Membangkitkan Pangan Lokal di Masa Pandemi
loading...
A
A
A
Peranan pekarangan dalam menunjang kebutuhan pangan dan gizi telah dikaji dalam berbagai penelitian. Di Thailand, lahan pekarangan berpengaruh terhadap peningkatan konsumsi sayuran dan pemanfaatan pekarangan dapat lebih menghemat pengeluaran atau belanja keluarga. Studi Diet Total (2014) menunjukkan bahwa lebih dari 90% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayuran dan buah.
Dulu, ketika program gizi di Indonesia dicanangkan sebagai upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK) ragam kegiatannya bukan hanya menimbang anak balita setiap bulan. Pemanfaatan pekarangan juga menjadi kegiatan andalan, dan oleh sebab itu UPGK dalam implementasinya juga melibatkan sektor pertanian.
Saat ini kita lebih mengenal UPGK yang telah berganti baju menjadi posyandu. Fokus kegiatan pertanian (baca: pekarangan) dalam posyandu sudah sirna. Para penyuluh pertanian lapangan (PPL) tidak hirau terhadap posyandu karena mereka lebih fokus pada target untuk menggenjot produksi beras.
Posyandu yang menjadi ujung tombak pelayanan gizi masyarakat hendaknya jangan terfokus pada masalah kesehatan saja, tetapi juga harus bisa menggerakkan ibu-ibu pesertanya untuk mengembangkan pertanian pangan lokal (sayuran dan umbi-umbian). Pangan sumber gizi tidak harus dibeli apabila setiap rumah tangga mampu mengelola pekarangannya dengan baik. Hasil pangan lokal dari pekarangan yang dikelola posyandu dapat menjadi modal pembuatan makanan tambahan bagi anak-anak balita yang setiap bulan datang ke posyandu. Perbaikan gizi dapat terwujud secara mandiri dari kekuatan produksi pangan lokal yang dihasilkan dari pekarangan masyarakat.
Dulu, ketika program gizi di Indonesia dicanangkan sebagai upaya perbaikan gizi keluarga (UPGK) ragam kegiatannya bukan hanya menimbang anak balita setiap bulan. Pemanfaatan pekarangan juga menjadi kegiatan andalan, dan oleh sebab itu UPGK dalam implementasinya juga melibatkan sektor pertanian.
Saat ini kita lebih mengenal UPGK yang telah berganti baju menjadi posyandu. Fokus kegiatan pertanian (baca: pekarangan) dalam posyandu sudah sirna. Para penyuluh pertanian lapangan (PPL) tidak hirau terhadap posyandu karena mereka lebih fokus pada target untuk menggenjot produksi beras.
Posyandu yang menjadi ujung tombak pelayanan gizi masyarakat hendaknya jangan terfokus pada masalah kesehatan saja, tetapi juga harus bisa menggerakkan ibu-ibu pesertanya untuk mengembangkan pertanian pangan lokal (sayuran dan umbi-umbian). Pangan sumber gizi tidak harus dibeli apabila setiap rumah tangga mampu mengelola pekarangannya dengan baik. Hasil pangan lokal dari pekarangan yang dikelola posyandu dapat menjadi modal pembuatan makanan tambahan bagi anak-anak balita yang setiap bulan datang ke posyandu. Perbaikan gizi dapat terwujud secara mandiri dari kekuatan produksi pangan lokal yang dihasilkan dari pekarangan masyarakat.
(bmm)