Kapal Otonom dan Disrupsi Sektor Maritim
loading...
A
A
A
Dengan adanya pengembangan kapal otonom memungkinkan penerapan regulasinya secara global. Bukan tidak mungkin bagi para awak kapal akan menemukan kondisi di mana lapangan pekerjaan berkurang. Tetapi, jika dikatakan hilang secara sepenuhnya, kemungkinan ini dapat dikatakan sangat kecil. Dengan perkembangan teknologi seperti sekarang, untuk hal navigasi kapal, kecerdasan buatan (artificial intelligence) lambat laun pasti akan mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Tetapi, kapal tidak hanya tentang navigasi dan ke mana kapal akan berlayar.
Dalam memandang potensi teknologi kapal otonom, akan sangat salah jika beranggapan bahwa tenaga kerja manual tidak akan dibutuhkan lagi di atas kapal. Jika dalam konteks pelayaran jarak dekat seperti penyeberangan Kapal Ferry tujuan Jawa –Sumatera, penggunaan teknologi kapal otonom sangat dimungkinkan. Tetapi, dalam konteks pelayaran jarak jauh seperti Indonesia–China atau Indonesia– Eropa, menghilangkan manusia dari atas kapal akan sangat tidak mungkin rasanya mengingat dalam pelayaran jangka panjang sudah pasti akan timbul masalah, walaupun kapal dalam kondisi yang sangat baik.
Tantangan Masa Depan
Selain berkaitan dengan masalah jarak, terdapat hal yang krusial, yakni masalah tanggung jawab. Nakhoda merupakan orang paling utama yang bertanggung jawab atas kapal dalam kondisi apa pun. Jika melihat pada kasus Kapal raksasa Ever Given yang menutup terusan Suez dan membuat kerugian hingga USD1 miliar atau setara Rp14,5 triliun, investigasi dimulai dari nakhoda sehingga terdapat sanksi khusus. Dengan teknologi kapal otonom tampaknya perlu terdapat perubahan regulasi berkaitan dengan model investigasi hingga sanksi khusus bagi perusahaan pelayaran.
Permasalahan lain yang paling urgen pada dunia perkapalan saat ini salah satunya adalah keamanan siber atau cyber security. Bukan kejadian langka lagi dalam dunia perkapalan ditemukan adanya serangan siber kepada kapal. Telah banyak ahli meresahkan atas lambatnya pengembangan dan kurangnya perhatian atas keamanan siber pada kapal. Namun, permasalahan kapal otonom tentunya dapat dipecahkan seiring riset yang mendalam dan aplikasi di lapangan.
Sementara hasil nyata dari penerapan kapal otonom adalah biaya operasional kapal akan turun bertahap. Kesalahan faktor manusia juga dapat diminimalkan bahkan dihilangkan. Hal lain yang paling menguntungkan dari kapal otonom adalah Indonesia banyak memiliki jalur laut yang dapat dikatakan pelayaran dekat sehingga adopsi kapal otonom secara penuh bisa dilakukan. Wajah dunia bisnis perkapalan akan berubah seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi kapal otonom. Tetapi, dalam hal sampai tahapan mengurangi kesempatan kerja secara signifikan, tampaknya sangat diragukan kemungkinan ini akan terjadi dalam lima tahun ke depan. Namun, pengubahan dan persiapan bagi para pemangku kebijakan untuk menghadapi perkembangan teknologi otonom sudah sepatutnya mulai dipersiapkan. Tidak hanya bagi teknologi otonom pada kapal, tetapi juga pada moda transportasi lain, baik darat maupun udara. Penyesuaian berbagai industri penunjang teknologi otonom ini sendiri pun perlu dipersiapkan oleh pemerintah dalam upaya mengakomodasi perkembangan teknologi dan juga kualitas pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Dalam memandang potensi teknologi kapal otonom, akan sangat salah jika beranggapan bahwa tenaga kerja manual tidak akan dibutuhkan lagi di atas kapal. Jika dalam konteks pelayaran jarak dekat seperti penyeberangan Kapal Ferry tujuan Jawa –Sumatera, penggunaan teknologi kapal otonom sangat dimungkinkan. Tetapi, dalam konteks pelayaran jarak jauh seperti Indonesia–China atau Indonesia– Eropa, menghilangkan manusia dari atas kapal akan sangat tidak mungkin rasanya mengingat dalam pelayaran jangka panjang sudah pasti akan timbul masalah, walaupun kapal dalam kondisi yang sangat baik.
Tantangan Masa Depan
Selain berkaitan dengan masalah jarak, terdapat hal yang krusial, yakni masalah tanggung jawab. Nakhoda merupakan orang paling utama yang bertanggung jawab atas kapal dalam kondisi apa pun. Jika melihat pada kasus Kapal raksasa Ever Given yang menutup terusan Suez dan membuat kerugian hingga USD1 miliar atau setara Rp14,5 triliun, investigasi dimulai dari nakhoda sehingga terdapat sanksi khusus. Dengan teknologi kapal otonom tampaknya perlu terdapat perubahan regulasi berkaitan dengan model investigasi hingga sanksi khusus bagi perusahaan pelayaran.
Permasalahan lain yang paling urgen pada dunia perkapalan saat ini salah satunya adalah keamanan siber atau cyber security. Bukan kejadian langka lagi dalam dunia perkapalan ditemukan adanya serangan siber kepada kapal. Telah banyak ahli meresahkan atas lambatnya pengembangan dan kurangnya perhatian atas keamanan siber pada kapal. Namun, permasalahan kapal otonom tentunya dapat dipecahkan seiring riset yang mendalam dan aplikasi di lapangan.
Sementara hasil nyata dari penerapan kapal otonom adalah biaya operasional kapal akan turun bertahap. Kesalahan faktor manusia juga dapat diminimalkan bahkan dihilangkan. Hal lain yang paling menguntungkan dari kapal otonom adalah Indonesia banyak memiliki jalur laut yang dapat dikatakan pelayaran dekat sehingga adopsi kapal otonom secara penuh bisa dilakukan. Wajah dunia bisnis perkapalan akan berubah seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi kapal otonom. Tetapi, dalam hal sampai tahapan mengurangi kesempatan kerja secara signifikan, tampaknya sangat diragukan kemungkinan ini akan terjadi dalam lima tahun ke depan. Namun, pengubahan dan persiapan bagi para pemangku kebijakan untuk menghadapi perkembangan teknologi otonom sudah sepatutnya mulai dipersiapkan. Tidak hanya bagi teknologi otonom pada kapal, tetapi juga pada moda transportasi lain, baik darat maupun udara. Penyesuaian berbagai industri penunjang teknologi otonom ini sendiri pun perlu dipersiapkan oleh pemerintah dalam upaya mengakomodasi perkembangan teknologi dan juga kualitas pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
(war)