Tetap Waspadai Virus Corona
loading...
A
A
A
Sudah divaksin, jadi aman. Sudah pernah terpapar, jadi penyintas, aman. Begitulah mindset yang kini ada di benak masyarakat sekarang. Narasi propaganda yang dilakukan secara masif melalui berbagai platform komunikasi maupun media sosial membuat masyarakat terlena. Mereka abai terhadap protokol kesehatan.
Propaganda bahwa yang penting gembira, berpikir positif, akan sembuh dengan sendirinya, malah membuat masyarakat seenaknya tak menggunakan masker atau menjaga jarak.
Hasil dari kampanye secara masif selama setahun terakhir pun gagal total meredam laju penularan Covid-19. Lihat saja di Jakarta, dalam sepekan terakhir kenaikan kasus aktifnya mencapai 50%. Yang dikategorikan kasus aktif adalah orang-orang yang masih menjalani perawatan, baik isolasi mandiri maupun dirawat di rumah sakit.
Kasus aktif korona di DKI Jakarta per 14 Juni 2021 ini sudah mencapai 19.096 orang. Dari 19.096 kasus tersebut, sebanyak 11.240 orang menjalani isolasi mandiri dan 7.856 orang dirawat di rumah sakit.
Bagaimana dengan ruang perawatan? Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) Rumah Sakit khususCovid-19 DKI sudah terisi 6.117 unit atau 78%, sementaraICU sudah terpakai 1.127 unit atau 73%.
Sementara itu, BOR di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet sudah mencapai 83,8%. Sebanyak 5.000 dari total 5.994 tempat tidur yang tersedia sudah terisi. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro pun solah tak ada artinya karena tidak didukung oleh penegakan aturan.
Narasi untuk menutupi kegagalan penangan Covid-19 lalu kembali mengarah kepada kegiatan libur Lebaran 2021. Padahal pemerintah melarang masyarakat melakukan mobilitas saat lebaran.
Adanya varian baru Covid-19, yakni B.1617.2 yang mulai masuk di beberapa negara termasuk Indonesia lagi-lagi terlambat diantisipasi. Propaganda berhasilnya Wuhan meangani wabah korona agaknya lebih menarik untuk diulas dibandingkan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya paparan korona dan seberapa besar pentingnya patuh protokol kesehatan.
Varian India B.1617.2 ini lebih cepat penularannya sehingga memiliki efek sebar yang lebih luas. Jika dalam dunia bisnis, keberhasilan sebuah organisasi terkadang karena jeli memanfaatkan momentum, nah untuk menekan laju korona, Masker adalah kuncinya. Karena dengan disiplin bermasker, sesuai hasil penelitian, penularan korona antar orang per orang bisa ditekan hingga 85%.
Kenaikan tingkat penularan Covid-19 dalam dua pekan terakhir pun membuktikan prediksi banyak pihak. Apa yang dikhawatirkan soal penularan virus korona pascaliburan Lebaran Mei lalu akhirnya benar-benar terjadi.
Kondisi ini pun menuntut pemerintah dan semua pemangku kepentingan dan kita semua sebagai masyarakat untuk bekerja ekstra keras menangani penyebaran Covid-19 di Tanah Air yang begitu cepat.
Bahkan, daerah-daerah yang semula tidak berisiko tinggi penyebaran Covid, kini turut merasakan. Ini ditengarai karena masifnya pergerakan masyarakat dalam sebulan terakhir kendati ada larangan tidak bepergian di kala liburan.
Data terkini yang dirilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, angka penambangan kasus harian per hari Rabu (16/6), jumlah orang yang positif Covid bertambah 9.944 orang sehingga total menjadi 1.937.652 orang. Kemudian jumlah pasien yang meninggal dunia bertambah 196 orang, dengan akumulasi mencapai 53.476 orang. Adapun jumlah pasien yang sembuh bertambah 6.229 orang menjadi total 1.763.870 orang.
Banyaknya penambahan kasus harian Covid-19 menunjukkan bahwa pengendalian virus korona hingga saat ini masih jauh dari berhasil. Bukan hanya karena kebijakan pemerintah yang kerap berubah dan inkonsisten, namun juga kesadaran masyarakat yang kurang menghadapi pandemi.
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan bahkan mengungkapkan, munculnya varian Covid-19 yang baru ke Tanah Air sebagai kesalahan bersama. Menurutnya, berbagai aturan yang dilanggar terkait kebijakan penanganan korona merupakan imbas dari ketidakdisiplinan yang harus ditanggung bersama.
