Stres Kian Mengancam

Senin, 22 Februari 2021 - 13:31 WIB
loading...
A A A
Jika keluarga dan lingkungan tempat kerja dirasa juga belum bisa membantu, maka saatnya berkonsultasi ke ahli. “Penderita sudah perlu mencari bantuan ke profesional,” katanya menambahkan.

Resiliensi Tinggi
Penelitian yang dilakukan Rena dkk juga mengamati tingkat resiliensi masyarakaIndonesia dalam menghadapi pandemi. Secara teori, gangguan kesehatan mental, baik stres, cemas maupun depresi rawan terjadi pada seseorang jika dia tidak punya kemampuan resiliensi. Resiliensi adalah daya lenting yang dimiliki seseorang yang membuatnya mampu keluar dari tekanan dan kembali melakukan interaksi sosial dan aktivitas sehari-hari.

“Stres bisa terjadi pada semua orang di masa pandemi ini, tapi yang membedakan, apakah dia mengalami gangguan psikologi berat, atau bisa kembali ke semula, sehat secara mental, itu tergantung dari kemampuan resiliensinya,” lanjut Rena.

Kabar baiknya, masyarakat Indonesia menurut penelitian ini memiliki tingkat resiliensi yang tinggi. Dari seluruh responden 73,2% yang resiliensinya tinggi. Hanya 0,7% responden yang resiliensinya rendah. Orang dengan resiliensi tinggi mampu berinteraksi sosial, cepat mengatasi tekanan, dan tetap bisa beraktivitas sehari-hari meski di masa pandemi. Sebaliknya, orang dengan resilisensi rendah cenderung menghadapi pandemi dengan banyak tinggal di rumah dan bersikap pasrah mendekatkan diri ke Tuhan.

Rena menduga resiliensi tinggi tersebut disebabkan oleh karakter masyarakat Indonesia yang sudah memiliki daya tahan terhadap berbagai jenis stressor atau penyebab stres. “Kita hidup di negara rawan bencana, ekonomi juga kadang tidak jelas, kita bukan negara maju dengan berbagai macam fasilitas. Jadinya terbiasa, terlatih, dan akhirnya resiliens. Tapi dugaan ini tentu perlu penelitian lebih lanjut," jelasnya.

Dari sisi gender, hasil penelitian ini menunjukkan laki-laki lebih resiliens dibanding perempuan. “Mungkin karena laki-laki punya tanggung jawab terhadap ekonomi keluarga, jadi mau tak mau harus bangkit untuk bekerja di masa pandemi ini,” ujarnya.

Saat ini Rena juga terlibat dalam riset internasional tentang Covid-19 dan kesehatan mental yang dilakukan di beberapa negara. Ketua tim peneliti berasal dari Universitas Macau. Rena menjadi Ketua Peneliti tim Indonesia. "Riset ini masih berlangsung dan akan kami sampaikan nanti hasilnya," tandasnya. ananda nararya/bakti munir
(bmm)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2341 seconds (0.1#10.140)