Pemerintah Dinilai Perlu Jelaskan Efektivitas GeNose ke Publik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto minta Menristek Bambang Brodjonegoro, aktif melakukan sosialisasi untuk mengantisipasi adanya keraguan public terhadap efektivitas GeNose, alat pendeteksi Covid-19.
Menristek bersama tim peneliti GeNose dari Universitas Gajah Mada (UGM) harus dapat menjelaskan kepada publik bahwa GeNose efektif dalam mendeteksi Covid-19 berdasarkan pemeriksaan hembusan nafas, sama seperti rapid test atau PCR.
Sekadar diketahui, Pemerintah Belanda menghentikan penggunaan SpiroNose untuk mendeteksi Covid-19. SpiroNose adalah alat deteksi Covid-19 berdasarkan hembusan nafas, sama seperti GeNose. Pemerintah Belanda menilai penggunaan SpiroNose tidak efektif karena ditemukan beberapa kasus pemeriksaan yang tidak akurat. Atas beberapa kejadian itu Pemerintah Belanda menghentikan penggunaan SpiroNose dan mengganti dengan metode lain.
"Pihak GeNose perlu menginfokan ke publik tingkat akurasi GeNose dibandingkan dengan rapid test atau PCR. Tentu saja tingkat akurasi alat tersebut diakui oleh lembaga pengawas semisal BPOM. Tingkat akurasi tersebut tentu didasarkan uji dengan standar ilmiah yang baku transparan dan akuntabel," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (1/3/2021).
Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI ini menambahkan sampai saat ini GeNose masih dapat digunakan, sambil terus dilakukan upaya pengembangan. Tim peneliti harus terus melakukan inovasi untuk meningkatkan efektifitas GeNose. "Karena masyarakat membutuhkan alat deteksi Covid-19, yang akurat, cepat, aman, dan sudah barang tentu murah. Genose memenuhi hampir semua hal yg diinginkan masyarakat tersebut dibanding alat uji cepat lainnya," kata Mantan Sesmen Ristek era Presiden SBY ini.
Menanggapi hal itu, anggota tim peneliti GeNose Universitas Gajah Mada, Dian Kesumapramudya menjelaskan GeNose relatif lebih efektif mendeteksi Covid-19 dibandingkan SpiroNose. Walaupun sama-sama menggunakan hembusan nafas untuk mendeteksi Covid-19 tapi desain dan teknologi yang digunakan berbeda.
"Saat melihat dan membaca desain SpiroNose Belanda di laman daring resminya, kami telah memperkirakan bahwa akan terjadi masalah akurasi. Kekurangan desain itu telah kami mitigasi sejak awal kami mendesain sistem untuk GeNose," ujar Dian.
Menristek bersama tim peneliti GeNose dari Universitas Gajah Mada (UGM) harus dapat menjelaskan kepada publik bahwa GeNose efektif dalam mendeteksi Covid-19 berdasarkan pemeriksaan hembusan nafas, sama seperti rapid test atau PCR.
Sekadar diketahui, Pemerintah Belanda menghentikan penggunaan SpiroNose untuk mendeteksi Covid-19. SpiroNose adalah alat deteksi Covid-19 berdasarkan hembusan nafas, sama seperti GeNose. Pemerintah Belanda menilai penggunaan SpiroNose tidak efektif karena ditemukan beberapa kasus pemeriksaan yang tidak akurat. Atas beberapa kejadian itu Pemerintah Belanda menghentikan penggunaan SpiroNose dan mengganti dengan metode lain.
"Pihak GeNose perlu menginfokan ke publik tingkat akurasi GeNose dibandingkan dengan rapid test atau PCR. Tentu saja tingkat akurasi alat tersebut diakui oleh lembaga pengawas semisal BPOM. Tingkat akurasi tersebut tentu didasarkan uji dengan standar ilmiah yang baku transparan dan akuntabel," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (1/3/2021).
Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI ini menambahkan sampai saat ini GeNose masih dapat digunakan, sambil terus dilakukan upaya pengembangan. Tim peneliti harus terus melakukan inovasi untuk meningkatkan efektifitas GeNose. "Karena masyarakat membutuhkan alat deteksi Covid-19, yang akurat, cepat, aman, dan sudah barang tentu murah. Genose memenuhi hampir semua hal yg diinginkan masyarakat tersebut dibanding alat uji cepat lainnya," kata Mantan Sesmen Ristek era Presiden SBY ini.
Menanggapi hal itu, anggota tim peneliti GeNose Universitas Gajah Mada, Dian Kesumapramudya menjelaskan GeNose relatif lebih efektif mendeteksi Covid-19 dibandingkan SpiroNose. Walaupun sama-sama menggunakan hembusan nafas untuk mendeteksi Covid-19 tapi desain dan teknologi yang digunakan berbeda.
"Saat melihat dan membaca desain SpiroNose Belanda di laman daring resminya, kami telah memperkirakan bahwa akan terjadi masalah akurasi. Kekurangan desain itu telah kami mitigasi sejak awal kami mendesain sistem untuk GeNose," ujar Dian.
(cip)