Pesawat Dakota VT-CLA, Saksi Bisu Gugurnya 3 Komodor Muda Pionir TNI AU

Jum'at, 23 Juli 2021 - 05:10 WIB
loading...
Pesawat Dakota VT-CLA, Saksi Bisu Gugurnya 3 Komodor Muda Pionir TNI AU
Pesawat Dakota VT-CLA. Foto/Wikipedia
A A A
JAKARTA - Membawa misi perdamaian yang tengah diemban tiga komodor muda Indonesia saat itu, Agustinus Adisucipto, Adisumarmo Wiryokusumo dan Abdulrachman Saleh, tak luput dari serangan udara dua pesawat pemburu Belanda P-40 Kitty Hawk.



Peristiwa ini berawal, saat pesawat yang disewa dari warga negara India yang bernama Bijoyanda Patnaik yang bersimpati pada perjuangan Bangsa Indonesia, digunakan untuk membawa obat-obatan.

Ketika Pesawat Dakota VT-CLA meninggalkan Singapura pada pukul 13.00 siang tanggal 29 Juli 1947 menuju Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Bandar Udara Internasional Adisutjipto) di Sleman, DIY.

Saat bersiap-siap hendak mendarat di lapangan terbang Maguwo. Roda-roda pendaratan baru saja keluar dari tempatnya, muncul dua pesawat P-40 Kitty Hawk secara tiba-tiba dan tanpa peringatan terlebih dahulu memberondong dengan senapan mesin.

Akibatnya beberapa saat kemudian terlihat Dakota VT-CLA oleng karena mesin sebelah kiri terkena tembakan. Sebelum jatuh ke tanah, sayap sempat menghantam pohon dan jatuh di pematang sawah di desa Ngoto, Bantul sebelah selatan kota Yogyakarta.

Kepergian para tokoh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) ini justru disaat tenaga dan pikirannya sangat diperlukan untuk membangun dan membesarkan AURI.

Pengorbanan tokoh-tokoh pejuang itu merupakan bukti dan bhakti pengabdian yang dapat diberikan TNI Angkatan Udara kepada bangsa dan negara.

Berdasarkan Surat Keputusan Kasau Nomor: Skep/78/VII/2000 tanggal 17 Juli 2000 Monumen Ngoto, tempat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA diresmikan menjadi Monumen Perjuangan TNI Angkatan Udara (AU).

Bersamaan dengan peresmian monumen tersebut, dipindahkan kerangka jenazah Marsda TNI (Anumerta) A. Adisutjipto dan Marsda TNI (Anumerta) Abdulrachman Saleh beserta isteri dari Tempat Pemakaman Umum Kuncen, Yogyakarta ke Monumen Perjuangan TNI AU, Ngoto, Yogyakarta.

Untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa gugurnya para tokoh dan perintis AU tersebut, sejak tanggal 29 Juli 1955 diperingati sebagai 'Hari Berkabung' AURI. Mulai 29 Juli 1962 diubah menjadi Hari Bakti TNI AU yang sejak saat itu seluruh warga TNI AU memperingatinya secara terpusat di Pangkalan Udara Adisutjipto.

Sementara dari historia.id, jenazah Abdulrachman Saleh dimakamkan di pemakaman Kuncen. Pada 14 Juli 2000, dipindahkan ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU di Ngoto, Bantul.

Pangkatnya dinaikkan secara anumerta jadi marsekal muda dan diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1974. Pendiri Sekolah Teknik Udara dan Radio Udara di Malang itu juga diabadikan jadi nama bandara di Malang menggantikan Lanud Bugis.

Sedangkan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo yang kelahiran Blora, Jawa Tengah pada 1921, dikebumikan di Semaki. Selain diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1974, namanya diabadikan sebagai Bandara Internasional Adisumarmo, Boyolali, menggantikan Bandara Panasan.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1662 seconds (0.1#10.140)