Pertamina Siap Tambah Pendapatan Negara dengan Kembangkan Bisnis Bunker di Nipa Kepri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebagai salah satu BUMN lokomotif bangsa, Pertamina terus bergerak meningkatkan sektor ekonomi dan pendapatan negara. Pertamina juga konsisten berinovasi guna menciptakan peluang maupun menangkap peluang bisnis yang ada di pasar global. Sigap memanfaatkan kekuatan dan keunggulan yang dimiliki oleh Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan, serta posisi yang strategis di jalur ekonomi internasional.
Menangkap Pasar Internasional
Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki sarana dan fasilitas bisnis yang lengkap dari hulu ke hilir. Hal ini menjadikan Pertamina sebagai salah satu perusahaan energi di dunia dengan portofolio bisnis yang menarik untuk mendatangkan mitra dan kerja sama.
Proses restrukturisasi di tubuh Pertamina dengan pembentukan Subholding juga membuat Pertamina semakin gesit dalam menjalin kerja sama dan meningkatkan valuasinya dimata investor. “Saya berharap Pertamina International Shipping dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya pemenuhan supply chain nasional dan menjadi global player dalam industri marine logistics," ujar Menteri BUMN Erick Thohir, saat meresmikan Subholding Shipping.
Dalam menjalankan amanat dari Menteri BUMN tersebut, Pertamina International Shipping (PIS) sebagai Subholding Shipping telah mengamati dan siap menangkap peluang pasar internasional yang ada di Selat Malaka melalui strategi pengembangan bisnis logistik kemaritiman yang terintegrasi, yaitu bisnis bunkering di Nipa Kepulauan Riau.
Erry Widiastono, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, dalam kesempatan yang sama mengatakan, pengembangan bisnis bunkering di perairan Pulau Nipa dan wilayah labuh jangkar di sekitar Selat Malaka sangat berpotensi memberikan pendapatan bagi negara mengingat lebih dari 100,000 kapal melewati Selat Malaka setiap tahunnya.
"Lebih dari 90 persen kapal tersebut melakukan bunkering di Singapura dengan estimasi market size lebih dari 46 juta MT pada 2020 dan estimasi value sebesar USD 20 miliar.
Dengan adanya potensi pengembangan bisnis bunkering di Selat Malaka ini, Nipa berpotensi menjadi blending hub dan anchorage area (mengambil pasar Singapura dan Tanjung Pelepas)," katanya.
Menurut Erry, bisnis bunkering ini juga berpotensi untuk meningkatkan utilisasi terminal Pertamina Group (tj. Uban dan Sambu) serta potensi pemanfaatan storage 3rd party di Nipa dan Oil Tanking Karimun. "Untuk menangkap peluang ini kami akan bersinergi dengan subholding lainnya dan juga mitra diluar Pertamina,” ujarnya.
PIS telah menyiapkan strategi bisnis bunkering ini dengan memperhatikan berbagai kesiapan yang perlu dilakukan antara lain:
• Component Supply, Pertamina International Marketing & Distribution (PIMD) yang merupakan anak perusahaan PT Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading (C&T) dan Subholding Refinery & Petrochemical (R&P) berperan sebagai penyedia bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi bunker yang comply dengan regulasi IMO 2020 (VLSFO 0.5 persen Sulphur)
• Blending Process, Di area Pusat Logistik Berikat (PLB) Nipa, PIMD berperan sebagai operator untuk memastikan proses blending bahan baku di atas floating storage facility yang disediakan oleh Subholding Shipping.
Menangkap Pasar Internasional
Pertamina sebagai perusahaan energi memiliki sarana dan fasilitas bisnis yang lengkap dari hulu ke hilir. Hal ini menjadikan Pertamina sebagai salah satu perusahaan energi di dunia dengan portofolio bisnis yang menarik untuk mendatangkan mitra dan kerja sama.
Proses restrukturisasi di tubuh Pertamina dengan pembentukan Subholding juga membuat Pertamina semakin gesit dalam menjalin kerja sama dan meningkatkan valuasinya dimata investor. “Saya berharap Pertamina International Shipping dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya pemenuhan supply chain nasional dan menjadi global player dalam industri marine logistics," ujar Menteri BUMN Erick Thohir, saat meresmikan Subholding Shipping.
Dalam menjalankan amanat dari Menteri BUMN tersebut, Pertamina International Shipping (PIS) sebagai Subholding Shipping telah mengamati dan siap menangkap peluang pasar internasional yang ada di Selat Malaka melalui strategi pengembangan bisnis logistik kemaritiman yang terintegrasi, yaitu bisnis bunkering di Nipa Kepulauan Riau.
Erry Widiastono, Direktur Utama PT Pertamina International Shipping, dalam kesempatan yang sama mengatakan, pengembangan bisnis bunkering di perairan Pulau Nipa dan wilayah labuh jangkar di sekitar Selat Malaka sangat berpotensi memberikan pendapatan bagi negara mengingat lebih dari 100,000 kapal melewati Selat Malaka setiap tahunnya.
"Lebih dari 90 persen kapal tersebut melakukan bunkering di Singapura dengan estimasi market size lebih dari 46 juta MT pada 2020 dan estimasi value sebesar USD 20 miliar.
Dengan adanya potensi pengembangan bisnis bunkering di Selat Malaka ini, Nipa berpotensi menjadi blending hub dan anchorage area (mengambil pasar Singapura dan Tanjung Pelepas)," katanya.
Menurut Erry, bisnis bunkering ini juga berpotensi untuk meningkatkan utilisasi terminal Pertamina Group (tj. Uban dan Sambu) serta potensi pemanfaatan storage 3rd party di Nipa dan Oil Tanking Karimun. "Untuk menangkap peluang ini kami akan bersinergi dengan subholding lainnya dan juga mitra diluar Pertamina,” ujarnya.
PIS telah menyiapkan strategi bisnis bunkering ini dengan memperhatikan berbagai kesiapan yang perlu dilakukan antara lain:
• Component Supply, Pertamina International Marketing & Distribution (PIMD) yang merupakan anak perusahaan PT Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading (C&T) dan Subholding Refinery & Petrochemical (R&P) berperan sebagai penyedia bahan baku yang dibutuhkan untuk memproduksi bunker yang comply dengan regulasi IMO 2020 (VLSFO 0.5 persen Sulphur)
• Blending Process, Di area Pusat Logistik Berikat (PLB) Nipa, PIMD berperan sebagai operator untuk memastikan proses blending bahan baku di atas floating storage facility yang disediakan oleh Subholding Shipping.