Pesawat Dakota VT-CLA, Saksi Bisu Gugurnya 3 Komodor Muda Pionir TNI AU
loading...
A
A
A
JAKARTA - Membawa misi perdamaian yang tengah diemban tiga komodor muda Indonesia saat itu, Agustinus Adisucipto, Adisumarmo Wiryokusumo dan Abdulrachman Saleh, tak luput dari serangan udara dua pesawat pemburu Belanda P-40 Kitty Hawk.
Peristiwa ini berawal, saat pesawat yang disewa dari warga negara India yang bernama Bijoyanda Patnaik yang bersimpati pada perjuangan Bangsa Indonesia, digunakan untuk membawa obat-obatan.
Ketika Pesawat Dakota VT-CLA meninggalkan Singapura pada pukul 13.00 siang tanggal 29 Juli 1947 menuju Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Sleman, DIY.
Saat bersiap-siap hendak mendarat di lapangan terbang Maguwo. Roda-roda pendaratan baru saja keluar dari tempatnya, muncul dua pesawat P-40 Kitty Hawk secara tiba-tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu memberondong dengan senapan mesin.
Akibatnya beberapa saat kemudian terlihat Dakota VT-CLA oleng karena mesin sebelah kiri terkena tembakan. Sebelum jatuh ke tanah, sayap sempat menghantam pohon dan jatuh di pematang sawah di desa Ngoto, Bantul sebelah selatan kota Yogyakarta.
Kepergian para tokoh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) ini justru disaat tenaga dan pikirannya sangat diperlukan untuk membangun dan membesarkan AURI.
Pengorbanan tokoh-tokoh pejuang itu merupakan bukti dan bhakti pengabdian yang dapat diberikan TNI Angkatan Udara kepada bangsa dan negara.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000 Monumen Ngoto, tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara (AU).
Bersamaan dengan peresmian monumen tersebut, dipindahkan kerangka jenazah Marsda TNI (Anumerta) A. Adisutjipto dan Marsda TNI (Anumerta) Abdulrachman Saleh beserta isteri dari Tempat Pemakaman Umum Kuncen, Yogyakarta ke Monumen Perjuangan TNI AU, Ngoto, Yogyakarta.
Peristiwa ini berawal, saat pesawat yang disewa dari warga negara India yang bernama Bijoyanda Patnaik yang bersimpati pada perjuangan Bangsa Indonesia, digunakan untuk membawa obat-obatan.
Ketika Pesawat Dakota VT-CLA meninggalkan Singapura pada pukul 13.00 siang tanggal 29 Juli 1947 menuju Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Sleman, DIY.
Saat bersiap-siap hendak mendarat di lapangan terbang Maguwo. Roda-roda pendaratan baru saja keluar dari tempatnya, muncul dua pesawat P-40 Kitty Hawk secara tiba-tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu memberondong dengan senapan mesin.
Akibatnya beberapa saat kemudian terlihat Dakota VT-CLA oleng karena mesin sebelah kiri terkena tembakan. Sebelum jatuh ke tanah, sayap sempat menghantam pohon dan jatuh di pematang sawah di desa Ngoto, Bantul sebelah selatan kota Yogyakarta.
Kepergian para tokoh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) ini justru disaat tenaga dan pikirannya sangat diperlukan untuk membangun dan membesarkan AURI.
Pengorbanan tokoh-tokoh pejuang itu merupakan bukti dan bhakti pengabdian yang dapat diberikan TNI Angkatan Udara kepada bangsa dan negara.
Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000 Monumen Ngoto, tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara (AU).
Bersamaan dengan peresmian monumen tersebut, dipindahkan kerangka jenazah Marsda TNI (Anumerta) A. Adisutjipto dan Marsda TNI (Anumerta) Abdulrachman Saleh beserta isteri dari Tempat Pemakaman Umum Kuncen, Yogyakarta ke Monumen Perjuangan TNI AU, Ngoto, Yogyakarta.