Gelar Webinar, Trah HB II Akan Ungkap Rahasia Peristiwa Geger Sepehi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Trah Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) ke-II akan menggelar rangkaian webinar dalam rangka memperingati peristiwa Geger Sepehi ke-209 tahun.
Rangkaian webinar ini digelar untuk mengingatkan peristiwa penyerbuan Keraton Yogyakarta yang dilakukan pasukan Inggris pada 19-20 Juni 1812.
Dalam peristiwa tersebut, Inggris juga merampas harta benda dan aset milik keraton Yogyakarta, berupa perhiasan, manuskrip, karya intelektual dan karya sastra.
"Webinar ini akan mengulas secara lengkap dan gamblang tentang apa saja yang melatasbelakangi peristiwa Geger Sepehi sesuai dengan yang tertulis di serat Babad Sepehi. Karena, narasi sejarah yang selama ini beredar ada yang tidak sesuai dan belum terungkap," tutur Sekretaris Trah Sri Sultan Hamengkubuwono ke II, Fajar Bagoes Poetranto dalam siaran persnya kepada SINDOnews, Senin (7/6/2021)
Bagoes Poetranto juga meminta pihak Keraton Yogyakarta dan Pemerintah dapat pro aktif untuk meminta kembali aset-aset dan manuskrip-manuskrip asli yang dirampas Inggris saat peristiwa geger sepehi terutama Babad Ngayogyakarta Hamengku Buwono (HB) I hingga HB III dan Babad Bronjo
"Karena sebagian besar manuskrip yang dirampas adalah milik keraton Yogyakarta di masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono ke II ” ujar Bagoes.
Dia menghargai usaha dari sejumlah pihak, termasuk Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri yang telah ikut berupaya agar seluruh aset yang dirampas Inggris dapat dikembalikan ke keraton Yogyakarta .
“Kita harus terus berusaha mengembalikan aset tersebut, karena aset-aset dan manuskrip yang dirampas adalah milik keraton Yogyakarta, ” tambahnya.
Bagoes mengusulkan sesuai Universal Copyright Convention tentang persetujuan yang mengatur hak cipta internasional agar manuskrip-manuskrip yang ada di Inggris untuk segera dipatenkan sebagai upaya untuk melestarikan dan menyelamatkan informasi rahasia yang ada didalamnya karena merupakan hasil karya intelektual milik Keraton Yogyakarta.
Sementara itu Sejarawan Universitas Indraprasta PGRI jakarta, Dr Tundjung menuturkan Inggris ingin menjatuhkan Sri Sultan Hamengkubuwono ke II melalui Geger Sepehi. Saat penyerangan berlangsung, Inggris merampas ribuan Manuskrip milik keraton Yogyakarta.
"Gubernur Jenderal Inggris Sir Stamford Raffles menyukai benda-benda yang berasal dari Jawa, walau sebenarnya ia tidak mengerti isi dari manuskrip tersebut," tuturnya.
Dr Tundjung menambahkan jika ribuan manuskrip dikembalikan oleh Inggris maka dibutuhkan dana yang besar untuk SDM. membuat tempat penyimpanan dan untuk merawat manuskrip tersebut. "Jangan seperti kitab Negarakertagama yang ada di Perpusatakaan Nasional yang kita sampai setengah mati untuk merawatnya," katanya.Baca juga: Rayakan Bulan Bung Karno, Pramono Anung dan Hasto Gowes di Yogyakarta
Rangkaian webinar ini digelar untuk mengingatkan peristiwa penyerbuan Keraton Yogyakarta yang dilakukan pasukan Inggris pada 19-20 Juni 1812.
Dalam peristiwa tersebut, Inggris juga merampas harta benda dan aset milik keraton Yogyakarta, berupa perhiasan, manuskrip, karya intelektual dan karya sastra.
"Webinar ini akan mengulas secara lengkap dan gamblang tentang apa saja yang melatasbelakangi peristiwa Geger Sepehi sesuai dengan yang tertulis di serat Babad Sepehi. Karena, narasi sejarah yang selama ini beredar ada yang tidak sesuai dan belum terungkap," tutur Sekretaris Trah Sri Sultan Hamengkubuwono ke II, Fajar Bagoes Poetranto dalam siaran persnya kepada SINDOnews, Senin (7/6/2021)
Bagoes Poetranto juga meminta pihak Keraton Yogyakarta dan Pemerintah dapat pro aktif untuk meminta kembali aset-aset dan manuskrip-manuskrip asli yang dirampas Inggris saat peristiwa geger sepehi terutama Babad Ngayogyakarta Hamengku Buwono (HB) I hingga HB III dan Babad Bronjo
"Karena sebagian besar manuskrip yang dirampas adalah milik keraton Yogyakarta di masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono ke II ” ujar Bagoes.
Dia menghargai usaha dari sejumlah pihak, termasuk Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri yang telah ikut berupaya agar seluruh aset yang dirampas Inggris dapat dikembalikan ke keraton Yogyakarta .
“Kita harus terus berusaha mengembalikan aset tersebut, karena aset-aset dan manuskrip yang dirampas adalah milik keraton Yogyakarta, ” tambahnya.
Bagoes mengusulkan sesuai Universal Copyright Convention tentang persetujuan yang mengatur hak cipta internasional agar manuskrip-manuskrip yang ada di Inggris untuk segera dipatenkan sebagai upaya untuk melestarikan dan menyelamatkan informasi rahasia yang ada didalamnya karena merupakan hasil karya intelektual milik Keraton Yogyakarta.
Sementara itu Sejarawan Universitas Indraprasta PGRI jakarta, Dr Tundjung menuturkan Inggris ingin menjatuhkan Sri Sultan Hamengkubuwono ke II melalui Geger Sepehi. Saat penyerangan berlangsung, Inggris merampas ribuan Manuskrip milik keraton Yogyakarta.
"Gubernur Jenderal Inggris Sir Stamford Raffles menyukai benda-benda yang berasal dari Jawa, walau sebenarnya ia tidak mengerti isi dari manuskrip tersebut," tuturnya.
Dr Tundjung menambahkan jika ribuan manuskrip dikembalikan oleh Inggris maka dibutuhkan dana yang besar untuk SDM. membuat tempat penyimpanan dan untuk merawat manuskrip tersebut. "Jangan seperti kitab Negarakertagama yang ada di Perpusatakaan Nasional yang kita sampai setengah mati untuk merawatnya," katanya.Baca juga: Rayakan Bulan Bung Karno, Pramono Anung dan Hasto Gowes di Yogyakarta
(dam)