Menyiapkan Diri Kembali Bekerja dari Kantor
loading...
A
A
A
Muhamad Ali
Pemerhati Human Capital Management
KITA TAHU, bekerja normal dari kantor seperti halnya sebelum pandemi, masih merupakan angan-angan. Kita sadar, bekerja normal dengan jam kerja seperti dulu, kini mulai dirindukan banyak pegawai dan pekerja kantoran . Suasana macet-macetan, hiruk-pikuk di pagi dan sore hari, ternyata merupakan suasana yang membuat hari-hari kaum pekerja terasa lebih hidup.
Namun justru dalam ketidakpastian kembali bekerja di kantor masih terus membayang, organisasi perlu menyiapkan diri sebaik-baiknya supaya tidak menjadi sumber kekacauan atau malapetaka baru. Segala sesuatu yang dibiarkan tidak diatur dan direncanakan, adalah sesuatu yang kita rencanakan untuk gagal.
Para manajer, para pemimpin unit, para leader di dalam group, perlu membekali diri untuk membantu para bawahan menyiapkan diri untuk bekerja normal. Isu atau agenda terpenting untuk melengkapi diri adalah mencari seperangkat pengetahuan, peraturan, dan tatacara menyangkut orang bepergian ke kantor, baik di dalam kota maupun antarkota.
Sebagai contoh, dulu, aturan untuk orang yang terpapar positif virus Covid-19 dan kemudian mendapatkan perawatan atau merawat dirinya, setelah periode 10 hari hingga 14 hari, mereka diwajibkan untuk melakukan swab/PCR untuk memastikan kesembuhan. Hari ini, aturan swab/PCR itu tidak lagi diperlukan. Contoh yang lain, kartu vaksinasi menjadi syarat penting bagi orang yang hendak bepergian jarak jauh.
Nah, regulasi atau informasi terbaru itu bisa berubah dengan sangat cepat. Para manajer dan para pemimpin unit di dalam organisasi harus tahu secara tepat, supaya ia memiliki rujukan atau pegangan yang pasti ketika muncul pertanyaan dari anak buah atau bawahan. (Baca juga; Cegah Efek Negatif Bekerja Online, Kemnaker Gelar Webinar Berdamai dengan Pandemi )
Dengan menyiapkan segala aturan dan informasi terbaru, kita mengurangi suatu risiko kecemasan yang menghinggapi setiap orang ketika mereka melakukan suatu aktivitas yang berbeda/baru dari yang biasanya mereka lakukan.
Yang berikutnya harus diantisipasi adalah menghadapi kondisi mentalitas pegawai yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, kembali memiliki ritme pekerjaan yang rutin, teratur, dan ada sesuatu yang dikerjakan sepanjang harinya, yaitu dengan bekerja di kantor, adalah situasi yang dirindukan. Tapi bagi sebagian yang lain belum tentu. Bisa saja terjadi, kondisi pandemi selama hampir 2 tahun ini telah menciptakan zona nyaman yang membuat para pegawai merasa lebih produktif dan efisien dalam bekerja.
Secara umum, dua kondisi ekstrem tersebut mesti dicari jalan keluarnya supaya masing-masing pegawai menyadari perubahan yang terjadi di dalam keseharian mereka, dan menjadikannya sebagai sesuatu yang lumrah/biasa, bukan ancaman atau hal yang perlu dikhawatirkan berlebihan.
Penting juga bagi para manajer, pemimpin unit, para leader dalam organisasi untuk melihat ruang fleksibilitas atau ruang adaptasi yang lebih luwes terhadap setiap kemungkinan yang berubah atau telah berubah sepanjang pandemi berkepanjangan, baik dalam cara orang bekerja maupun dalam cara orang menyikapi kerja. Ruang adaptasi tersebut pada umumnya muncul atau tersedia, bilamana organisasi atau para pemimpin tertinggi di dalam organisasi memberikan kelenturan untuk merespons situasi yang berkembang.
