Prabowo Subianto Disarankan Adopsi Budaya Sisu untuk Wujudkan Swasembada Pangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gagasan strategis terkait rencana penguatan sektor pangan sebagai basis utama pertahanan negara yang disampaikan Presiden terpilih Prabowo Subianto disambut positif. Gagasan itu disampaikan Prabowo saat acara BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC, Senayan.
Pakar pertahanan dan pangan, Dina Hidayana mengatakan, sebuah negara tidak bisa mengklaim diri sebagai negara besar dan digdaya apabila masih menggantungkan sektor pangan sebagai fundamental pada negara atau bangsa lain. Selain itu, urusan pangan bukan sekadar menyoal kondisi hari ini, tapi menyangkut kualitas generasi masa depan.
“Karenanya dimensi pangan ini sangat luas dan berdampak jangka panjang tidak bisa diperlakukan secara serampangan,” tegas Dina, Sabtu (12/10/2024).
Dina Hidayana melihat pentingnya pelibatan multi aktor dalam mensintesa kompleksitas permasalahan sektor pangan dan pertanian Indonesia dari hulu ke hilir, khususnya dalam penguatan riset dan teknologi serta adaptasi transformasi yang terintegrasi.
Swasembada pangan diharapkan bukan sekadar pengadaan produksi di masa tertentu, namun menyangkut sikap mental bangsa dalam memahami pentingnya kemandirian tanpa menabukan budaya tradisional serta perlunya mengelaborasi kekuatan baru berupa pengetahuan visioner, teknologi kekinian dan daya kolaborasi.
Dina melihat Budaya Sisu yang dimiliki Negara Finlandia yang memiliki kondisi iklim dan topografi relatif sulit, menarik untuk diadopsi sebagai pemantik inspirasi. Sisu bisa diartikan sebagai kombinasi tekad bulat, pendirian kuat, harga diri tinggi, kegigihan, semangat, ketekunan dan konsistensi dalam mengatasi hambatan atau kesulitan yang ekstrem atau tidak lazim. Bahkan perjuangan mencapai tujuan tetap difokuskan meskipun peluang keberhasilan mendekati nol.
Kemampuan bukan sekadar untuk bertahan hidup dari cuaca ekstrem namun sekaligus upaya sungguh-sungguh meraih kesuksesan yang dipandang sebagai mustahil sekalipun. Finlandia masa itu melalui konsep Sisu, berhasil mendeklarasikan kemerdekaan di 1917 dari cengkraman Rusia dan bahkan dikenal sebagai produsen telepon genggam Nokia yang sangat populer era 1990an.
“Dikenal sebagai negara dengan pola pendidikan terbaik, dibuktikan dengan pertumbuhan masif inovasi dan teknologi hingga saat ini sekalipun populasinya terbatas,” urai Dina.
Pakar pertahanan dan pangan, Dina Hidayana mengatakan, sebuah negara tidak bisa mengklaim diri sebagai negara besar dan digdaya apabila masih menggantungkan sektor pangan sebagai fundamental pada negara atau bangsa lain. Selain itu, urusan pangan bukan sekadar menyoal kondisi hari ini, tapi menyangkut kualitas generasi masa depan.
“Karenanya dimensi pangan ini sangat luas dan berdampak jangka panjang tidak bisa diperlakukan secara serampangan,” tegas Dina, Sabtu (12/10/2024).
Dina Hidayana melihat pentingnya pelibatan multi aktor dalam mensintesa kompleksitas permasalahan sektor pangan dan pertanian Indonesia dari hulu ke hilir, khususnya dalam penguatan riset dan teknologi serta adaptasi transformasi yang terintegrasi.
Swasembada pangan diharapkan bukan sekadar pengadaan produksi di masa tertentu, namun menyangkut sikap mental bangsa dalam memahami pentingnya kemandirian tanpa menabukan budaya tradisional serta perlunya mengelaborasi kekuatan baru berupa pengetahuan visioner, teknologi kekinian dan daya kolaborasi.
Dina melihat Budaya Sisu yang dimiliki Negara Finlandia yang memiliki kondisi iklim dan topografi relatif sulit, menarik untuk diadopsi sebagai pemantik inspirasi. Sisu bisa diartikan sebagai kombinasi tekad bulat, pendirian kuat, harga diri tinggi, kegigihan, semangat, ketekunan dan konsistensi dalam mengatasi hambatan atau kesulitan yang ekstrem atau tidak lazim. Bahkan perjuangan mencapai tujuan tetap difokuskan meskipun peluang keberhasilan mendekati nol.
Kemampuan bukan sekadar untuk bertahan hidup dari cuaca ekstrem namun sekaligus upaya sungguh-sungguh meraih kesuksesan yang dipandang sebagai mustahil sekalipun. Finlandia masa itu melalui konsep Sisu, berhasil mendeklarasikan kemerdekaan di 1917 dari cengkraman Rusia dan bahkan dikenal sebagai produsen telepon genggam Nokia yang sangat populer era 1990an.
“Dikenal sebagai negara dengan pola pendidikan terbaik, dibuktikan dengan pertumbuhan masif inovasi dan teknologi hingga saat ini sekalipun populasinya terbatas,” urai Dina.