HUT ke-54, IGI Ingatkan untuk Bertanggung Jawab Melestarikan Bumi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Muhammad Dimyati memulai kata sambutan dengan membacakan dua bait pantun berkaitan dengan peran para geograf dalam Peringatan Hari Bumi sekaligus Hari Ulang Tahun (HUT) IGI ke-54 secara virtual, Sabtu (8/5/2021).
Dimyati mengaku dua pantun yang dibacakan dirinya untuk menggugah semangat para komunitas geografer sekaligus mengingatkan bahwa kita adalah bagian dari komunitas global yang ikut bertanggung jawab untuk melestarikan bumi ini untuk masa depan generasi yang akan datang.
"Karena kita tahu bahwa kita sebagai geograf yang punya banyak keterampilan dan keahlian khususnya dalam aspek keruangan sering merasa bisa macem-macem, merasa tau macem-macem baik dalam mengelola sumber daya alam maupum sumber daya yang lain," ujarnya.
Tetapi faktanya, kata Dimyati, IGI masih banyak belum dikenal oleh mitra. Sehingga organisasi ini sering merasa bahwa keahlian tertinggal jauh mulai dari bersama-sama membuat aplikasi menganeksasi data satelitnya sampe mengimplementasikannya. Menurut dia, orang tahu itu miliknya orang yang memiliki geografi. Termasuk penggunaan sistem geografis sehari-hari dianggap sebagai perlengkapan baju sehari-hari.
Berbagai hal yang lain, lanjutnya, misalnya pengusaan modelin penguasaan ruang, pengusaan pemetaan mulai dari mulai mengukur sampai menyajikan berbagai bentuk dan berbagi aspek yang berkaitan dengan pengembangan wilayah dan juga kegiatan-kegiatan kependudukan, sosial dan aspek-aspek lain yang menurutnya seolah-olah itu hanya kemampuan komunitas geograf.
Dan memang itu adalah sebgian besar kebisaan geograf. Tetapi ada hal yang membuat hati saya cukup tersentuh pada saat saya berkunjung ke satu teman, seorang eselon satu dan juga berkunjung ke beberapa tempat pejabat tinggi BUMN yang ternyata mereka di dalam ceritanya menanyakan satu pertanyaan yang membuat saya betul-betul sedih sebagai seorang geograf," ungkapnya.
Antara lain, kata Dimyati pertayaan itu seputar tentang apakah para non geogarafer bisa menggunakan GIS dan bisa melakukan esplorasi. Dia mengatakan, meski saat itu pertanyaan bukan ditujukan untuk dirinya, tapi dirinya sempat meluruskan bisa-bisa saja. Bahkan, para geografer saat ini bisa menyalurkan pembagian zakat dengan tugas pemetaan yang dimilikinya.
"Pertanyaan-pertanyaan itu bagi komunitas geografi menjadi pertanyaan sangat biasa tapi membuat pilu hati saya, karena saya merasa apa yang dirasa, apa yang kita ketahui itu ternyata belum diketahui oleh temen-temen di komunitas yang lain. Bagaikan kita itu membuat ombak besar, keliatannya bergulung-gulung ombaknya tapi ternyata hanya di kolam renang, tidak berefek dan tidak didengar oleh komunitas yang lain," ungkapnya.
Karena itulah, Dimyati mengaku pihaknya sangat berterima kasih kepada generasi muda geografi dan geografer-geografer muda baik yang bergabung di IGI maupun kepengurusan di masing-masing alumni program studi geografi yang telah membantu menjembatani tugas geografi Indonesia.
"(Pertanyaan tadi) sangat membekas untuk kita semua, antara lain ingin mengenalkan dirinya pada mitra yang lain melalui kinerjanya termasuk salah satunya dengan niatan melakukan kegiatan gerakan 1000 webinar," pungkas Dimyati.
Dimyati mengaku dua pantun yang dibacakan dirinya untuk menggugah semangat para komunitas geografer sekaligus mengingatkan bahwa kita adalah bagian dari komunitas global yang ikut bertanggung jawab untuk melestarikan bumi ini untuk masa depan generasi yang akan datang.
"Karena kita tahu bahwa kita sebagai geograf yang punya banyak keterampilan dan keahlian khususnya dalam aspek keruangan sering merasa bisa macem-macem, merasa tau macem-macem baik dalam mengelola sumber daya alam maupum sumber daya yang lain," ujarnya.
Tetapi faktanya, kata Dimyati, IGI masih banyak belum dikenal oleh mitra. Sehingga organisasi ini sering merasa bahwa keahlian tertinggal jauh mulai dari bersama-sama membuat aplikasi menganeksasi data satelitnya sampe mengimplementasikannya. Menurut dia, orang tahu itu miliknya orang yang memiliki geografi. Termasuk penggunaan sistem geografis sehari-hari dianggap sebagai perlengkapan baju sehari-hari.
Berbagai hal yang lain, lanjutnya, misalnya pengusaan modelin penguasaan ruang, pengusaan pemetaan mulai dari mulai mengukur sampai menyajikan berbagai bentuk dan berbagi aspek yang berkaitan dengan pengembangan wilayah dan juga kegiatan-kegiatan kependudukan, sosial dan aspek-aspek lain yang menurutnya seolah-olah itu hanya kemampuan komunitas geograf.
Dan memang itu adalah sebgian besar kebisaan geograf. Tetapi ada hal yang membuat hati saya cukup tersentuh pada saat saya berkunjung ke satu teman, seorang eselon satu dan juga berkunjung ke beberapa tempat pejabat tinggi BUMN yang ternyata mereka di dalam ceritanya menanyakan satu pertanyaan yang membuat saya betul-betul sedih sebagai seorang geograf," ungkapnya.
Antara lain, kata Dimyati pertayaan itu seputar tentang apakah para non geogarafer bisa menggunakan GIS dan bisa melakukan esplorasi. Dia mengatakan, meski saat itu pertanyaan bukan ditujukan untuk dirinya, tapi dirinya sempat meluruskan bisa-bisa saja. Bahkan, para geografer saat ini bisa menyalurkan pembagian zakat dengan tugas pemetaan yang dimilikinya.
"Pertanyaan-pertanyaan itu bagi komunitas geografi menjadi pertanyaan sangat biasa tapi membuat pilu hati saya, karena saya merasa apa yang dirasa, apa yang kita ketahui itu ternyata belum diketahui oleh temen-temen di komunitas yang lain. Bagaikan kita itu membuat ombak besar, keliatannya bergulung-gulung ombaknya tapi ternyata hanya di kolam renang, tidak berefek dan tidak didengar oleh komunitas yang lain," ungkapnya.
Karena itulah, Dimyati mengaku pihaknya sangat berterima kasih kepada generasi muda geografi dan geografer-geografer muda baik yang bergabung di IGI maupun kepengurusan di masing-masing alumni program studi geografi yang telah membantu menjembatani tugas geografi Indonesia.
"(Pertanyaan tadi) sangat membekas untuk kita semua, antara lain ingin mengenalkan dirinya pada mitra yang lain melalui kinerjanya termasuk salah satunya dengan niatan melakukan kegiatan gerakan 1000 webinar," pungkas Dimyati.
(maf)