Dalam konteks itu, sangatlah penting membuat eksperimentasi-eksperimentasi atau membangun pengalaman-pengalaman baru yang berbeda dari kebiasaan sebelumnya, yang dapat dimulai dari unit terkecil. Pengalaman atau kebiasaan baru yang berbeda dari apa yang sudah dikerjakan bertahun-tahun sebelumnya sebelum pandemi, akan memberikan antusiasme yang berbeda bilamana tujuan eksperimentasi atau kebiasaan baru merupakan hal yang positif, dan memberikan benefit atau manfaat bagi kedua belah pihak –pegawai dan organisasi.
Pendekatan semacam ini dapat dilakukan melalui suatu perencanaan yang sederhana, dan dapat dieksekusi dari unit yang paling kecil untuk memastikan bahwa gagasan tentang eksperimentasi dapat dilaksanakan dan dikerjakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. (Baca juga; Your Phone Companion, Aplikasi Agar Fokus Bekerja di Laptop Selama PPKM Darurat )
Sangat penting juga memastikan bahwa setiap pemimpin, setiap manajer, setiap leader di dalam unit organisasi, tidak memberikan janji-janji besar atau omongan-omongan yang tidak dapat dipastikan pelaksanaannya di lapangan atau di dalam aktivitas sehari-hari. Seorang pemimpin unit, manajer, atau leader, harus memahami bahwa para pegawai menjadikan atau menempatkan atasan mereka sebagai suatu role model, yang akan dipegang setiap kata-katanya. Mengatakan atau memberikan janji yang ternyata tidak dapat dieksekusi, sama halnya suatu tindakan bunuh diri bagi seorang pemimpin atau manajer.
Nah, tidaklah penting apakah kita akan kembali bekerja normal sesegera mungkin, tetapi menyiapkan diri untuk bekerja dalam situasi normal, adalah salah satu jalan yang sangat layak untuk segera disusun pelaksanaannya.
Pemerhati Human Capital Management
KITA TAHU, bekerja normal dari kantor seperti halnya sebelum pandemi, masih merupakan angan-angan. Kita sadar, bekerja normal dengan jam kerja seperti dulu, kini mulai dirindukan banyak pegawai dan pekerja kantoran . Suasana macet-macetan, hiruk-pikuk di pagi dan sore hari, ternyata merupakan suasana yang membuat hari-hari kaum pekerja terasa lebih hidup.
Namun justru dalam ketidakpastian kembali bekerja di kantor masih terus membayang, organisasi perlu menyiapkan diri sebaik-baiknya supaya tidak menjadi sumber kekacauan atau malapetaka baru. Segala sesuatu yang dibiarkan tidak diatur dan direncanakan, adalah sesuatu yang kita rencanakan untuk gagal.
Para manajer, para pemimpin unit, para leader di dalam group, perlu membekali diri untuk membantu para bawahan menyiapkan diri untuk bekerja normal. Isu atau agenda terpenting untuk melengkapi diri adalah mencari seperangkat pengetahuan, peraturan, dan tatacara menyangkut orang bepergian ke kantor, baik di dalam kota maupun antarkota.
Sebagai contoh, dulu, aturan untuk orang yang terpapar positif virus Covid-19 dan kemudian mendapatkan perawatan atau merawat dirinya, setelah periode 10 hari hingga 14 hari, mereka diwajibkan untuk melakukan swab/PCR untuk memastikan kesembuhan. Hari ini, aturan swab/PCR itu tidak lagi diperlukan. Contoh yang lain, kartu vaksinasi menjadi syarat penting bagi orang yang hendak bepergian jarak jauh.
