Motif Dana Asing ke FPI Harus Ditelusuri Polri

Senin, 25 Januari 2021 - 19:00 WIB
loading...
Motif Dana Asing ke FPI Harus Ditelusuri Polri
Polri diminta bisa mengungkap motif di balik aliran dana asing dalam rekening milik orang-orang yang terafiliasi dengan ormas Front Pembela Islam (FPI). Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Polri diminta bisa mengungkap motif di balik aliran dana asing dalam rekening milik orang-orang yang terafiliasi dengan ormas Front Pembela Islam ( FPI ). Sebab, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan transaksi lintas negara dalam rekening milik orang-orang yang terafiliasi dengan ormas FPI.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi berpendapat bahwa pendanaan dalam gerakan radikal, ekstrem, dan terorisme di Indonesia selalu menjadi persoalan. Ketika penulusuran secara digital semakin ketat, kelompok terorisme menggunakan jalur nondigital untuk transaksi. Baca juga: PPATK Bekukan 92 Rekening FPI

Islah pun mengingatkan ada temuan uang dari kotak amal digunakan untuk mendanai kegiatan teroris belum lama ini. Beberapa kelompok menggunakan sirkular funding atau pencucian uang. Uang dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam negeri, lalu diendapkan di luar negeri, kemudian kembali ke dalam negeri.

"Berkaca dari berbagai kasus pendanaan terhadap kelompok radikal, tindakan PPATK membekukan beberapa rekening FPI itu sudah tepat. Karena memang ini modus operandi yang sering dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstrem kanan di Indonesia," ujar Islah kepada wartawan, Senin (25/1/2021).

Dirinya pun kemudian memberikan contoh aksi Arab Spring yang membuat beberapa negara di Timur Tengah hancur-hancuran. Hal itu ditengarai ada aliran dana luar negeri dan keterlibatan negara-negara barat dalam upaya menghancurkan beberapa negara Arab yang dipimpin orang-orang yang dinilai totalitarian. Arab Spring merujuk istilah pada aksi pemberontakan di musim semi.

Pemimpin-pemimpin di Arab yang sangat karismatik dan disegani ditumbangkan, walaupun sebenarnya negaranya makmur. Islah mencontohkan Muammar Khadafi saat memimpin Libya.

Dalam konteks Indonesia, analisis Islah, FPI bisa saja menjadi mesin curah karena masih bisa bergerak di tataran normatif. Kemudian FPI seperti dispenser untuk pendanaan kelompok ekstrem.

Islah menambahkan ada indikasi keterlibatan lembaga donasi dan beberapa orang top di Indonesia mendanai FPI. Tapi modelnya berputar, dikeluarkan ke luar negeri, lalu kembali ke Indonesia. Menurut dia, model pendanaan Arab spring sudah mulai mengarah ke sana.

"Ya bagusnya dibekukan, sebelum dana yang di dalam itu dikuras. Memang seharusnya Polri dan juga beberapa lembaga penegak hukum dan juga stakeholder, sudah harus bisa mentracing itu," pungkasnya.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2137 seconds (0.1#10.140)