Digitalisasi Fasilitas Kesehatan Belum Maksimal

Sabtu, 10 Juli 2021 - 08:33 WIB
loading...
Digitalisasi Fasilitas Kesehatan Belum Maksimal
Digitalisasi fasilitas kesehatan perlu terus ditingkatkan. FOTO/WIN CAHYONO
A A A
JAKARTA - Lonjakan kasus penularan Covid-19 yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir membuat fasilitas kesehatan (faskes) di Tanah Air
kewalahan. Kondisi ini menuntut semua pihak turun tangan menyediakan faskes yang memadai guna menghindari jatuhnya korban jiwa lebih banyak.

Jumlah masyarakat yang terpapar virus korona terus menunjukkan peningkatan setiap hari sejak pertengahan Juni 2021 lalu. Tingkat keterisian tempat tidur perawatan atau bed occupancy rate(BOR) melonjak hingga 90%sehingga tak semua masyarakatyang memiliki gejala terkenaCovidringan hingga sedang mendapatkan pelayanan di faskes yang dikelola pemerintah pusat, pemerintah daerahatauswasta.

Masyarakat yang terpapar Covid-19 pun semakin merana karena harus mencari faskes dengan mendatanginya secara langsung. Padahal, sejak beberapa tahun terakhir, proses digitalisasi faskes yang digadang-gadang akan memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan dilakukan dengan masif. Sayangnya proses digitalisasi dengan memaksimalkan platformhealth techtersebut ternyata belum memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di tengah hantaman pandemi gelombang kedua saat ini.



Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Lia Gardenia Partakusuma mengatakan, dari data yang dimiliki Persi, saat ini belum semua rumah sakit melakukan pelayanan secara digital. Dari total 3.036 rumah sakit, hanya 40% saja yang sudah melakukan pelayanan digital.

"Memang belum semua rumah sakit memiliki kemampuan untukhealth techini karena banyak kendala juga yang dihadapi mulai dari sistem pendaftaran rumah sakit hingga penagihan. Kita pun sempat meminta semua rumah sakit untuk bisa memanfaatkan fasilitas ini," ungkap Lia saat dihubungiKORAN SINDO, Jumat (9/7/2021).

Dia menambahkan, banyak faskes yang menilai penerapan digitalisasi membutuhkan biaya besar. Selain itu, masih ada sebagian rumah sakit yang menganggap bahwa penggunaan layananhealth techini membutuhkan biaya yang mahal. Padahal jika melihat pemanfaatan sistemnya yang sudah cukup baik, hal itu akan membuat efisiensi kerja rumah sakit menjadi lebih ringan.

"Dengan memanfaatkan digitalisasi kerja rumah sakit bisa lebih ringan seperti efisiensi tenaga, pelayanan, membuat tagihan dengan cepat. Nah ini yang belum dimengerti oleh beberapa rumah sakit," tambahnya.

Salah satu faktor yang menjadipenyebab kegagalan penerapanhealth techdi Indonesia adalah sistem rumah sakit yang tidak selalu ter-update. "Terlebih saat pandemi seperti ini, tentu masyarakat selalu mencari informasi di mana rumah sakit rujukan dan ketersediaan kamar,” tegas Lia.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2155 seconds (0.1#10.140)