Penerbangan Jakarta-Wuhan Dibuka, Epidemiolog: Waspadai Risiko Transmisi Penularan COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penerbangan Jakarta-Wuhan , China pulang-pergi (PP) kembali dibuka setelah setahun pandemi COVID-19 berlangsung. Rute tersebut dilayani oleh maskapai penerbangan Lion Air setiap Senin.
Seperti diketahui kasus Covid-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, meski di sana kini sudah mulai terkendali. Lalu, apakah masih berpotensi terjadi transmisi penularan Covid-19 dari Wuhan?
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman meminta agar waspada terhadap risiko transmisi penularan Covid-19. Seharusnya, katanya, dalam situasi pandemi saat ini setiap negara membatasi keluar masuknya masyarakat dari luar negeri.
Baca juga: Kemenhub Benarkan Adanya Penerbangan ke Wuhan, Tapi Bukan Berjadwal
"Dalam situasi saat ini sebetulnya setiap negara itu harus membatasi ya. Karena penerbangan situasi ini akan meningkatkan risiko transmisi penularan," kata Dicky ketika dihubungi lewat pesan singkat, Senin (3/5/2021).
Apalagi, kata Dicky, meskipun Covid-19 di China dinyatakan terkendali tapi harus perlu ditunggu laporan informasi terkait hal ini. "China memang dikatakan ya, walaupun masih banyak hal yang masih perlu ditunggu datanya ya terkait informasi terkendali. Tetapi situasi saat ini sebetulnya tidak lah bisa menjadikan alasan yang kuat adanya pembukaan-pembukaan," katanya.
Selain itu, Dicky mengatakan, saat ini kasus Covid-19 global juga semakin serius dengan angka kematian juga terus meningkat, sehingga tidak ada negara yang aman dari Covid-19. Seharusnya, kata Dicky, negara yang aman dari Covid-19 adalah negara yang membatasi atau pun menutup mobilitas antarnegara.
Baca juga: Lebih Dahsyat dari Bom Atom, Inggris Ungkap Fakta Baru Soal Virus Covid-19 di Wuhan
"Dan negara yang aman, menutup diri itu. Seperti Australia, New Zealand menutup diri. Saya nggak keluar, ke mana-mana saya nggak bisa keluar, nanti nggak bisa masuk lagi, jadi itu," katanya.
Jika ada penerbangan antarnegara harus menerapkan persyaratan yang ketat untuk mencegah terjadinya transmisi Covid-19. "Kalau untuk dibangun dalam bentuk travel koridor untuk bisnis ya itu saja, dengan resiprokal namanya, harus sama, tidak membahayakan kita, tidak membahayakan mereka," kata Dicky.
Menurut Dicky, di China kasus Covid-19 pun masih bisa meledak lagi. "Karena China itu bisa meledak lagi, tetap. Jadi sama harus dijaga seperti itu. Kalau mau, saya kalau untuk aktivitas penduduk travel belumlah. Tapi kalau untuk bisnis, kepentingan diplomasi bisa saja," katanya.
Seperti diketahui kasus Covid-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, meski di sana kini sudah mulai terkendali. Lalu, apakah masih berpotensi terjadi transmisi penularan Covid-19 dari Wuhan?
Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman meminta agar waspada terhadap risiko transmisi penularan Covid-19. Seharusnya, katanya, dalam situasi pandemi saat ini setiap negara membatasi keluar masuknya masyarakat dari luar negeri.
Baca juga: Kemenhub Benarkan Adanya Penerbangan ke Wuhan, Tapi Bukan Berjadwal
"Dalam situasi saat ini sebetulnya setiap negara itu harus membatasi ya. Karena penerbangan situasi ini akan meningkatkan risiko transmisi penularan," kata Dicky ketika dihubungi lewat pesan singkat, Senin (3/5/2021).
Apalagi, kata Dicky, meskipun Covid-19 di China dinyatakan terkendali tapi harus perlu ditunggu laporan informasi terkait hal ini. "China memang dikatakan ya, walaupun masih banyak hal yang masih perlu ditunggu datanya ya terkait informasi terkendali. Tetapi situasi saat ini sebetulnya tidak lah bisa menjadikan alasan yang kuat adanya pembukaan-pembukaan," katanya.
Selain itu, Dicky mengatakan, saat ini kasus Covid-19 global juga semakin serius dengan angka kematian juga terus meningkat, sehingga tidak ada negara yang aman dari Covid-19. Seharusnya, kata Dicky, negara yang aman dari Covid-19 adalah negara yang membatasi atau pun menutup mobilitas antarnegara.
Baca juga: Lebih Dahsyat dari Bom Atom, Inggris Ungkap Fakta Baru Soal Virus Covid-19 di Wuhan
"Dan negara yang aman, menutup diri itu. Seperti Australia, New Zealand menutup diri. Saya nggak keluar, ke mana-mana saya nggak bisa keluar, nanti nggak bisa masuk lagi, jadi itu," katanya.
Jika ada penerbangan antarnegara harus menerapkan persyaratan yang ketat untuk mencegah terjadinya transmisi Covid-19. "Kalau untuk dibangun dalam bentuk travel koridor untuk bisnis ya itu saja, dengan resiprokal namanya, harus sama, tidak membahayakan kita, tidak membahayakan mereka," kata Dicky.
Menurut Dicky, di China kasus Covid-19 pun masih bisa meledak lagi. "Karena China itu bisa meledak lagi, tetap. Jadi sama harus dijaga seperti itu. Kalau mau, saya kalau untuk aktivitas penduduk travel belumlah. Tapi kalau untuk bisnis, kepentingan diplomasi bisa saja," katanya.
(abd)