Esensial Idul Adha dan Solusi Pemberantasan Korupsi
loading...
A
A
A
Dalam perspektif sejarah Islam, sebuah riwayat hadis bahkan menyebut bahwa Baginda Rasulullah Muhammad SAW enggan menyalati jenazah seseorang yang melakukan penggelapan harta, Naudzubillah Min Dzalik.
Alasan Nabi Muhammad SAW enggan menshalati jenazah tentara tersebut adalah almarhum telah menggelapkan harta yang bukan menjadi haknya. Meskipun demikian, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menshalati jenazah almarhum sebelum dikebumikan.
Ibnu Abdil Barr dalam al-Tamhid menyatakan bahwa terdapat tujuan dalam kebijakan yang diambil oleh Rasulullah, yaitu memberi hukum jera bagi orang-orang yang masih hidup agar tidak melakukan perbuatan serupa dan bagi mereka yang masih melakukan untuk segera menyudahinya.
Setelah ditelusuri, ternyata sahabat yang gugur tersebut masih menyimpan manik-manik hasil rampasan perang yang belum dibagikan, yang nilainya sekitar dua dirham. Hanya karena menggelapkan ghanimah senilai dua dirham, Nabi SAW menunjukkan ekspresi kebencian yang terang. Bagaima dengan yang korupsi lebih besar dari itu?
Dengan meneladani kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, khususnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW, esensi dan makna Idul Adha serta menjaga Akhlakqul Karimah Antikorupsi, mari kita rayakan Idul Adha, Hari Raya Kurban dengan sederhana.
Beribadah bersama keluarga di rumah saja dan tetap meriahkan lebaran dengan bersilaturahmi ke sanak famili, keluarga, teman, sahabat melalui tatap muka langsung via online, dan senantiasa berdoa memohon kehadirat Allah SWT dalam perang badar bangsa ini melawan korupsi di NKRI.
Alasan Nabi Muhammad SAW enggan menshalati jenazah tentara tersebut adalah almarhum telah menggelapkan harta yang bukan menjadi haknya. Meskipun demikian, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menshalati jenazah almarhum sebelum dikebumikan.
Ibnu Abdil Barr dalam al-Tamhid menyatakan bahwa terdapat tujuan dalam kebijakan yang diambil oleh Rasulullah, yaitu memberi hukum jera bagi orang-orang yang masih hidup agar tidak melakukan perbuatan serupa dan bagi mereka yang masih melakukan untuk segera menyudahinya.
Setelah ditelusuri, ternyata sahabat yang gugur tersebut masih menyimpan manik-manik hasil rampasan perang yang belum dibagikan, yang nilainya sekitar dua dirham. Hanya karena menggelapkan ghanimah senilai dua dirham, Nabi SAW menunjukkan ekspresi kebencian yang terang. Bagaima dengan yang korupsi lebih besar dari itu?
Dengan meneladani kisah Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS, khususnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW, esensi dan makna Idul Adha serta menjaga Akhlakqul Karimah Antikorupsi, mari kita rayakan Idul Adha, Hari Raya Kurban dengan sederhana.
Beribadah bersama keluarga di rumah saja dan tetap meriahkan lebaran dengan bersilaturahmi ke sanak famili, keluarga, teman, sahabat melalui tatap muka langsung via online, dan senantiasa berdoa memohon kehadirat Allah SWT dalam perang badar bangsa ini melawan korupsi di NKRI.
(maf)