Nah, regulasi atau informasi terbaru itu bisa berubah dengan sangat cepat. Para manajer dan para pemimpin unit di dalam organisasi harus tahu secara tepat, supaya ia memiliki rujukan atau pegangan yang pasti ketika muncul pertanyaan dari anak buah atau bawahan. (Baca juga; Cegah Efek Negatif Bekerja Online, Kemnaker Gelar Webinar Berdamai dengan Pandemi )
Dengan menyiapkan segala aturan dan informasi terbaru, kita mengurangi suatu risiko kecemasan yang menghinggapi setiap orang ketika mereka melakukan suatu aktivitas yang berbeda/baru dari yang biasanya mereka lakukan.
Yang berikutnya harus diantisipasi adalah menghadapi kondisi mentalitas pegawai yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, kembali memiliki ritme pekerjaan yang rutin, teratur, dan ada sesuatu yang dikerjakan sepanjang harinya, yaitu dengan bekerja di kantor, adalah situasi yang dirindukan. Tapi bagi sebagian yang lain belum tentu. Bisa saja terjadi, kondisi pandemi selama hampir 2 tahun ini telah menciptakan zona nyaman yang membuat para pegawai merasa lebih produktif dan efisien dalam bekerja.
Secara umum, dua kondisi ekstrem tersebut mesti dicari jalan keluarnya supaya masing-masing pegawai menyadari perubahan yang terjadi di dalam keseharian mereka, dan menjadikannya sebagai sesuatu yang lumrah/biasa, bukan ancaman atau hal yang perlu dikhawatirkan berlebihan.
Penting juga bagi para manajer, pemimpin unit, para leader dalam organisasi untuk melihat ruang fleksibilitas atau ruang adaptasi yang lebih luwes terhadap setiap kemungkinan yang berubah atau telah berubah sepanjang pandemi berkepanjangan, baik dalam cara orang bekerja maupun dalam cara orang menyikapi kerja. Ruang adaptasi tersebut pada umumnya muncul atau tersedia, bilamana organisasi atau para pemimpin tertinggi di dalam organisasi memberikan kelenturan untuk merespons situasi yang berkembang.
Dalam konteks itu, sangatlah penting membuat eksperimentasi-eksperimentasi atau membangun pengalaman-pengalaman baru yang berbeda dari kebiasaan sebelumnya, yang dapat dimulai dari unit terkecil. Pengalaman atau kebiasaan baru yang berbeda dari apa yang sudah dikerjakan bertahun-tahun sebelumnya sebelum pandemi, akan memberikan antusiasme yang berbeda bilamana tujuan eksperimentasi atau kebiasaan baru merupakan hal yang positif, dan memberikan benefit atau manfaat bagi kedua belah pihak –pegawai dan organisasi.
Pendekatan semacam ini dapat dilakukan melalui suatu perencanaan yang sederhana, dan dapat dieksekusi dari unit yang paling kecil untuk memastikan bahwa gagasan tentang eksperimentasi dapat dilaksanakan dan dikerjakan sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. (Baca juga; Your Phone Companion, Aplikasi Agar Fokus Bekerja di Laptop Selama PPKM Darurat )
Sangat penting juga memastikan bahwa setiap pemimpin, setiap manajer, setiap leader di dalam unit organisasi, tidak memberikan janji-janji besar atau omongan-omongan yang tidak dapat dipastikan pelaksanaannya di lapangan atau di dalam aktivitas sehari-hari. Seorang pemimpin unit, manajer, atau leader, harus memahami bahwa para pegawai menjadikan atau menempatkan atasan mereka sebagai suatu role model, yang akan dipegang setiap kata-katanya. Mengatakan atau memberikan janji yang ternyata tidak dapat dieksekusi, sama halnya suatu tindakan bunuh diri bagi seorang pemimpin atau manajer.
Nah, tidaklah penting apakah kita akan kembali bekerja normal sesegera mungkin, tetapi menyiapkan diri untuk bekerja dalam situasi normal, adalah salah satu jalan yang sangat layak untuk segera disusun pelaksanaannya.
(wib)