Duh, Anak Indonesia Sudah Kenal Medsos Sebelum Usia Enam Tahun
loading...
A
A
A
Survei juga menemukan mayoritas atau 98% orang tua tahu ada dampak buruk bagi anak seperti kecanduan gawai, melihat tayangan atau iklan tidak sopan, dikirimi gambar foto maupun video tidak etis. “Sayangnya, sebagian orang tua cenderung tidak mendampingi saat anak bermain gawai. Jika pun ada pendampingan, itu lebih banyak dilakukan ibu ketimbang ayah,” ujarnya saat dihubungi Sabtu (1/5/2021).
Kenal Medsos Sebelum Usia 6 Tahun
Kasus seperti Safa Nur yang sudah bisa mengakses media sosial meski umur belum mencukupi terjadi pada banyak anak lain di Indonesia. Bahkan, hasil riset menunjukkan 87% anak-anak Indonesia sudah dikenalkan media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun.
Hal ini terungkap melalui riset NeuroSensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids oleh perusahaan riset independen berbasis kecerdasan buatan (AI), NeuroSensum. Survei ini dilakukan pada Februari 2021. Respondennya adalah 500 orang tua di empat kota besar di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Riset ini mengungkap bahwa rata-rata anak Indonesia mengenal media sosial pada usia 7 tahun. Bahkan, 54% anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah mengenal media sosial lebih dini lagi, yakni sebelum 6 tahun. Pada rumah tangga berpenghasilan tinggi, hanya 34% yang mengenalkan media sosial sebelum anak mencapai usia tersebut.
( )
CEO NeuroSensum & SurveySensum Rajiv Lamba mengatakan, rata-rata para orang tua bekerja sehingga tidak ada waktu untuk menemani anak bermain sehingga media sosial pun menjadi solusi untuk menemani dan membuat anak diam di rumah, merasa anak lebih aman, meskipun tanpa harus memberi pengawasan berlebih.
Kondisi sedikit berbeda terjadi pada rumah tangga kelas menengah ke atas. Anak-anak dari kalangan ini masih bisa dihindarkan dari pengaruh media sosial sebelum waktunya lantaran memiliki kemampuan untuk membayar jasa pengasuh.
“Sehingga anak-anak di bawah usia sekolah tetap aman ada yang mengawasi dan belum dikenalkan dengan media sosial terlalu awal,” ungkap Rajiv.
Dampak positif dari anak-anak yang bermedia sosial, menurut Rajiv, adalah kemampuan mereka memproduksi suatu karya di usia dini. Terlebih lagi semasa pandemi, anak-anak tidak hanya mengonsumsi konten digital, tetapi juga semakin mahir memanfaatkan media sosial untuk membuat konten.
( )
Kenal Medsos Sebelum Usia 6 Tahun
Kasus seperti Safa Nur yang sudah bisa mengakses media sosial meski umur belum mencukupi terjadi pada banyak anak lain di Indonesia. Bahkan, hasil riset menunjukkan 87% anak-anak Indonesia sudah dikenalkan media sosial sebelum menginjak usia 13 tahun.
Hal ini terungkap melalui riset NeuroSensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids oleh perusahaan riset independen berbasis kecerdasan buatan (AI), NeuroSensum. Survei ini dilakukan pada Februari 2021. Respondennya adalah 500 orang tua di empat kota besar di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Riset ini mengungkap bahwa rata-rata anak Indonesia mengenal media sosial pada usia 7 tahun. Bahkan, 54% anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah mengenal media sosial lebih dini lagi, yakni sebelum 6 tahun. Pada rumah tangga berpenghasilan tinggi, hanya 34% yang mengenalkan media sosial sebelum anak mencapai usia tersebut.
( )
CEO NeuroSensum & SurveySensum Rajiv Lamba mengatakan, rata-rata para orang tua bekerja sehingga tidak ada waktu untuk menemani anak bermain sehingga media sosial pun menjadi solusi untuk menemani dan membuat anak diam di rumah, merasa anak lebih aman, meskipun tanpa harus memberi pengawasan berlebih.
Kondisi sedikit berbeda terjadi pada rumah tangga kelas menengah ke atas. Anak-anak dari kalangan ini masih bisa dihindarkan dari pengaruh media sosial sebelum waktunya lantaran memiliki kemampuan untuk membayar jasa pengasuh.
“Sehingga anak-anak di bawah usia sekolah tetap aman ada yang mengawasi dan belum dikenalkan dengan media sosial terlalu awal,” ungkap Rajiv.
Dampak positif dari anak-anak yang bermedia sosial, menurut Rajiv, adalah kemampuan mereka memproduksi suatu karya di usia dini. Terlebih lagi semasa pandemi, anak-anak tidak hanya mengonsumsi konten digital, tetapi juga semakin mahir memanfaatkan media sosial untuk membuat konten.
( )