Viva Yoga Mauladi: PAN Tidak Baper dengan Hasil Survei
loading...
A
A
A
JAKARTA - Partai Amanat Nasional (PAN) mengaku tidak panik dan tidak baper dengan hasil survei sejumlah lembaga survei belakangan ini. Dalam sejumlah survei, elektabilitas PAN ada di kisaran 1-2 persen.
"PAN tidak kaget, tidak panik, dan juga tidak 'baper' dengan hasil survei itu karena sejak 2004 hingga tahun 2021 saat ini ketika PAN disurvei, elektabilitasnya ya selalu berkisar antara 1 sampai 2% saja. Meski PAN masif membuat program dan kegiatan masyarakat, tetapi ketika disurvei hasilnya selalu konstan, menjadi 'partai Nasakom', partai yang nasibnya satu koma saja," jelas Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi kepada SINDOnews, Jumat (2/4/2021).
Menurut Yoga, kalau berdasarkan survei yang dilakukan lembaga survei tersebut maka sejak Pemilu 2004 PAN seharusnya tidak lolos parlimentary threshold. Kenyataannya, hasil perolehan suara PAN di pemilu ternyata berbeda 500% dengan hasil survei.
"Di Pemilu 2004 PAN memperoleh suara nasional sebesar 6,44%, Pemilu 2009 sebesar 6,01%, Pemilu 2014 sebesar 7,59%, dan Pemilu 2019 sebesar 6,84%," jelasnya.
Jadi, lanjut Yoga, ada perbedaan sebesar 500% antara prediksi melalui hasil survei oleh para lembaga survei dengan hasil resmi pemilu yang ditetapkan oleh KPU.
"Aneh kan? Masak hasilnya berbeda 500% ketika PAN di survei. Apakah lembaga survei itu tidak kredibel? Tidak berlandaskan pada kaidah ilmiah? Atau karena faktor lain?" ujarnya.
Juru Bicara (Jubir) DPP PAN ini menambahkan, salah satu alasan para surveyor ketika pihaknya menanyakan mengapa hasil survei selalu berbeda dengan hasil pemilu, mereka menjawab karena yang berperan penting adalah pergerakan para caleg PAN sehingga hasil pemilu berbeda dengan hasil survei.
"Lha, lalu para caleg dari partai politik lain saat kampanye pemilu apakah tidur? Hehehe... Kan sama-sama bergerak berkompetisi mencari suara di dapil," katanya.
Menurut Yoga, beberapa kali 'hasil survei aneh untuk PAN' ditanyakan kepada surveyor, tetapi mereka tidak dapat memberi penjelasan secara scientific dan ilmiah.
"Untuk itu, apa pun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei tersebut tetap akan menjadi cermin evaluasi diri, sebagai input data bagi PAN untuk memperkaya informasi dalam membuat perencanaan strategis pemenangan Pemilu 2024."
Yoga mengatakan, PAN secara rutin dan berkala telah melakukan survei yang dilakukan oleh lembaga survei independen untuk mengetahui elektabilitas, prioritas program, dan variabel lain yang dibutuhkan PAN. "Dan hasil survei internal tersebut memang berbeda dengan rilis yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei sejak tahun 2004 sampai sekarang."
Untuk diketahui, dalam Temuan Survei Nasional 28 Februari-8 Maret 2021 yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas PAN 2,5 persen atau berada di urutan kesembilan alias paling buncit di antara sembilan parpol parlemen.
"PAN tidak kaget, tidak panik, dan juga tidak 'baper' dengan hasil survei itu karena sejak 2004 hingga tahun 2021 saat ini ketika PAN disurvei, elektabilitasnya ya selalu berkisar antara 1 sampai 2% saja. Meski PAN masif membuat program dan kegiatan masyarakat, tetapi ketika disurvei hasilnya selalu konstan, menjadi 'partai Nasakom', partai yang nasibnya satu koma saja," jelas Wakil Ketua Umum DPP PAN Viva Yoga Mauladi kepada SINDOnews, Jumat (2/4/2021).
Menurut Yoga, kalau berdasarkan survei yang dilakukan lembaga survei tersebut maka sejak Pemilu 2004 PAN seharusnya tidak lolos parlimentary threshold. Kenyataannya, hasil perolehan suara PAN di pemilu ternyata berbeda 500% dengan hasil survei.
"Di Pemilu 2004 PAN memperoleh suara nasional sebesar 6,44%, Pemilu 2009 sebesar 6,01%, Pemilu 2014 sebesar 7,59%, dan Pemilu 2019 sebesar 6,84%," jelasnya.
Jadi, lanjut Yoga, ada perbedaan sebesar 500% antara prediksi melalui hasil survei oleh para lembaga survei dengan hasil resmi pemilu yang ditetapkan oleh KPU.
"Aneh kan? Masak hasilnya berbeda 500% ketika PAN di survei. Apakah lembaga survei itu tidak kredibel? Tidak berlandaskan pada kaidah ilmiah? Atau karena faktor lain?" ujarnya.
Juru Bicara (Jubir) DPP PAN ini menambahkan, salah satu alasan para surveyor ketika pihaknya menanyakan mengapa hasil survei selalu berbeda dengan hasil pemilu, mereka menjawab karena yang berperan penting adalah pergerakan para caleg PAN sehingga hasil pemilu berbeda dengan hasil survei.
"Lha, lalu para caleg dari partai politik lain saat kampanye pemilu apakah tidur? Hehehe... Kan sama-sama bergerak berkompetisi mencari suara di dapil," katanya.
Menurut Yoga, beberapa kali 'hasil survei aneh untuk PAN' ditanyakan kepada surveyor, tetapi mereka tidak dapat memberi penjelasan secara scientific dan ilmiah.
"Untuk itu, apa pun hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei tersebut tetap akan menjadi cermin evaluasi diri, sebagai input data bagi PAN untuk memperkaya informasi dalam membuat perencanaan strategis pemenangan Pemilu 2024."
Yoga mengatakan, PAN secara rutin dan berkala telah melakukan survei yang dilakukan oleh lembaga survei independen untuk mengetahui elektabilitas, prioritas program, dan variabel lain yang dibutuhkan PAN. "Dan hasil survei internal tersebut memang berbeda dengan rilis yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei sejak tahun 2004 sampai sekarang."
Untuk diketahui, dalam Temuan Survei Nasional 28 Februari-8 Maret 2021 yang dirilis Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), elektabilitas PAN 2,5 persen atau berada di urutan kesembilan alias paling buncit di antara sembilan parpol parlemen.
(zik)