensi Asia-Afrika. Untuk melengkapinya, peran Indonesia di kawasannya di mana Indonesia merupakan salah satu founding nations pendiri ASEAN dan mempunyai reputasi besar sebagai juru damai di kawasan.

Berbekal modal politik tersebut, Indonesia mempunyai peluang besar dalam meningkatkan kerja sama di semua bidang guna memajukan kepentingan nasional. Kementerian Luar Negeri RI telah menggarisbawahi prioritas politik luar negeri kita hingga 2024 bertumpu pada empat prioritas; yaitu diplomasi ekonomi, peningkatan kontribusi kepemimpinan Indonesia di kawasan dan dunia, kedaulatan dan kebangsaan, dan perlindungan.

Dalam diplomasi ekonomi, Indonesia bertekad melakukan kapitalisasi penguatan pasar domestik Indonesia yang merupakan pasar besar dengan populasi penduduk lebih mencapai 270 juta jiwa. Untuk itu Indonesia harus mampu menjadikan pasar domestik sebagai leverage atau daya tawar untuk menjalin kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan di tingkat bilateral maupun regional.

Di samping itu, Indonesia dituntut mampu melakukan penguatan pasar tradisional dan terobosan pasar non-tradisional. Keberhasilan awal Indonesia menembus pasar non tradisional seperti Afrika melalui Indonesia-Africa Forum dan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue, sudah selayaknya diikuti dengan upaya keras BUMN dan pebisnis Indonesia menggarap kawasan non tradisional lainnya, terutama sesama anggota OKI di Timur Tengah, Asia Selatan dan Tengah.

Sejalan dengan semangat itu, Indonesia sudah waktunya mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan sektor swastanya untuk lebih percaya diri lagi melakukan ekspansi outbound investment termasuk ke negara OKI potensial. Sebagai contoh tindakan diskriminatif Eropa terhadap kelapa sawit Indonesia seharusnya semakin membakar semangat Indonesia untuk mencari pasar nontradisional di Asia Selatan, Tengah, Timur Tengah hingga Afrika yang potensial menjadi mitra dagang dan produksi.

Kepentingan kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu hal fundamental karena menyangkut hajat hidup 16 juta orang di Indonesia. Lautan peluang bagi Indonesia masih terbentang luas termasuk di antaranya mendorong ekonomi 4.0 meliputi industri digital, ekonomi kreatif dan pengembangan SDM di mana Indonesia dipandang sebagai negara yang cukup kuat. Sesuai dengan motto HUT RI ke-76, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh. Semoga kita dapat mengambil momentum ini dengan merangkul OKI lebih erat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1175 seconds (0.1#10.140)