27 Kasus Mutasi COVID-19 Masuk Indonesia, Terbaru B1525 Masih dalam Observasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) , Siti Nadia Tarmizi mengatakan saat ini ada 27 kasus mutasi COVID-19 yang telah ditemukan di Indonesia. Paling terbaru adalah kasus mutasi B1525 .
“Jadi yang sudah disampaikan bahwa varian COVID-19 itu kita ketahui sudah terdeteksi di Indonesia ini. Kita sudah menemukan kalau kita ada 26. Sebenarnya ada satu lagi sebenarnya kasus B1525 menjadi varian of interest ya,” ujar Nadia dalam keterangannya, Kamis (20/5/2021).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin melaporkan ada 26 kasus mutasi COVID-19 di Indonesia. Dimana kasus tersebut dari berbagai mutasi COVID-19 diantaranya B117 dari Inggris, B1351 atau varian Raja dari Afrika Selatan, juga B1617 dari India.
“Total 26 itu di mana B117 itu ada 14 kasus. B1351 atau varian Afrika Selatan itu ada 2 kasus, dan B1617 itu ada 10 kasus yang kita sebut dari varian India,” jelas Nadia.
Sementara saat ini, kata Nadia, ditemukan lagi satu kasus yang masih dilakukan observasi yakni dari varian B1525 yang ditemukan pertama kali di Inggris. “Seharusnya ada 27 kasus, namun saat ini masih dilakukan observasi dari varian B1525,” paparnya.
Selain itu, Nadia pun menjelaskan bahwa World Health Organization (WHO) telah menggolongkan mutasi virus COVID-19. “Kita ketahui kalau menurut WHO ada dua jenis ya varian atau mutasi virus COVID-19 ini digolongkan.”
Pertama adalah varian of concern diantaranya adalah mutasi B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, P1 dari Brazil, juga E484K atau Eek dari Jepang.
“Yang pertama ada varian-varian of concern, itu akan yang harus kita waspadai karena buktinya menyebabkan tingkat penularan yang tinggi seperti yang terjadi di Inggris dan satu lagi varian Afrika Selatan. Dan ada satu lagi yang belum ditemukan di Indonesia itu adalah varian Brazil atau varian Jepang,” terang Nadia.
Nadia melanjutkan varian B1351 dari Afrika Selatan bisa menyebabkan tingkat keparahan penyakit juga mempengaruhi efikasi pada vaksin COVID-19. “Nah, varian Afrika Selatan itu dikatakan bahwa meningkatkan tingkat keparahan penyakit dan juga mempengaruhi efikasi daripada vaksin.”
“Nah, ini melihat penggolongan ini tentunya dari jenis varian yaitu B117 dan B1351 ini memang digolongkan sebagai varian yang harus diwaspadai atau varian of concern,” kata Nadia.
Kedua adalah varian of interest. Dimana varian B1617 dari India salah satu di antaranya. Varian ini juga harus diwaspadai karena menyebabkan meledaknya kasus COVID-19 di India. “Nah satu lagi adalah varian of interest ya, dimana kita tahu ada B1617 yang menyebabkan kasus COVID-19 di India,” papar Nadia.
“Jadi yang sudah disampaikan bahwa varian COVID-19 itu kita ketahui sudah terdeteksi di Indonesia ini. Kita sudah menemukan kalau kita ada 26. Sebenarnya ada satu lagi sebenarnya kasus B1525 menjadi varian of interest ya,” ujar Nadia dalam keterangannya, Kamis (20/5/2021).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin melaporkan ada 26 kasus mutasi COVID-19 di Indonesia. Dimana kasus tersebut dari berbagai mutasi COVID-19 diantaranya B117 dari Inggris, B1351 atau varian Raja dari Afrika Selatan, juga B1617 dari India.
“Total 26 itu di mana B117 itu ada 14 kasus. B1351 atau varian Afrika Selatan itu ada 2 kasus, dan B1617 itu ada 10 kasus yang kita sebut dari varian India,” jelas Nadia.
Sementara saat ini, kata Nadia, ditemukan lagi satu kasus yang masih dilakukan observasi yakni dari varian B1525 yang ditemukan pertama kali di Inggris. “Seharusnya ada 27 kasus, namun saat ini masih dilakukan observasi dari varian B1525,” paparnya.
Selain itu, Nadia pun menjelaskan bahwa World Health Organization (WHO) telah menggolongkan mutasi virus COVID-19. “Kita ketahui kalau menurut WHO ada dua jenis ya varian atau mutasi virus COVID-19 ini digolongkan.”
Pertama adalah varian of concern diantaranya adalah mutasi B117 dari Inggris, B1351 dari Afrika Selatan, P1 dari Brazil, juga E484K atau Eek dari Jepang.
“Yang pertama ada varian-varian of concern, itu akan yang harus kita waspadai karena buktinya menyebabkan tingkat penularan yang tinggi seperti yang terjadi di Inggris dan satu lagi varian Afrika Selatan. Dan ada satu lagi yang belum ditemukan di Indonesia itu adalah varian Brazil atau varian Jepang,” terang Nadia.
Nadia melanjutkan varian B1351 dari Afrika Selatan bisa menyebabkan tingkat keparahan penyakit juga mempengaruhi efikasi pada vaksin COVID-19. “Nah, varian Afrika Selatan itu dikatakan bahwa meningkatkan tingkat keparahan penyakit dan juga mempengaruhi efikasi daripada vaksin.”
“Nah, ini melihat penggolongan ini tentunya dari jenis varian yaitu B117 dan B1351 ini memang digolongkan sebagai varian yang harus diwaspadai atau varian of concern,” kata Nadia.
Kedua adalah varian of interest. Dimana varian B1617 dari India salah satu di antaranya. Varian ini juga harus diwaspadai karena menyebabkan meledaknya kasus COVID-19 di India. “Nah satu lagi adalah varian of interest ya, dimana kita tahu ada B1617 yang menyebabkan kasus COVID-19 di India,” papar Nadia.
(kri)