Luhut juga mengungkapkan bahwa imbas para pemimpin yang tidak memberikan contoh baik, dampaknya terlihat seperti terlihat sekarang. Untuk itu dia mengajak kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan sekaligus mengevaluasi cara penanganan Covid.
Propaganda bahwa yang penting gembira, berpikir positif, akan sembuh dengan sendirinya, malah membuat masyarakat seenaknya tak menggunakan masker atau menjaga jarak.
Hasil dari kampanye secara masif selama setahun terakhir pun gagal total meredam laju penularan Covid-19. Lihat saja di Jakarta, dalam sepekan terakhir kenaikan kasus aktifnya mencapai 50%. Yang dikategorikan kasus aktif adalah orang-orang yang masih menjalani perawatan, baik isolasi mandiri maupun dirawat di rumah sakit.
Kasus aktif korona di DKI Jakarta per 14 Juni 2021 ini sudah mencapai 19.096 orang. Dari 19.096 kasus tersebut, sebanyak 11.240 orang menjalani isolasi mandiri dan 7.856 orang dirawat di rumah sakit.
Bagaimana dengan ruang perawatan? Tingkat keterisian tempat tidur (BOR) Rumah Sakit khususCovid-19 DKI sudah terisi 6.117 unit atau 78%, sementaraICU sudah terpakai 1.127 unit atau 73%.
Sementara itu, BOR di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet sudah mencapai 83,8%. Sebanyak 5.000 dari total 5.994 tempat tidur yang tersedia sudah terisi. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) skala mikro pun solah tak ada artinya karena tidak didukung oleh penegakan aturan.
Narasi untuk menutupi kegagalan penangan Covid-19 lalu kembali mengarah kepada kegiatan libur Lebaran 2021. Padahal pemerintah melarang masyarakat melakukan mobilitas saat lebaran.
Adanya varian baru Covid-19, yakni B.1617.2 yang mulai masuk di beberapa negara termasuk Indonesia lagi-lagi terlambat diantisipasi. Propaganda berhasilnya Wuhan meangani wabah korona agaknya lebih menarik untuk diulas dibandingkan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya paparan korona dan seberapa besar pentingnya patuh protokol kesehatan.
Varian India B.1617.2 ini lebih cepat penularannya sehingga memiliki efek sebar yang lebih luas. Jika dalam dunia bisnis, keberhasilan sebuah organisasi terkadang karena jeli memanfaatkan momentum, nah untuk menekan laju korona, Masker adalah kuncinya. Karena dengan disiplin bermasker, sesuai hasil penelitian, penularan korona antar orang per orang bisa ditekan hingga 85%.
Kenaikan tingkat penularan Covid-19 dalam dua pekan terakhir pun membuktikan prediksi banyak pihak. Apa yang dikhawatirkan soal penularan virus korona pascaliburan Lebaran Mei lalu akhirnya benar-benar terjadi.
Kondisi ini pun menuntut pemerintah dan semua pemangku kepentingan dan kita semua sebagai masyarakat untuk bekerja ekstra keras menangani penyebaran Covid-19 di Tanah Air yang begitu cepat.
Bahkan, daerah-daerah yang semula tidak berisiko tinggi penyebaran Covid, kini turut merasakan. Ini ditengarai karena masifnya pergerakan masyarakat dalam sebulan terakhir kendati ada larangan tidak bepergian di kala liburan.
Data terkini yang dirilis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, angka penambangan kasus harian per hari Rabu (16/6), jumlah orang yang positif Covid bertambah 9.944 orang sehingga total menjadi 1.937.652 orang. Kemudian jumlah pasien yang meninggal dunia bertambah 196 orang, dengan akumulasi mencapai 53.476 orang. Adapun jumlah pasien yang sembuh bertambah 6.229 orang menjadi total 1.763.870 orang.
Banyaknya penambahan kasus harian Covid-19 menunjukkan bahwa pengendalian virus korona hingga saat ini masih jauh dari berhasil. Bukan hanya karena kebijakan pemerintah yang kerap berubah dan inkonsisten, namun juga kesadaran masyarakat yang kurang menghadapi pandemi.
Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan bahkan mengungkapkan, munculnya varian Covid-19 yang baru ke Tanah Air sebagai kesalahan bersama. Menurutnya, berbagai aturan yang dilanggar terkait kebijakan penanganan korona merupakan imbas dari ketidakdisiplinan yang harus ditanggung bersama.
Luhut juga mengungkapkan bahwa imbas para pemimpin yang tidak memberikan contoh baik, dampaknya terlihat seperti terlihat sekarang. Untuk itu dia mengajak kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan sekaligus mengevaluasi cara penanganan Covid.
(ynt)