Klaim China di LCS Harus Dicegah Timbulkan Keretakan di ASEAN
loading...
A
A
A
Mohammad Anthoni
Pengamat Hubungan Internasional
BAGI ASEAN yang di dalamnya Indonesia menjadi salah satu anggota, isu Laut China Selatan (LCS) telah mendorongnya untuk mempererat hubungan antaranggota dan mencegah keretakan sebagai akibat pro dan kontra terhadap kebijakan China.
Sebelum bertambah rumit, negara-negara ASEAN harus meningkatkan solidaritas, persatuan dan peran sentral, nilai-nilai fundamental telah dan akan terus memastikan keberhasilan ASEAN.
Perhimpunan bangsa di Asia Tenggara ini sedang mencoba untuk membangun komunitas yang nyata berorientasi kepada rakyat melalui peningkatan integrasi ASEAN yang lebih besar, pelaksanaan yang efektif dari rencana kerja sama untuk membawa manfaat dan dampak pada kehidupan rakyat di kawasan. Oleh karena itu jika isu LCS tidak diselesaikan dengan cara damai akan memengaruhi perkembangan organisasi ini di masa depan.
Baca juga: Pangkalan Militer China di Laut China Selatan Mulai Beroperasi
ASEAN dan China harus segera mencapai Code of Cunduct (CoC) yang koheren, komprehensif, dan berarti dan menjadi alat yang efektif untuk mencegah konflik, untuk menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan dan keselamatan di laut. Di masa mendatang, ASEAN harus melakukan upaya lebih lanjut untuk memperkuat dialog dan konsultasi dengan China.
Dalam hal ini Vietnam, bersama dengan beberapa negara penuntut (claimant) lainnya, menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi menghadapi serangan China sendirian. Ekspansi angkatan laut Beijing yang ambisius, militerisasi reklamasi, dan operasi penangkapan ikan mega-trawler menghadang Hanoi dan negara-negara regional lainnya di LCS.
Sumber daya minyak dan gas, menipisnya keanekaragaman hayati spesies, menyusutnya stok ikan, dan keamanan secara keseluruhan – semuanya berkontribusi pada semakin pentingnya kawasan LCS.
LCS adalah pintu gerbang yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudra Pasifik dan terkait erat dengan negara-negara ASEAN, sehingga menjaga lingkungan yang damai di perairan itu sangat penting bagi negara-negara di Asia Tenggara.
China dan organisasi atau negara-negara regional, khususnya anggota-anggota ASEAN dihadapkan kepada sebuah tantangan konflik LCS.
Baca juga: Prabowo Optimistis Sengketa Laut China Selatan Dapat Diselesaikan
Lima tahun sudah berlalu sejak Pengadilan Arbitrase Permanen PBB (Permanent Court of Arbitration/PCA) mengeluarkan keputusannya. Friksi akan muncul antara China dan negara-negara lain dari waktu ke waktu sebagai contoh perkara tumpang tindih di LCS.
Pengamat Hubungan Internasional
BAGI ASEAN yang di dalamnya Indonesia menjadi salah satu anggota, isu Laut China Selatan (LCS) telah mendorongnya untuk mempererat hubungan antaranggota dan mencegah keretakan sebagai akibat pro dan kontra terhadap kebijakan China.
Sebelum bertambah rumit, negara-negara ASEAN harus meningkatkan solidaritas, persatuan dan peran sentral, nilai-nilai fundamental telah dan akan terus memastikan keberhasilan ASEAN.
Perhimpunan bangsa di Asia Tenggara ini sedang mencoba untuk membangun komunitas yang nyata berorientasi kepada rakyat melalui peningkatan integrasi ASEAN yang lebih besar, pelaksanaan yang efektif dari rencana kerja sama untuk membawa manfaat dan dampak pada kehidupan rakyat di kawasan. Oleh karena itu jika isu LCS tidak diselesaikan dengan cara damai akan memengaruhi perkembangan organisasi ini di masa depan.
Baca juga: Pangkalan Militer China di Laut China Selatan Mulai Beroperasi
ASEAN dan China harus segera mencapai Code of Cunduct (CoC) yang koheren, komprehensif, dan berarti dan menjadi alat yang efektif untuk mencegah konflik, untuk menjaga perdamaian, stabilitas, keamanan dan keselamatan di laut. Di masa mendatang, ASEAN harus melakukan upaya lebih lanjut untuk memperkuat dialog dan konsultasi dengan China.
Dalam hal ini Vietnam, bersama dengan beberapa negara penuntut (claimant) lainnya, menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi menghadapi serangan China sendirian. Ekspansi angkatan laut Beijing yang ambisius, militerisasi reklamasi, dan operasi penangkapan ikan mega-trawler menghadang Hanoi dan negara-negara regional lainnya di LCS.
Sumber daya minyak dan gas, menipisnya keanekaragaman hayati spesies, menyusutnya stok ikan, dan keamanan secara keseluruhan – semuanya berkontribusi pada semakin pentingnya kawasan LCS.
LCS adalah pintu gerbang yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudra Pasifik dan terkait erat dengan negara-negara ASEAN, sehingga menjaga lingkungan yang damai di perairan itu sangat penting bagi negara-negara di Asia Tenggara.
China dan organisasi atau negara-negara regional, khususnya anggota-anggota ASEAN dihadapkan kepada sebuah tantangan konflik LCS.
Baca juga: Prabowo Optimistis Sengketa Laut China Selatan Dapat Diselesaikan
Lima tahun sudah berlalu sejak Pengadilan Arbitrase Permanen PBB (Permanent Court of Arbitration/PCA) mengeluarkan keputusannya. Friksi akan muncul antara China dan negara-negara lain dari waktu ke waktu sebagai contoh perkara tumpang tindih di LCS.